Endah Sulistiowati (Dir. Muslimah Voice)
Generasi saat ini yang didominasi kaum milenial tidak bisa dipandang sebelah mata. Karena mereka adalah pemegang kendali Indonesia di masa depan. Dunia milenial memang penuh warna, begitu dinamis dengan berbagai corak yang tentu saja untuk menunjukkan eksistensi dan ekspresi mereka dalam menyikapi kehidupan.
Kuatnya daya coba-coba dan besarnya rasa ingin tahu serta jumlah mereka yang mayoritas, tentu saja hal ini membuat mereka sering menjadi sasaran uji pasar para kapital. Tidak segan-segan para kapital mau membayar mahal pemilik media untuk menggulirkan trend-trend baru yang pastinya mampu mengusik jiwa muda kaum milenial, kemudian menggiring mereka mengikuti apa yang menjadi tujuan utama pemilik modal.
Cek saja mulai dari social media, siapa yang mendominasi, semua dikuasai kaum milenial. Kemudian tempat hiburan malam, caffe-caffe, mall-mall, semua penuh dengan aktivitas muda-mudi yang tidak lepas dari foya-foya dan bersenang-senang. Setelah semuanya tadi, maka yang muncul adalah kaum milenial yang hedonis dan rapuh. Apa iya, generasi seperti ini yang kelak mampu mengangkat derajat bangsa ini, atau justru kondisi yang sudah carut-marut ini akan semakin tenggelam. Sudah ikhlas jika Indonesia tinggal nama?
/Menyelamatkan Indonesia dengan Menulis/
Nah, apa hebatnya menulis itu hingga bisa menyadarkan kaum milenial dan menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan? Setelah PD II (perang dunia kedua) dunia terbelah menjadi dua Blok, yaitu Blok Barat yang digawangi oleh AS, dan Blok Timur yang digawangi oleh Uni Soviet. Dunia pada saat itu terjadi perang dingin. Terbelah antara Ideologi Kapitalis-Sekuler dan Ideologi Sosialis-Komunis. Setelah keruntuhan Uni Soviyet pada tahun 1991 perang dingin antar dua Blok pun berakhir dengan kemenangan di tangan AS. Dimana posisi Islam pada saat itu? Islam berada pada posisi terpinggirkan, setelah negaranya Daulah Khilafah Usmaniyah dengan berbagai konspirasi dipecah-pecah menjadi Negara-negara kecil yang tidak memiliki daya dan upaya untuk melawan.
Saat ini perang fisik memang telah berakhir di negeri ini. Namun, tidak dipungkiri penjajahan dalam bentuk lain masih terus berlangsung, bahkan jauh lebih massif, penjajahan gaya baru inilah yang akan meniscayakan kehancuran para generasi muda melalui berbagai media yang mereka kuasai, baik media online maupun offline.
Untuk itulah pentingnya menyajikan informasi dan menghadirkan pemahaman yang benar dan utuh sangat diperlukan bagi kaum milenial ini. Jika bukan dari para penulis-penulis dengan aneka ragam latar belakang, mau dari mana lagi kaum muda mendapatkan informasi yang berimbang. Intinya apa yang para kapitalis dan propagandis buat untuk kepentingan dan keuntungan mereka pun bisa kita ambil, kita manfaatkan untuk jalan dakwah menyampaikan kebenaran.
Maka jika layar sudah terkembang pantang surut kebelakang, artinya jika sudah mendedikasikan diri sebagai penulis maka berikanlah yang terbaik dan jangan pernah lari dari gelanggang perang opini. Apalagi menjadi penulis ada zona aman dan nyaman denan menulis hal-hal yang disukai khalayak tanpa memberikan nilai dan sentuhan moral. Meskipun penulis harus mampu memeliki pembacaan terhadap situasi yang ada.
Jika memang dari menulis ini adalah jalan untuk menyampaikan kebenaran, maka inilah “jihad” kita untuk saat ini di negeri ini. Sehingga harus ada kesungguhan yang diberikan untuk tulisan yang bernas, unggul, dan tidak alay. Tulisan yang mampu mengantarkan pembaca pada pemahaman Islam yang utuh, serta memiliki kekuatan untuk menggerakan perubahan pada kaum muda, dan membangkitkan mereka dari keterpurukan hedonisme. Selamat berjuang mujahid-mujahidah pena!