Terdengar Manis Namun Pahit Dirasa

 


            

Oleh: Wafi Mu'tashimah (Siswi SMAIT Al-Amri)                


 Manis didengar pahit dirasa. Umat lslam sedunia dikagetkan dengan pernyataan  calon presiden Amerika Serikat, Joe Biden yang akan memerlakukan lslam sama dengan agama yang lain. Serta, berniat menghentikan konflik Israel dan Palestina. (Pikiran.com)   

          

 Sesuatu hal yang mustahil saat Amerika yang notabene negara kafir-sekuler memilimi  keinginan untuk memuliakan lslam. Alih-alih ingin memuliakan lslam, dirinya sendiri pun bukan seorang muslim. Bahkan cenderung memusuhi lslam. Maka, percaya pada perkataan orang seperti ini seakan mimpi disiang bolong. 


Siapapun yang melihat dengan jeli akan menemukan bahwasanya semakin kesini, rezim yang berkuasa di Amerika makin memusuhi lslam dan kaum muslimin secara terang-terangan. Lihat saja bagaimana para pemimpin yang ada mendukung penuh perampasan hak-hak kaum muslimin di Palestine oleh Kaum Zionis lsrael. Mereka pun membantu rezim diktator Bashar Assad untuk mengukuhkan kedudukannya di Suriah.        


Belum lagi, President Donald Trump pernah menyeru kepada seliruah dunia jargon "War on Radikalisme", yang sebelumnya diperhalus oleh President Barack Obama dengan "War on Terorisme". Jargon ini jelas tertuju pada kaum muslimin yang berani menggenggam erat ajaran lslam tanpa terikut arus sekularisme.                                   


/Tak Pantas Berharap pada Sekularisme-kapitalis/


 Banyak dari ummat lslam yang berharap pada sistem kapitalisme. Mereka mengira kesengsaraan yang menimpa mereka akan berakhir ketika pergantian pemimpin. 

      

Hal ini disebabkan oleh propaganda yang dilancarkan oleh para kapital bila kapotalis demokrasi berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Serta kepercayaan pada slogan kebebasan yang menipu. Namun sejatinya ungkapan ini sebatas ilusi belaka. 


 Masyarakat lslam masa kini juga terlalu 'polos'  dalam melihat perkembangan politik yang dilancarkan oleh rezim yang ada. Pikiran mereka dipersempit. Sehingga cukup berpacu pada apa yang didepan layar. Padahal dalang yang sebenarnya adalah mereka yang bermain dibalik layar. Para pengusung kapitalisme yang menggerakkan boneka-boneka didepan layar dengan tali kekang uang.                                     


 Ungkapan manis, pikiran kritis, wajah bengis, sampai perlakuan sadis pun direkayasa oleh sekelompok aktor politik untuk memuluskan kepentingan mereka. Merekalah yang mengkoordinir seluruh apa yang terjadi secara tak kasat  mata. Panggung politik hanyalah drama belaka. Penuh dengan tipuan. Tak mungkin bisa dipertanggungjawabkan keaslian kisahnya. Karena mereka hanya aktor bayaran.                                 


Inilah fakta di lapangan, kata-kata berbalit madu para calon penguasa merupakan janji kosong. Saat mereka benar-benar menjabat, tersingkaplah semua. Seolah lupa ingatan, semua janji tersebut disingkarkan dan dibuang jauh-jauh.


Padahal janji itu mula-mula mereka gaungkan-gaungkan dengan penuh optimisme. Mereka juga yang menyombongkan diri dengan segala kebaikan. Lalu setelah terpilih, terperosoklah ia kedalam gelapnya jurang demokrasi dan melupakan rakyat yang memilih mereka dengan harapan tinggi.                     


Bukti real telah kita lihat didepan mata. Bagaimana ketika rezim oligarki Jokowi memberikan banyak janji pada rakyat sebagai jaminan jika mereka mau memilihnya. Akan tetapi, fakta berkata lain. Seluruh komitmen itu dibuang jauh jauh, karena telah basi dan tak diperlukan kembali.            


 Janji itu cukup digunakan untuk memikat hati rakyat. Setelah terpikat, rakyat pun dikhianati. Semakin miris hidup mereka saat ini. Tertipu oleh rezim yang mementingkan segelintir pemilik modal dan diri sendiri. Seakan-akan berpihak pada ummat. Kalimat-kalimatnya merakyat. Nyatanya, sekadar bualan sesaat.         

 

/Memusuhi Islam/


Sistem kapitalisme bertentangan dengan lslam. Itu pasti. Mereka menstandari segala sesuatu dengan materi. Para kapitalis pun sangat takut kehabisan uang dan kehilangan jabatan. Disisi mereka, uang adalah Tuhan. Jika tidak ada uang, seakan kematian telah menghadang. Tak ada yang bisa diperbuat. 


Kendati demikian, mereka pun takut atas idiologi lslam dan berusaha mencegah kebangkitan lslam dengan sekuat tenaga. Dengan mengerahkan seluruh harta, jiwa dan waktu. Sebab tentunya, saat lslam kembali menjadi negara adidaya, idiologi mereka akan hancur. Tipu daya mereka diseluruh dunia akan diberantas hingga ke akar-akarnya. 


Pada akhirnya, berharap pada rezim untuk menyelesaikan masalah kaum muslim bak mencari ujung bumi. Tidak mungkin terealisasikan. Dibalik kejadian ini pasti ada rencana besar. Sebab ia juga termasuk kaum kapitalis yang tidak akan membiarkan ummat ini tenang menjalani kehidupan. Apalagi menjamin keamanan. Mimpi!


Maka, solusi dan harapan terakhir untuk mengakhiri pembantaian dan kedzaliman yang menimpa kaum muslim diseluruh dunia ialah mencabut dan menghancurkan sistem kapitalis sampai tak ada yang tersisa. Kemudian menegakkan kembali lslam sebagai imperium yang disegani segala bangsa. 


Sebab, hanya lslam yang mampu menjamin kesejahteraan bagi kaum muslimin. Bertindak tegas pada kaum kafir tanpa bertindak dzalim. Dan hanya lslam yang berfungsi sebagai rahmatan lil 'alamin. Masihkah optimis pada sistem kapitalis? Wallahu a'lam bishowab. []



*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم