Menyapu Pasir Yang Menutupi Jejak Khilafah

 

Ummu Aisyah


          Film berjudul Jejak Khilafah di Nusantara ramai dibicarakan di Twitter. Bertepatan dengan tahun baru Islam 1 Muharam, pembahasan filmnya menjadi trending topic sampai memunculkan tagar #JejakKhilafahdiNusantara dan #DakwahSyariahKhilafah. Film yang diinisiasi oleh sejarawan bernama Nicko Pandawa bersama Komunitas Literasi Islam JKDN ditayangkan live di YouTube channel Khilafah Channel pada Kamis (20/8/2019) pukul 09.00 WIB (detik.com, 20/8/2020). Film Jejak Khilafah di Nusantara bercerita tentang hubungan Indonesia yang berkaitan dengan Khilafah Islamiyah, terutama pada masa Khalifah Utsmani. Film ini disajikan dalam bentuk dokumenter dan diangkat dari data-data otentik yang tercantum di dalam skripsi milik sejarawan Nicko Pandawa.


          Topik khilafah masih senantiasa hangat diperbincangkan, tidak hanya di Indonesia namun juga internasional, baik yang pro maupun kontra. Bagaimanapun kehadiran khilafah telah mengisi sejarah peradaban dunia, bahkan di era kegemilangannya dia bagaikan bunga dunia yang menjadi medan magnit bagi dunia. Istilah khilafah merujuk kepada kepemimpinan Islam setelah kepemimpinan Rasulullah Muhammad saw. Khilafah adalah kepemimpinan umum untuk seluruh kaum muslimin dalam menerapkan hukum-hukum syariah dan mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia. Orangnya dikenal dengan sebutan khalifah atau amirul mukminin. Pasca kepemimpinan Rasulullah saw, kepemimpinan umat dilanjutkan para khalifah dari Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah, Bani Mamaluk, dan seterusnya hingga Bani (Turki) Utsmaniyyah yang merupakan kekhilafahan terakhir sebelum institusi ini dihancurkan oleh Barat dan agennya.


          Keberadaan khilafah tidak terlepas dari urgensitas dakwah yang menjadi tanggung jawab umat Islam melaksanakan kewajiban dari Allah agar risalah Islam tersampaikan ke seluruh umat manusia. Allah berfirman dalam QS Saba:28, yang artinya:


"Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui."


Muhammad ibnu Ka'b telah mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Dan Kami tidak mengutusmu melainkan kepada umat manusia seluruhnya. Yakni kepada segenap umat manusia. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa Allah Swt. mengutus Muhammad Saw. kepada bangsa Arab dan non-Arab, maka orang yang paling mulia di antara mereka adalah yang paling bertakwa kepada Allah Swt. dan taat kepada-Nya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Az-Zarani, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Umar Al-Adni, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar sahabat Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa sesungguhnya Allah Swt. telah mengutamakan Muhammad Saw. di atas semua penduduk langit dan semua para nabi. Murid-murid Ibnu Abbas bertanya, "Wahai Ibnu Abbas, apakah keutamaan Nabi Muhammad Saw. atas semua para nabi?" Ibnu Abbas menjawab bahwa sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.(Ibrahim: 4) Sedangkan sehubungan dengan Nabi Muhammad Saw. Allah Swt. berfirman: Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya. (Saba: 28) Maka Allah mengutusnya kepada umat manusia dan umat jin.


          Apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas ini mempunyai bukti yang menguatkannya disebutkan di dalam kitab Sahihain yang dimarfu 'kan oleh sahabat Jabir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"Aku dianugerahi lima perkara yang belum pernah dianugerahkan kepada seorang nabi pun sebelumku: Aku diberi pertolongan dengan rasa gentar yang mencekam hati musuh sejauh perjalanan satu bulan; bumi ini dijadikan bagiku sebagai masjid dan suci lagi menyucikan, maka barang siapa dari kalangan umatku yang memasuki waktu salat hendaklah ia salat (di mana pun berada); dan dihalalkan bagiku ganimah, padahal ganimah belum pernah dihalalkan kepada seorang pun sebelumku; aku diberi izin untuk memberikan syafaat; dan dahulu seorang nabi diutus khusus hanya kepada kaumnya, sedangkan aku diutus untuk seluruh umat manusia."


Di dalam kitab sahih disebutkan pula bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"Aku diutus untuk kulit hitam dan kulit merah."


Menurut Mujahid, makna yang dimaksud ialah jin dan manusia seluruhnya. Selain Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah orang Arab dan orang non-Arab. Semua pendapat tersebut benar.


          Nusantara sebagai salah satu wilayah di dunia telah merasakan kehadiran dan menjalin hubungan dengan khilafah. Rentang jarak pusat khilafah yang jauh di Bagdad, Kairo, atau Istanbul, tidak menyurutkan kepedulian para khalifah dan kaum Muslim di sana untuk Nusantara. Betapa banyak jejak Khilafah yang masih berbekas di berbagai pulau di Asia Tenggara. Tentu, jejak yang paling jelas dan nyata dari peran Khilafah di masa lalu adalah keislaman kaum Muslim di Nusantara. Dengan pengiriman para da’i yang menyebarkan Islam dan pasukan militer yang dikirim Khilafah ke Nusantara untuk mengusir penjajah Eropa, nikmatnya Islam dan persaudaraan umat Islam yang tak mengenal sekat kebangsaan bisa dirasakan.


          Namun dengan hancurnya kekhilafahan Turki Utsmani, bunga dunia itu telah hilang dari kehidupan umat. Persaudaraan dan kesatuan umat terkoyak dan terpecah menjadi puluhan negara bangsa yang senantiasa menjadi mangsa musuh-musuhnya. Sejarah khilafah pun berusaha dikubur ataupun dikaburkan dan dibelokkan sesuai kepentingan mereka agar umat Islam lupa dan lalai akan keberadaannya sebagai khairu ummah, yang akan membawa kebaikan bagi dunia, menjauhkan dari berbagai kerusakan yang terjadi dalam peradaban kapitalistik dan materialistik saat ini. Maka, menjadi tanggung jawab dan kewajiban generasi Muslim saat ini untuk meluruskan sejarah keberadaan khilafah, pun menyadarkan umat bahwa khilafah merupakan bagian dari ajaran Islam sebagaimana ajaran Islam lainnya, bahkan keberadaan institusi ini yang akan menjadikan bisa terlaksananya berbagai kewajiban dari Allah dan menghilangkan berbagai kemungkaran. Wallahu A'lamu bish Shawwab.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم