Endah Sulistiowati
Dir. Muslimah Voice
Muslimah-voice.com - Indonesia menjadi salah satu dari empat negara tujuan Pompeo dalam perjalanan pada 25-30 Oktober, dan satu-satunya negara yang ia kunjungi di Asia Tenggara. Negara lainnya yang akan dikunjungi ialah India, Sri Lanka, dan Maladewa.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, mengatakan kunjungan Menlu Pompeo mencerminkan komitmen kuat Indonesia untuk membangun kemitraan Indonesia dengan AS di kawasan indo-pasifik.
Lantas, ada apa dengan 'Indo-Pasifik' yang kerap disebut-sebut dan menjadi perhatian para pejabat dan pemimpin dunia ketika berkunjung ke atau bertemu dengan rekannya dari Indonesia? Kemudian apa hubungannya dengan Indonesia?
Dari segi geo-spasialitas, Indo-Pasifik secara luas dipahami sebagai ruang yang saling berhubungan antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Bentangannya diperdebatkan mulai dari pantai timur Afrika hingga pantai barat Amerika Serikat, meskipun dengan variasi definisi tergantung pada masing-masing aktor dan posisi geografis mereka sendiri di hamparan luas tersebut.
Dalam pemahaman yang lebih fungsional, keterkaitan dan kesalingtergantungan dari dua samudera adalah produk dari kekuatan globalisasi yang berkembang, perdagangan dan persamaan yang berubah antara berbagai aktor yang telah mendobrak batas-batas lama dan membuka jalan baru. Mobilitas yang meningkat di seluruh lautan telah membantu merumuskan pendekatan terintegrasi.
Sedangkan China sebagai musuh
bebuyutan AS di sektor perdagangan memiliki rancangan _One Belt One Road_ (OBOR) atau Inisiatif Sabuk dan Jalan adalah strategi pembangunan global yang diadopsi oleh pemerintah Tiongkok yang melibatkan pembangunan infrastruktur dan investasi di 152 negara dan organisasi internasional di Asia, Eropa, Afrika, Afrika, Timur Tengah, dan Amerika.
OBOR bertujuan untuk membangun sebuah pasar besar yang bersatu dan memanfaatkan sepenuhnya pasar internasional dan domestik, melalui pertukaran dan integrasi budaya, untuk meningkatkan saling pengertian dan kepercayaan negara-negara anggota. kemudian berakhir dengan sebuah pola inovatif dengan aliran modal masuk, kumpulan bakat, dan basis data teknologi.
Pemimpin Republik Rakyat Tiongkok, Xi Jinping, pada awalnya mengumumkan strategi tersebut selama kunjungan resmi ke Indonesia dan Kazakhstan pada 2013. "Sabuk" mengacu kepada rute darat untuk transporasi jalan dan rel, disebut "Sabuk Ekonomi Jalur Sutra"; sedangkan "jalan" mengacu kepada rute laut, atau Jalur Sutra Maritim Abad ke-21.
Pemerintah Tiongkok menyebut prakarsa ini "suatu upaya untuk meningkatkan konektivitas regional dan merangkul masa depan yang lebih cerah". Beberapa pengamat melihatnya sebagai dorongan untuk dominasi Tiongkok dalam urusan global dengan jaringan perdagangan yang berpusat di Tiongkok. Proyek ini memiliki target waktu penyelesaian pada tahun 2049, yang bertepatan dengan peringatan 100 tahun Republik Rakyat Tiongkok.
Sehingga jika mengacu dari rencana masa depan China diatas tentulah AS tidak akan tinggal diam. AS bisa dipastikan akan mengamankan kepentingannya di indo-pasifik, utamanya di Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara.
Dari beberapa langkah yang dilakukan Pameo setidaknya ada beberapa hal yang bisa kita baca, yaitu:
1) AS berusaha menjaga kepentingannya indo-pasifik utamanya Indonesia dengan memastikan bahwa rezim penguasa saat ini ada di pihaknya.
2) Jika rezim lebih berat ke China, maka bisa saja AS yang berpengalaman melengserkan Suharto juga melengserkan rezim saat ini, serta berusaha mencari rezim boneka pengganti.
3) AS memastikan langkah-langkah antisipasi dengan mencari dukungan dari umat Islam untuk mendukungnya tetap bercokol di negeri ini. Kalaupun tidak adu domba pun bisa ia mainkan.
Untuk itu, seharusnya rakyat Indonesia sadar politik dan terus melakukan pengawasan terhadap gerak gerik rezim. Neo imperialisme sudah terlalu lama bersenang-senang di negeri muslim terbesar ini. Umat harus bangkit dan mampu bermain cantik untuk melawan kedzoliman.
/Sudah Seharusnya Indonesia Mampu Mandiri/
Hubungan negara-negara di dunia ini, pasti tidak lepas dari konflik. Maka hal ini harus disadari bersama. Sehingga tidak ada rasa takut ataupun enggan jika harus bersinggungan dengan negara-negara lain.
Untuk menjadi negara besar dan mandiri Indonesia memiliki semua sarana yang dibutuhkan. Meliputi SDA dan SDM yang melimpah, posisi geografis yang strategis, negara dengan kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Merauke, lautan luas, dan tanah yang subur.
Semestinya Indonesia tidak boleh bersikap pragmatis, sekaligus tak berdaya berada dalam himpitan dua raksasa yang bertikai. Selama masih ada negara adidaya, baik penganut _stakeholder capitalism_ atau _state capitalism_, tetaplah mereka akan memanfaatkan Indonesia demi kepentingan mereka sendiri.
Tak ada dalam kamus bahwa kerja sama negara kapitalis yang menjadikan penjajahan sebagai metode satu-satunya untuk mewujudkan tujuan kapitalistiknya, bakal menguntungkan Indonesia.
Posisi geostrategis Indonesia, kekuatan SDA, SDM, dan salah satu pasar terbesar di antara ekonomi APEC, serta potensi kebangkitan Islam ideologis, menjadikan Indonesia menjadi perhatian Amerika. Tapi bukan diposisikan sebagai mitra sejajar, melainkan tetap menjadi objek bancakan ataupun diperalat sebagai pion yang dimainkan demi kepentingan ideologisnya.
Sehingga untuk menjadi mandiri setidaknya ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu
1) Memiliki kesadaran politik dengan pandangan terhadap dunia dengan sudut pandang yang khas/khusus. Bagi kita (kaum Muslim) sudut pandang itu adalah Aqidah Islam, yaitu sudut pandang dengan dua kalimat syahadat (syahadatain).
Maka, memandang dunia tanpa sudut pandang khusus dianggap pandangan yang dangkal dan bukan kesadaran politik. Memandang dunia hanya wilayah lokal dan regional saja adalah sesuatu yang kualitasnya rendah dan bukan kesadaran politik. Kesadaran politik tidak akan sempurna kecuali dengan terpenuhinya dua unsur, yakni: (pertama) pandangan pada dunia secara keseluruhan, dan (kedua) pandangan ini bertolak dari pandang khusus yang jelas batasannya (ideologi, kepentingan, atau lainnya). Bagi seorang Muslim, sudut pandangnya adalah *aqidah Islam*.
2) Berhenti menjadi negara pengekor. Namun sungguh sulit bagi Indonesia melepaskan diri dari posisi juru kunci dalam konstelasi dunia. Indonesia baru benar-benar mampu melepaskan diri dari kekuatan adidaya bila menerima Khilafah sebagai sistem pemerintahan.
Telah terbukti dalam sejarah bahwa Khilafah mampu bertahan berabad-abad sebagai adidaya dalam konstelasi dunia.
Kedigdayaannya ditakuti banyak negara sehingga raja Prancis, Francis I meminta bantuan Khalifah Sulaiman Al-Qonuni untuk mengadapi pasukan Spanyol yang meyerang negaranya dan menawannya pada 932H/1525M, tanpa imbalan apa pun.
Khilafah tidak perlu mengelabui negeri muslim yang dipersatukannya dengan siasat apa pun. Misi Khilafah adalah menciptakan rahmat bagi seluruh alam. Tak ada penjajahan, tak ada perampasan milik rakyat, ataupun memperkaya satu pihak sekaligus memiskinkan pihak lainnya. []
#indo-pasifik