Oleh: Yasmin Ramadhan
Sebuah kanal YouTube mengunggah video berjudul kontroversi hijab kepada anak telah mengusik ketenangan umat muslim. Narasi sesat dan menyesatkan itu menggiring penonton untuk berempati terhadap apa yang mereka ungkapkan.
Pesan keprihatinan mereka atas pemakaian hijab pada anak terasa kuat dengan backsound lagu "gugur bunga". Video berdurasi 4 menit 12 diunggah 19 jam lalu, berisi ujaran kebencian terhadap ajaran Islam.
Ada dua pembicara di video singkat itu, psikolog dan aktivis feminis. Si psikolog khawatir kepada anak yang dipaksa hijab, akan mengalami kebingungan ketika bergaul dan melihat temannya yang berbeda (tidak menutup aurat). Dengan nada yang sama, si feminis mengungkapkan bahwa anak yang diberi hijab sejak kecil telah dibuat eksklusif dan akan sulit menerima perbedaan.
Sungguh, apa yang mereka berdua sampaikan ingin menebar benih kebencian terhadap ajaran Islam. Yaitu tentang pola pendidikan anak dan hijab.
Pertama, Islam mengenal konsep pendidikan dan belajar sejak dari buaian hingga liang lahat. Bahkan sejak dalam kandungan ibu. Dan lebih jauh lagi ke belakang, untuk mencetak anak soleh, di mulai dari orang tua yang soleh dulu.
Rasulullah saw bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, dan Nashrani (HR. Abu Hurairoh). Ini menjadi dalil kewajiban bagi orang tua untuk mendidik anak dengan nilai-nilai Islam. Karena fitrah manusia cenderung kepada kebaikan. Dan tak ada kebaikan selain Islam.
Kisah Umar bin Khattab mengawinkan putranya dengan anak penjual susu. Saat itu Umar sedang berkeliling kota dan terdengar percakapan di salah satu rumah yang ternyata rumah penjual susu. Si Ibu menyuruh anaknya untuk menambahkan air pada susu yang akan dijual. Si anak menolak karena meskipun Umar sang Khalifah tak melihat, ada Allah yang Maha Melihat.
Mendengar itu, Umar segera menikahkan anaknya dengan si gadis. Dan dari keterununan mereka, terlahir Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang berhasil menihilkan orang fakir miskin di wilayah kekhilafahan yang luas.
Jadi, kesalehan seorang anak memang perlu pembiasaan. Bukan dibiarkan saja hingga menemukan identitas sendiri seperti yang diwacanakan pada video itu. Apalagi sistem saat ini tak mendukung kita menjadi saleh. Maka akan menyesal jika kita terlambat membekali anak dengan ketaatan pada Rabb nya. Padahal dia anak saleh lah yang kita harapkan ketika kita sudah berkalang tanah.
Kedua, kewajiban berhijab. Perintah ini khusus untuk wanita beriman. Telah jelas nash Al-Qur'an dalam surah An-Nur ayat 31 tentang kewajiban menutup aurat dan mengulurkan khimar/kerudung. Juga dalam surah Al-Ahzab ayat 59 tentang kewajiban memakai jilbab/jubah yang menutupi pakaian rumah, ketika perempuan hendak keluar rumah.
Hijab ini senantiasa dijadikan objek menyerang dan menyebar kebencian terhadap Islam. Musuh-musuh Islam tak pernah berhenti dari upaya menarasikan betapa hijab telah merugikan kaum perempuan. Atas nama kesetaraan gender, sesat pikir kaum feminis menganggap hijab mengekang kebebasannya menampilkan potensi diri.
Takkan berhenti mulut busuk para musuh-musuh Islam menebar Islamofobia. Hal ini akan terus berlangsung selama sistem liberalisme melingkupi kehidupan kita. Hanya sistem Islam yang mampu menyumbat mulut mereka dan menjadikan ajaran Islam serta umatnya berada di posisi mulia. Wallahu a'lam.[]