Revolusi Akhlak Lengkapi Perubahan Dengan Revolusi Sistem

 



Oleh: Vania Puspita Anggraeni


Beberapa saat lalu, kedatangan Imam Besar Habib Rizieq Shihab di tanah air seperti angin segar bagi umat islam Indonesia. Adanya antusias yang terjadi kala beliau tiba di Bandara Soekarno Hatta pada 10 November 2020 lalu, seolah menjadi bukti bahwa umat islam sangat menantikan kedatangan beliau di tengah caruk maruknya Indonesia. Sekretaris Umum (Sekum) Front Pembela Islam (FPI), Munarman juga turut memberikan pandangannya terkait antusiasme publik yang sangat besar.



Dilansir dari artikel online media umat, Munarman berpendapat bahwa sambutan umat yang diberikan kepada Habib Rizieq adalah bentuk representasi simbol kerinduan umat akan keadilan. Selain itu, Munarman juga mengatakan bahwa ada juga pihak yang khawatir dengan kedatangan Imam Besar di tanah air. Mereka adalah pelaku kedzaliman itu sendiri yang sedang menikmati peradaban saat ini. 



Sementara itu, kedatangan Imam Besar Habib Rizieq Shihab di tanah air nyatanya membawa gagasan revolusi akhlak yang digadang-gadang akan melawan kedzaliman. Dilansir dari okenews.com, Habib Rizieq menerangkan tentang revolusi akhlak yang tidak serta merta membawa kerusuhan publik di tanah air.  Revolusi akhlak, mendasarkan tindakan seperti Rasulullah SAW. Dimana revolusi akhlak yang akan diusung ini adalah gagasan menawarkan perdamaian, dialog, penyelesaian persoalan bangsa tanpa pertumpahan darah. Meski begitu, jika ajakan perdamaian ditolak dan kedzaliman terjadi terus menerus maka revolusi akhlak bisa berubah menjadi jihad fi sabilillah.



Adanya gagasan revolusi akhlak untuk melawan kedzaliman ini, nyatanya masih ada yang tidak setuju dan memberikan kritikan terhadap gagasan yang diusung dalam revolusi ini. Dikutip dari JPNN.com Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Research and Analysis (SUDRA) Fadhli Harahab mengkritisi revolusi akhlak yang digagas Habib Rizieq Shihab. Menurutnya, konsep revolusi akhlak yang digaungkan imam besar Front Pembela Islam (FPI) itu tak jelas karena kesan yang muncul justru untuk kamuflasi politik.



Terlepas dari pro dan kontra terkait gagasan Revolusi akhlak yang sedang digaungkan, perlu digaris bawahi bahwa saat ini umat sangat merindukan keadilan dan ingin sekali menyudahi kedzaliman yang sudah lama mereka rasakan. Sehingga kedatangan Imam Besar beberapa saat lalu di tanah air sangat disambut hangat dan antusias, karena harapan umat seolah telah menemui titik terang dalam sebuah kepemimpinan islam yang berani mencabut akar kedzaliman yang bercokol lama. 



Namun jika ditelaah lebih dalam, seharusnya revolusi akhlak harus diiringi dengan perubahan sistem demokrasi. Karena adanya kerusakan yang terjadi hari ini bukan hanya berasal dari individu saja, tapi dari adanya sistem demokrasi yang merusak melalui konsepnya. Layaknya seperti sebuah sopir mobil. Pergantian sopir berulang kali tidak akan membawa keselamatan jika mobil rusak yang digunakan tidak ikut diganti. 



Maka dengan adanya revolusi akhlak yang diiringi dengan pergantian sistem demokrasi akan menjadikan perubahan hakiki semakin nyata. Tentunya perubahan sistem demokrasi ini digantikan dengan sistem khilafah yang bersumber dari Allah yang mengetahui baik buruk segala hal dan dengan adanya sistem khilafah yang menjalankan pemerintahan dengan syariat islam yang turun langsung dari Allah tanpa dibuat-buat akan melahirkan sebuah kepemimpinan yang membawa kemaslahatan dan kebijaksanaan bagi seluruh umat. Baik muslim ataupun non muslim.[]


#Revolusi #Akhlak 

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم