Endah Sulistiowati
Dir. Muslimah Voice
Membahas masalah jodoh itu terasa tidak ada habisnya. Selalu asyik dibahas dari sisi manapun. Apalagi jika di depan kita ada para jofisa (jomblo fi sabilillah), bukan bermaksud membully sih, tapi untuk menyemangati.
Karena bagaimanapun jodoh itu adalah rahasia Allah. Tugas kita adalah mengusahakannya alias berikhtiar. Dengan cara apa? Pacaran? Tidak lah ya, kan haram pacaran itu.
Caranya dengan berusaha memperbaiki diri sendiri, selalu mengikatkan diri pada setiap aturan Allah, menjaga diri dari buruknya pergaulan muda mudi saat ini. Belajar fiqh rumah tangga, mengasuh anak. Bisa pula dengan selalu aktif mengkaji Islam, mengamalkan dan mendakwahkannya. Sehingga waktu yang digunakan untuk menunggu jodoh itu tidak sia-sia. Bonusnya pemahaman Islam meningkat, kwalitas diri pun bertambah.
Bukankah Allah berfirman:
”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).”(QS.An Nuur:26).
Sehingga secara umum jodoh itu adalah cerminan dari diri kita. Jika kita berusaha menaikkan kwalitas diri, maka jodoh kita yang di sebrang sana juga lagi berusaha memantaskan dirinya untuk kelak berdampingan dengan kita. Lhah, kalau kitanya flat-flat aja, puas dengan kondisi yang gini-gini aja, ya tentunya jodoh kita ya begitu-begitu saja.
So, me-notice jodoh itu bukan berarti kasih pengumuman "Hai ikhwan/akhwat ini aku dah siap nikah lhoooo" atau menyebar CV ke siapun yang kita kenal -yah meskipun itu sebagian dari ikhtiar sih-. Tapi lebih ke mempersiapkan diri kita, sehingga Allah-lah yang akan mengirimkan notice itu ke seseorang yang bakal menjadi jodoh kita.[]