Islam Tindak Tegas Penghina Nabi



Ninda Mardiyanti YH. 

Mahasiswi Kota Banjar


Dunia kembali mengguncang aksi marah atas sikap presiden Perancis Emmanuel Marcon. Di bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw Marcon telah menghina umat islam dan Nabi Muhammad Saw dengan pernyataan tidak akan mencegah penerbitan kartun yang menghina Nabi Muhammad Saw dengan berdalih bentuk dari kebebasan berekspresi. (Tribunnewsmaker.com)


Dari pernyataan tersebut memicu banyak kemarahan umat islam di belahan dunia, berbagai kecaman pun terungkap dari berbagai negara seperti bahkan tidak hanya dari umat islam saja melainkan umat kristianipun turut bersuara. Jalal Chahda, seorang pembawa acara senior dari saluran berita Al Jazeera menolak dengan segala bentuk pelecehan terhadap Nabi Muhammad. “Saya Jalal Chahda, seorang Kristen Levantine Arab, dan saya dengan keras menolak dan mencela penghinaan terhadap Nabi Islam, utusan Tuhan #Muhammad,” tulisnya di Twitter (Kompas.com)


Kemarahan umat islam nampak semakin nyata bahkan di sosial media ramai untuk memboikot produk-produk Perancis yang banyak digemari juga oleh masyarakat. Di Amman, Yordania pemboikotan sudah tidake lagi menjadi himbauan, di salah satu supermarket bahkan sudah tidak lagi menjual produk-produk yang berasal dari Perancis. 


Bentuk protes juga diucapkan oleh salah satu artis hijrah Arie Untung, beliau menyatakan dalam postingannya “Barang2 recehan brand Perancis ini nggak layak ada di lemari yang pemiliknya sangat mencintai nabinya” ujardi akun Instagram miliknya. 


Setelah banyaknya neraga-negara yang menyatakan boikot terhadap produk Perancis kini Emmanuel Marcon ada rasa khawatir jika masyarakat tidak lagi membeli produknya, karena ini menyangkut dengan pemasukan ekonomi negaranya. Ini bentuk resiko yang harus ditanggung jika negara mengusik akidah umat islam. 


Hanya saja aksi kecaman boikot tidaklah cukup untuk mengehentikan perbuatan mereka walaupun ada kebolehan karena itu produk kemajuan sains dan perkembangan teknologi atau industri. Tetapi ini menyangkut kecintaan umatnya kepada kekasih Allah yang Mulia Nabi Muhammad Saw. Seperti orang yang sedang jatuh cinta, dia tidak akan membiarkan kekasihnya dihina, dicaci, dimaki, dia tidak akan rela jika terus menerus disakiti bahkan dia akan selalu melindungi dan membela sepenuh hati. Begitupun dengan umat islam saat ini yang selalu menyaksikan pelecehan terhadap Nabi, maka segenap jiwa dan raganya akan dipertaruhkan demi membela Nabi. 


Demokrasi telah gagal menjamin ketenangan umat islam, tidak ada salahnya jika saat ini umat islam membutuhkan perisai yang siap melindungi dari berbagai permasalahan yang dihadapi. Ideologi islam dengan system Khilafahnya tidak akan pernah ada satu negeri pun yang berani mengusik ketenangan umat islam atau bahkan non-islam yang dilindungi oleh Khilafah. Rasulullah Saw bersabda “Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang imam (Khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berlaku adil, maka dia (Khalifah) mendapatkan pahala karenanya, dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad)


Makna ungkapan al-imamah di jelaskan oleh al-imam an-Nawawi dalam syarh sohih muslim “Imam itu perisai yakni seperti as-sitr (pelindung), karena Imam (Khalifah) menghalangi atau mencegah musuh dari mencelakai kaum muslimin, dan mencegah antar manusia satu dengan yang lain untuk saling mencelakai, memelihara kemurnian ajaran islam, dan manusia berlindung di belakangnya dan mereka tunduk di bawah kekuasaannya. 


Adapun hukuman bagi para pelecehan terhadap Nabi jika yang melakukannya adalah individu maka negara akan menetapkan hukuman ta’zir berupa hukuman mati, tetapi jika yang melakukannya adalah negara seperti Perancis maka maka khalifah tidak segan akan mengirimkan pasukannya untuk melawan negara tersebut. Sejarah telah mencatat hal ini pernah terjadi di masa Bani Ustmaniyyah saat dipimpin oleh Sultan Abdul Hamid II pada tahun 1876-1918 pada saat itu negara Perancis pernah merancang teather sebuah drama dari pemikir Eropa yang menghina Rasul Muhammad Saw berjudul “Muhammad dan Kefanatikan”. Setelah mengetahui berita tersebut khalifah memerintah kepada duta Perancis untuk menghentikan pemetasan tersebut jika tidak maka resikonya siap untuk menghadapi perang. Oleh karena itu tanpa berfikir panjang saat itu Perancis langsung membatalkannya. Inilah salah satu bentuk kekuatan khalifah dan juga sebagai kewajiban khilafah dalam melindungi Rasul-Nya. Maka dari sini tidak akan ada negara yang berani mengusik ketenangan umat islam. 


Jika saat itu Perancis tidak berani membantah karena takut dengan kekuatan Khilafah, kini Perancis berani melukai umat islam karena Khilafah tidak ada. Maka inilah tugas umat islam untuk senantiasa memperjuangkan tegaknya islam di muka bumi ini. 

Wallahu a’lam bi showab



*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم