Oleh : Surya Ummu Fahri (Member WCWH)
Orang kaya mati
Orang miskin mati
Raja-raja mati
Rakyat biasa mati
Semua pergi menghadap Ilahi
Dunia yang dicari
Tak kan dibawa mati
Begitulah penggalan lirik sebuah lagu yang dibawakan seniman muslim dengan tujuan dakwah. Seakan menggambarkan kondisi saat ini, semuanya pasti akan mati. Entah itu kaya, miskin, raja, bahkan rakyat jelata. Dan dunia yang dicari memang benar benar tidak dibawa mati.
Teringat kemarin, 26 November 2020 Bupati Situbondo Dadang Wigiarto meninggal dunia positif covid. Sebelumnya Bupati Sidoarjo, Nur Ahmad Syaifuddin juga meninggal dunia karena positif covid. Bupati Situbondo dinyatakan positif Selasa tanggal 24 November di RSUD Dr Abdoer Roheem. Dan meninggal hari Kamis tanggal 26 November 16.30.(http://www.liputan6.com/26/11/2020).
Jumat berikutnya, telah berpulang dua tokoh muslim Jawa Timur karena covid 19. Tentunya ini menyadarkan kita bahwa covid saat ini masih di tengah masyarakat. Maka seharusnya kita semakin berhati-hati dan mengingat mati.
/Kenapa harus mengingat mati?/
Kematian pada dasarnya adalah hal yang pasti. Entah itu karena penyakit atau bukan. Covid 19 atau yang lain. Saking dekatnya kita bahkan tidak tahu kapan kita akan mati dan dalam.kondisi yang seperti apa.
Sejatinya covid 19 bukanlah satu satunya yang menyebabkan kematian. Tapi karena Allah sudah memastikan kematian kita. Kata Ustadz Fatih Karim sih, manusia itu adalah kumpulan hari. Maka dari kumpulan hari itu, kita tidak tahu hari terakhir kita kapan.akan habis. Alias sudah ditentukan jatah matinya. Covid, penyakit, kecelakaan, pembunuhan itu hanya jadi penyebab saja dari kematian itu.
Tapi juga jangan menantang mati. Sudah tahu kalau mati itu dekat dan sudah di tentukan, malah sembrono di tengah wabah. Orang yang sudah memenuhi protokol kesehatan aja bisa kena, apalagi yang sembrono. Memangnya kita bisa memastikan saat kita sakit kita mampu buat bayar Rumah sakit yang saat ini mahalnya minta ampun. Yah hari gini tidak ada yang gratis. Bahkan untuk jenis penyakit Covid ini tidak dicover oleh BPJS. Secara perawatan dan pengobatannya mehong banget atau mahalnya selangit. Belum lagi yang ditinggal sakit di rumah.
Kita hidup dijaman yang kapitalis, hidup aja kita tidak terurus apalagi saat kita mati. Negara saja sudah tidak tahu harus bagaimana lagi. Seolah sudah menyerahkan pada pribadi masing masing. Semuanya bebas asalkan roda kehidupan tetap berjalan dan patuhi protokol kesehatan. Tapi kenyataan tidak seperti itu. Covid tetap saja bisa mengenai siapa saja dan kapan saja karena tidak mungkin bagi seseorang untuk tidak berinteraksi dengan orang lain. Jika pariwisata tetap buka meskipun itu dibatasi. Wisata terop(hajatan besar) sudah diperbolehkan. Panggung hiburan, Cafe, Club malam, karaoke sudah pada dibuka semua.
So langkah terbaik bagi kita adalah bersiap dengan segala resiko. Yaitu bersiap menyongsong kematian. Dan menyongsong kematian terindah adalah dengan berjuang di jalan Allah.
/Bagaimana caranya?/
Perbanyak ilmu. Kejar ketertinggalan kita akan ilmu ilmu yang kurang dalam mempersiapkan diri menuju dunia akhirat. Perbaiki diri dengan banyak banyak beristighfar dan bertobat. Jangan lupa ajak teman dan lingkungan kita untuk berubah.
Turut serta dalam dakwah. Sadarkan umat pentingnya memahami hukum hukum islam dan kewajiban melaksanakan syariatnya secara kaffah. Dan agar lebih mudah ini dilakukan dalam jama'ah dakwah. Karena kita tidak mungkin menyapu permasalahan umat yang luar biasa dengan sendiri saja tapi butih kekuatan yang lebih besar dari itu.
Dan satu hal lagi yang harus kita ingat dalam mempersiapkan kematian. Yaitu jangan sampai Allah melihat kita dalam keadaan lalai terhadap Allah. Semoga Allah melindungi kita dan selalu menjadikan kita bagian dari umat terbaik dengan taat menjalani perintahNya dan menjauhi larannganNya.
Wallahualam bish showab
#Kematian