PALESTINA NASIBMU KINI

 



Oleh : Ummu Syam (Aktivis Dakwah) 


Never ending story, mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan situasi di Palestina. Setelah pada 13 Agustus lalu dunia dikejutkan dengan normalisasi yang disepakati antara Uni Emirate Arab dan Israel. Kini, Palestina meminta Liga Arab untuk mengecam kesepakatan tersebut, namun Liga Arab menolak. Dengan kata lain, Palestina mengemis kepada saudaranya sendiri untuk memusuhi perampok yang selama ini merampok tanah air mereka.


Penolakan tersebut mendapatkan kritikan tajam dari sejumlah pihak. Anggota Biro Politik grup Islamic Jihad Palestina, Mohammed Al-Hindi menganjurkan untuk Palestina agar segera keluar dari Liga Arab karena sudah tidak lagi dipedulikan.


Liga Arab adalah organisasi yang terdiri dari negara-negara Arab yang bertujuan untuk mempererat persahabatan Bangsa Arab, memerdekakan negara di kawasan Arab yang masih terjajah, mencegah berdirinya negara Yahudi di daerah Palestina dan membentuk kerjasama dalam bidang politik, militer, dan ekonomi.


Namun, sejak didirikannya pada 22 Maret 1945 silam, organisasi ini tidak memiliki langkah konkret dan serius untuk membebaskan Palestina dari belenggu pendudukan Israel.


Selain Liga Arab yang bertujuan untuk membebaskan Palestina, ada seorang mantan tentara Zionis Israel, Uzi Mahnaimi dan seorang nasionalis Palestina dari Palestine Liberation Organization (PLO), Bassam Abu Sharif yang memiliki cita-cita untuk melakukan upaya diplomasi di antara kedua negara.


Dalam novel mereka yang berjudul Tried By Fire, mereka menginginkan perdamaian untuk kedua negara sehingga Palestina bisa merdeka dari pendudukan Israel dan berdiri sebagai sebuah negara independen.


"Meski konflik terus berlangsung, proses perdamaian harus terus berjalan ; dan bahwa sebuah negara Palestina yang baru, negara baru untuk rakyat kami, adalah tujuan utama yang kuupayakan dengan sekuat tenaga" tulis Bassam dalam novelnya itu.


Nasib Palestina terombang-ambing di atas permainan orang-orang kafir dan saudaranya sendiri. Tak tentu arah dan berliku. Sampai kapan harus seperti ini terus?


Langkah Konkret Membebaskan Palestina


Apa yang seharusnya dilakukan jika kita mengetahui bahwa rumah tetangga kita dirampok? Mengobati tetangga kita yang terluka atau menangkap perampok itu?


Sudah jelas bahwa yang seharusnya dilakukan oleh kita adalah menangkap perampok itu. Atau jika tidak bisa menangkap perampok itu, seminimalnya kita melakukan upaya agar perampok itu pergi dari rumah tetangga kita.


Itulah analoginya jika diterapkan pada masalah pendudukan yang menimpa saudara-saudara seakidah kita di Palestina.


Tidak salah memang jika kita membantu mereka dengan mengirimkan pakaian, selimut, makanan dan obat-obatan. Namun, bantuan tersebut bukanlah bantuan yang memiliki efek jangka panjang untuk kelangsungan hidup umat Islam di Palestina.


Tidak salah jika kita menaruh harapan kepada organisasi-organisasi yang bertujuan untuk kemerdekaan Palestina, tapi di sisi lain kita juga harus melihat hegemoni atau pengaruh negara-negara kafir di negara-negara yang tergabung dalam organisasi-organisasi tersebut. Tidak aneh, jika organisasi-organisasi tersebut tidak memiliki langkah yang konkret dan serius untuk kemerdekaan Palestina, karena para pemimpin negara yang tergabung dalam organisasi-organisasi tersebut adalah pemimpin boneka. Orang-orang kafir tentu tidak akan membiarkan Palestina merdeka.


Berdamai dengan Israel? Jelas, ini adalah cita-cita yang konyol. Setelah semua yang terjadi: darah yang tertumpah, bangunan yang diluluh-lantakkan, sikap internasional yang diam seribu bahasa. Haruskah perdamaian?


Haruskah memori kita kembali diingatkan pada peristiwa-peristiwa yang keji? Ingatkah kita pada :


a. Pembantaian Mesjid Dahmash, 1948 : 100 tewas. Sekitar 60.000 orang Palestina keluar dari negerinya, dan lebih dari 350 orang tewas dalam perjalanan karena keadaan kesehatan yang parah.


b. Pembantaian Houla, 1948 : 85 tewas. Tentara Israel memaksa 85 orang untuk masuk ke dalam sebuah rumah, kemudian rumah itu dibakar. Setelah itu, sebagian besar warga yang merasa takut melarikan diri ke Beirut. Dari 12.000 penduduk asli Houla, hanya 1.200 orang yang tersisa.


c. Pembantaian Salha, 1948 : 105 tewas. Setelah penduduk satu desa dipaksa masuk mesjid, orang-orang tersebut dibakar hingga tak ada seorang pun yang tersisa hidup-hidup.


d. Pembantaian Deir Yassin, 9 April 1948 : Selama serangan ini, wanita-wanita hamil dicabik perutnya dengan menggunakan bayonet hidup-hidup. Anggota tubuh korban dipotong-potong, lalu anak-anak dihantam dan diperkosa. Selama pembantaian Deir Yassin, 52 orang anak-anak disayat-sayat tubuhnya di depan mata ibunya, lalu mereka dibunuh sedang kepalanya dipenggal. Lebih dari 60 orang wanita terbunuh lalu tubuh mereka dipotong-potong.


e. 28 Desember 2008, menjelang peringatan 1 Muharram 1430 H, Gaza diserang secara brutal oleh pesawat-pesawat tempur Israel dengan senjata canggih termasuk phosfor yang membahayakan.


Lantas, tidakah kita mengindahkan peringatan dari Allah SWT dalam firman-Nya :


"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik... (QS. Al-Ma'idah (5) : 82)


Untuk itu, bukan! bukanlah perdamaian yang harus umat Islam lakukan tapi membentuk persatuan umat yang kokoh. Persatuan umat seperti yang digambarkan oleh Nabi saw dalam sabdanya,


“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam”. (HR. Muslim)


Andai saja jika seluruh umat Islam tahu bahwa mereka sangat berdaya. Andai saja jika seluruh umat Islam mengerti bahwa yang membuat mereka gagal yakni ketika mereka diam, bahwa yang membuat umat Islam kalah yakni ketika mereka menyerah.


Lawanlah! Dan memang sudah seharusnya umat Islam melawan meski hanya dengan air mata yang dapat menghimpun kekuatan untuk memanggul senjata. Bangkitlah wahai umat terbaik! Dan bukalah sumpal-sumpal mulut yang bisu, penutup telinga yang tuli, dan penutup mata yang membutakan umat ini. Supaya mereka menyaksikan dengan sejelas-jelasnya pembebasan tanah suci Al-Quds.


Sungguh, pembebasan Palestina itu dekat dan Israel yang lemah. Israel memiliki senjata dan sekutu, tapi mereka tidak memiliki Allah. Demi Allah! Tumpahnya darah seorang muslim jauh lebih berharga ketimbang hancurnya bumi dan alam semesta. Maka, tiadalah berguna militer negeri ini termangu di barak-baraknya. Menyimpan senjata-senjata atau sibuk menangkapi pejuang-pejuang Islam di negeri sendiri. Moncong senapan sudah jelas harus dibidik kepada siapa.


Dan faktanya bahwa Israel tidak mengenal kata diplomasi. Mereka menganggap kita Bangsa Amalek yang harus ditumpas. Mereka hanya ingin darah kita tertumpah. Sehingga hanya ada satu umat yang menempati bumi ini, yaitu Yahudi.


Sudah seharusnya juga kita menyadari bahwa Israel sudah menggurita dalam kekuatan negara dan bangsa-bangsa. Jika hanya individu saja yang bergerak melawannya. Maka di manakah kita? Apakah kita mau ketika kelak di hadapan Allah ditanya, "Di manakah kamu ketika saudaramu tertindas?".


Maka dari itu, bukan hanya pakaian, selimut, makanan dan obat-obatan yang dibutuhkan Palestina. Tapi, yang juga dibutuhkan Palestina adalah pasukan militer umat Islam yang akan bergerak melawan Israel. Jika umat Islam mau, mereka bisa menggerakkan pasukan militer dari berbagai negeri Islam untuk membebaskan Palestina. Hanya saja, hegemoni orang-orang kafir terlalu kuat, mereka menghembuskan nasionalisme ke dalam dada umat Islam, "Itu urusan Palestina, bukan urusan kita!"


Untuk itu, bersatunya pasukan militer dari berbagai negara mustahil dilakukan jika tidak ada kesadaran politik umat Islam. 


Kesadaran politik akan pentingnya Daulah Khilafah Islamiyyah tegak di bumi ini, yang akan menjadi institusi untuk melindungi seluruh umat Islam, dan membebaskan Palestina dan negeri-negeri Islam lainnya dari cengkraman orang-orang kafir. 


Maka, bersatulah! Khilafah Islamiyyah adalah mahkota kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Hanya Khilafah yang mampu mengayomi mereka. Dakwah dan jihad memanggil, Khilafah harga mati! Wallahu a'lam bish-shawab. 


Sumber :


https://www.kompas.tv/amp/article/107621/videos/tak-lagi-dipedulikan-palestina-dianjurkan-untuk-keluar-dari-liga-arab?page=2


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Liga_Arab


Novel Yang Tak Terbakar Badai Api (Tried By Fire) karya Uzi Mahnaimi dan Bassam Abu Sharif


Majalah Remaja Islam D'rise

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم