Pembiasan Berhijab Terhadap Anak Jangan Dipersoal




Oleh : Dewi Fitratul Hasanah

(Pemerhati Sosial)


Sentimen Islamofobia kembali menjejali jagad Maya. Ujaran kebencian dan penyudutan terhadap kaum muslim seakan tak henti-hentinya digelindingkan utamanya oleh kaum liberal. Kali ini, mereka mempersoalkan  tentang kebiasaan menutup aurat pada anak usia dini.


Dalam unggahan akun Twitter @dw_indonesia Jumat 25 September 2020, DW Indonesia telah mewawancarai seorang Ibu yang tengah memakaikan jilbab pada anaknya. "Apakah anak-anak yang dipakaikan #jilbab itu memiliki pilihan atas apa yang ingin ia kenakan?“ turut pula wawancara dan pemaparan seorang Psikolog feminis muslim yang sepihak kian mengharu-biru, mempertegas ketimpangan wawancara yang dilakukan sepihak itu.


DW Indonesia begitu penuh niat mempertontonkan kepada publik bahwa pemakaian jilbab kepada anak usia dini merupakan bentuk kesalahan, bentuk pengekangan yang merusak psikologis anak dan berdampak untuk di anggap asing/dikucilkan dalam bermasyarakat.


Tentu saja semua yang DW tuduhkan adalah tidak benar. Sedari dulu kala, keluarga muslim telah membiasakan menutup aurat pada anaknya sejak dini. Tak ada pemaksaan, melainkan murni untuk pembiasaan dan pembelajaran/pemahaman. Dan itu memang dianjurkan di dalam Islam agar kelak ketika anak-anak mereka memasuki usia baligh, usia dimana anak sudah terkena taklif (Terbebani syari'at/hukum Islam) anak akan  sangat siap tanpa kaget atau pun ragu menutup aurat karena ia sudah mengerti batasan malu pun mengerti batasan waktu, tempat dan terhadap siapa saja ia harus memakai dan boleh menanggalkan jilbabnya.


Lagi pula, saat anak baligh, orang tua tidak akan repot/keteteran lagi untuk mendadak mengajarkan perihal menutup aurat karena sudah dipersiapkan dengan benar. Memahamkan pun tidak bisa di tempuh dengan cara Instan. Sehingga, harapan orang tua adalah tidak kecolongan dan tergopoh mendapati anaknya yang masuk fase baligh, namun belum akil apalagi belum paham konsep pergaulan dan menutup aurat sesuai yang Islam ajarkan.


Sebab, jika peristiwa kecolongan itu  menimpa pada seorang anak dan orang tua, maka celakalah keduanya. Ini bukan perkara remeh. Orang tua akan mendapatkan dosa karena tidak mengajarkan dan mempersiapkan, sedangkan anak juga mendapatkan dosa karena tidak melaksanakan (menutup aurat) sebagaimana perintah Allah SWT dalam Al-Qur'an :


“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang Mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali, oleh sebab itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al Ahzab : 59)


Ayat ini secara gamblang menjelaskan kewajiban bahwa setiap wanita harus mengulurkan jilbab ke seluruh tubuhnya. Untuk itu, bagaimanapun seorang  perempuan yang sudah baligh harus menutupi aurat dan tubuhnya.


Dalam hal ini, pembiasaan dan pemahaman yang diberikan sejak dini adalah bagian dari tanggung jawab orangtua. Semua itu dilakukan karena kelak di Yaumul Hisab akan dimintai pertanggungjawaban atas semua yang dikerjakan/diberikan terhadap anak- anak.


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 


"Setiap engkau adalah pemelihara, dan setiap engkau akan dimintai pertanggungjawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya: Seorang pemimpin adalah pemelihara, ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. Seorang laki-laki juga pemelihara dalam keluarganya, ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. Dan seorang perempuan adalah pemelihara dalam rumah suaminya, ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya.” (HR al-Bukhâri)


Apa yang mereka tuduhkan adalah adalah satu fakta liberalisasi dan sentiment kebencian terhadap kaum muslim. Mereka menghendaki kaum muslim agar enggan menjalankan ajaran Islam. Mereka dengan ketakutannya berusaha menggeser ajaran Islam yang merupakan kewajiban menjadi sebuah pilihan yang harus dipertimbangkan ulang dan disesuaikan dengan perkembangan dan style zaman. Padahal, ajaran Islam bersumber dari Wahyu Sang Pencipta dan Sang Pemilik Kehidupan yakni Allah SWT, yang tentunya pasti selalu cocok di terapkan di semua zaman.


Jika sedikit menilik lebih dalam kebencian itu sebenarnya lahir dari akidah sekuler yang memisahkan aturan agama dari kehidupan. Mereka tak mau hidup di atur oleh Allah SWT, Sang Pengatur (Al-Muddabir) melainkan hanya cukup sekedar mempercayainya saja tanpa mau berkonsekuensi atasnya.


Mereka ingin menjalankan kehidupan dengan suka-suka dan semau mereka tanpa peduli itu termasuk maksiat atau bukan. Mereka juga takut Islam berjaya. Karena jika Islam berjaya, mereka tak lagi bebas sesuka hati melakukan kemaksiatan.

Oleh sebab itu, mereka tak akan pernah diam mengganggu dan memgusik Islam baik itu secara terselubung maupun terang-terangan.


Jadi, kebencian dan penyudutan terhadap ajaran Islam yang hingga hari ini terus mengalir sesungguhnya adalah akibat sistem sekuler yang berkarib dengan kebebasan/liberal yang mencengkeram dunia saat ini. 


Jauh berbeda dengan sistem Islam ketika diterapkan. Tak hanya menebar kebaikan namun juga penuh toleransi. Islam tak pernah menyoal dan mencampuri ajaran agama lain apalagi memerangi ajaran agama lain sepanjang itu tidak memunculkan masalah bagi rakyat dan seluruh umat.


 Allah SWT berfirman : 


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ


Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah : 208)


Ayat di atas sangat eksplisit menjelaskan bahwa totalitas dalam ber Islam adalah kewajiban baik dari skala individu hingga negara. Penerapan itu telah pernah berjalan selama 14 abad lamanya. Sejarah mencatat kegemilangan dan kemakmurannya termasuk dalam toleransi beragama. Sungguh. Sentimen/ujaran kebencian tidak akan terjadi ketika Islam diterapkan secara global. Demikianlah, Islam telah mengatur kehidupan secara rinci dan total sehingga tak semestinya ada yang berani menyoal dan berucap asal. Wallahu a'lam bishshawaab.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم