Rekam Jejak Khilafah di Nusantara Pemantik Arus Perjuangan

 

Oleh: Vania Puspita Anggraeni


Premier Film Jejak Khilafah di Nusantara yang telah dinanti-nanti nampaknya telah melegakan dahaga informasi sejak beberapa waktu yang lalu. Film dokumenter yang memberikan gambaran terkait jejak khilafah di nusantara berhasil ditayangkan pada hari ini, Kamis 20 Agustus 2020. Meski penayangan film menuai hambatan diawal hingga jam tayang mundur dari waktu yang ditentukan, panitia penayangan premier film jejak khilafah di nusantara berhasil mengatasi hambatan itu dan menayangkan premier film JKDN hingga akhir dengan kemasan luar biasa.


Penayangan premier film ini juga diawali dengan sambutan Ustadz Rokhmat S Labib tentang 1 Muharrom yang menjadi hijrahnya Rasul dan para pengikutnya ke Madinah dan menjadi titik awal permulaan berdirinya kekuasaan islam dengan Rasulullah sebagai kepala negaranya. Kepemimpinan kala itu menjadi sangat penting bahkan ketika Rasulullah wafat urusan estafet kepemimpinan islam sangat diutamakan dan jatuh kepada Abu Bakar sebagai kepala negara pengganti Rasul.


Perbincangan bersama para tokoh di balik pembuatan film dokumenter JKDN dengan Pak Karebet sebagai moderator yang melontarkan pertanyaan. Tokoh pertama yang memberikan pernyataan terkait film dokumenter ini adalah Ustadz Ismail Yusanto. Beliau mengatakan bahwa di dalam Al-Qur’an memang mengandung ibrah atau sebuah pelajaran bagai orang yang berpikir. Beliau mengatakan bahwa Al-qur’an bukanlah perkataan yang dibuat-buat sehingga ibrah yang dikandung dalam setiap pelajaran Al-qur’an pastilah benar. Tidak hanya itu, beliau juga menyampaikan bahwa adanya pengaburan dan penguburan sejarah menjadikan penggalian sejarah penting dilakukan untuk menemukan kebenaran. Ustad Ismail Yusanto juga menyampaikan, meskipun sejarah bukanlah sumber hukum tapi sejarah dapat dijadikan objek untuk mengkaji sebuah pemahaman. Maka dapat diketahui bahwa urgensi dari melihat film dokumenter JKDN adalah sebuah upaya memahami bahwa khilafah bukanlah bersifat khayali. 


Lalu, disusul tokoh kedua yang juga berperan dibalik layar pembuatan film adalah Bung Niko. Beliau menjadi script writer dalam proses pembuatan film ini. Menurut beliau film JKDN merupakan film yang dapat digunakan untuk menjawab tantangan zaman. Dimana, saat ini khilafah menjadi salah satu topik yang ramai diperbincangkan. Beliau juga menyampaikan bahwa pembuatan film ini bertujuan untuk mengemas informasi lebih menarik terkait hubungan khilafah dengan nusantara yang pernah terjalin itu. Adapun terkait opini segelintir orang yang menyatakan bahwa film dokumenter ini bersifat propagandis, Bung Niko menjelaskan secara gamblang bahwa adanya film ini dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. Tidak hanya itu, beliau juga berpendapat bahwa adanya opini yang menyatkan JKDN sebagai film propagandis adalah hasil sentimen terkait wacana khilafah itu sendiri tanpa mengetahui dan melihat isi dari film JKDN itu sendiri.


Selanjutnya, tokoh ketiga dibalik layar yang menjadi sasaran pertanyaan Pak Karebet adalah Bung Niko selaku sutradara dari pembuatan film JKDN. Untuk Bung Niko, Pak Karebet lebih terfokus kepada proses pembuatan fil dokumenter JKDN. Dalam perbincangan ini, Bung Niko memberikan penjelasan bahwa sebelum pembuatan fil ini dimulai, telah ada riset dengan menggunakan sumber data primer maupun sekunder, data pustaka, dan data lapangan. Bung Niko juga mengatakan bawha fil ini sangat akurat karena telah melewati proses heuristik. Dimana perlu kita ketahui tahap heuristik adalah tahap pencarian sumber data yang sesuai dengan tema yang akan diangkat. Setelah tahap heuristik, ada tahap verivikasi. Dimana pada tahap ini akan dilakukan pengkritikan pada barang yang telah ditemukan secara internal maupun ekternal untuk proses penetilan selanjutnya. Lalu kemudian ada tahap interpretasi. Sebuah tahap untuk menerjemahkan sumber data yang didapat sebagai narasi dan dikemas dengan tampilan berbeda dari akademisi lain. Karena sasarannya adalah umum, maka hasil penelitian dikemas secara audio visual berupa fil dokumenter agar lebih mudah dipahami semua kalangan.


Film ini dikemas dalam bentuk yang cukup unik. Gambar dan backsound sesuai  dengan ciri khas sinematografi, dan selingan tanggapan beberapa tokoh sebagai narasumber semakin membuat nilai akurasi film dokumenter ini meningkat dan terlihat nyaman untuk disaksikan. 


Isi dalam film JKDN menyebutkan bahwa ditengah kegemilangan islam di Timur Tengah, nusantara dengan kekayaan alam yang terdiri dari berbagai pulau juga turut menjadi sasaran penyebaran islam karena masih dalam kondisi kegelapan yang mayoritas belum menegnal islam. Letak strategis nusantara di antara dua benua dan dua samudera, menjadikan nusantara sebagai jalur transportasi perdagangan. Salman Iskandar yang menjadi salah stau narasumber dalam film JKDN juga mengutip bahwa Buya Hamka memiliki pandangan terkait islam yang sudah datang jauh sebelum Gujarat pada 12.15 M. Tidak hanya itu dalam Kronik Dinasti Tan Sui Tang Syo, juga diketahui pada tahun 651 M datang utusan khilafah ke hadapan penguasa China. Bahkan terdapat bukti yang mengarah pada hubungan keterkaitan khilafah di nusantara. Antara lain Sri Raja Sriwijaya yang mengirim surat pada khalifah Umar Bin Abdul Aziz di Damaskus dan hubungan Kerajaan Samudra Pasai dengan Khilafah Abbasiyah hingga perjalanan dakwah walisongo yang menyebarkan islam melalui dakwahnya di nusantara sebagai utusan dari khilafah.


Tidak berhenti sampai disitu, setelah penayangan film dokumenternya selesai, ada sesi tanggapan para tokoh muslim dari seluruh penjuru Nusantara, beliau semua adalah para ahli sejarah yang salah satunya juga menjadi pelaku sejarah dan ikut menyaksikan kejayaan islam pada masa kekhilafahan dulu 


Sebelum acara penayangan Premier film JKDN usai, Ustadz Rochmat S. Labib menyampaikan tiga pesan penting yang diterkandung dari film ini. Pertama, Islam dan kekuasaan merupakan dua hubungan yang sangat erat. Seperti kata Imam Ghozali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin bahwa kekuasaan dan agama bagaikan saudara kembar, agama adalah dasar dan kekuasaan adalah penjaganya, sesuatu tanpa dasar akan runtuh dan dasar tanpa penjaga akan hilang. Hal tersebut tergambar pada Jejak khilafah di Nusantara yang menunjukkan bahwa penyebaran islam di nusantara disokong oleh kekuasaan pada saat itu.Kedua, tidak ada yang perlu ditakutkan dari kekuasaan Islam atau khilafah karena sejarah mencatat kekhilafahan yang ada saat itu justru membawa kebaikan dan hidayah pada nusantara. Ekpansi yang dilakukan oleh kekhilafahan juga berbeda dengan yang dilakukan para kafir barat yang melakukan ekpansi dengan menebar kesengsaraan. Ketiga, Sejarah dalam film JKDN, InsyaAllah akan berulang kembali sesuai janji Rasulullah dan upaya untuk menghalangi terwujudnya janji itu hanyalah sia-sia belaka.


Akhir kata, dengan adanya kisah jejak khilafah yang baru saja kita saksikan dengan penuh rasa bangga semoga bisa menjadi suntikan keyakinan yang semakin besar dan pemantik semangat untuk selalu memperjuangan janji Allah dan Rasulullah berupa tegaknya khilafah sekalipun rintangan selalu ada di depan untuk menghadang. Film ini adalah wujud sasksi bisu sejarah yang tidak hanya kita kenang tapi juga menjadi harapan bagi perjuangan untuk menegakkan syariat di bumi nusantara. InsyaaAllah.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم