Oleh: Ratih Raraswati
(Muslimah Peduli Generasi)
Pribahasa “Kasih sayang ibu sepanjang masa, kasih sayang anak sepanjang galah” seolah tak lagi berlaku bagi sebagian wanita saat ini. Kasih sayang yang semestinya diberikan seorang ibu kepada putra putrinya sirna begitu saja. Beberapa kasus pembuangan bayi baik dalam keadaan hidup maupun telah meninggal dunia menunjukkan matinya kasih sayang seorang ibu kepada buah hatinya.
Tak terkecuali saat negeri ini dilanda pandemi yang masih terus meningkat. Kasus pembuangan bayi pun turut mengalami peningkatan. Penemuan bayi di penghujung bulan Juli di depan rumah seorang warga di wilayah Dusun Berjo Kulon, Desa Sidoluhur, Kecamatan Godean, Sleman. Sebagaimana disampaikan Kapolsek Godean yang dilansir detiknews.com:
"Iya benar, ada penemuan (bayi) di wilayah Dusun Berjo Kulon, Desa Sidoluhur, Kecamatan Godean, Sleman. Bayi laki-laki ini ditemukan dalam kondisi masih hidup di dalam sebuah kardus," ujar Kapolsek Godean, Kompol Paino saat dihubungi wartawan, Rabu (29/7/2020).
Bersama bayi itu, ditemukan juga sebuah pesan yang diduga ditulis di bagian dalam penutup kardus. Pesan tersebut tertulis:
"Izinkan saya menitipkan anak saya. Mohon sayangi dia sebagaimana saya menyayanginya. Tolong besarkan dia sebagaimana saya ingin membesarkannya. Berikanlah ia yang terbaik." (detikNews, 29/07/2020).
Penemuan bayi yang telah meninggal dunia di dalam tempat pembuangan sampah juga terjadi sebelumya. Dilansir oleh kompas.com bahwa sepasang kekasih masing-masing berinisial AZ (20) dan WJ (30) ditangkap aparat kepolisian, Kamis (9/7/2020) malam. Keduanya diduga membuang bayi hasil hubungan di luar nikah ke tempat pembuangan sampah di Jalan Parit Haji Husein II, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. (kompas.com:10/07).
Banyak kasus pembuangan bayi yang terjadi di negeri ini baik sebelum maupun saat pandemi corona melanda negeri ini. Setidaknya ada dua hal yang mempengaruhi maraknya pembuangan bayi saat ini. Adalah merosotnya nilai moral dan kehamilan yang tidak dikehendaki sebagai penyebabnya. Ironisnya pembuangan bayi justru banyak dilakukan oleh remaja bahkan masih usia sekolah menengah di bawah 18 tahun.
Pemerintah belum melakukan banyak tindakan dalam mencegah kasus pembuangan bayi. Bahkan program-program yang tidak mendidik bahkan berbau pornografi dan pornoaksi masih bertaburan di media televisi maupun sosial media. Seolah konten tersebut justru menjadi sumber pendapatan bagi negara. Pemerintah hanya menghimbau agar orang tua memantau putra-putrinya, terutama dalam penggunaan smartphone dan pergaulannya. Sedangkan program televisi dan konten yang ada di medsos dapat mendorong prilaku masyarakat yang melihatnya. Bahkan kehamilan yang tidak diharapkan dapat terjadi karena pengaruh konten-konten tersebut.
Hati seorang ibu seolah telah mati seiring matinya peran pemerintah dalam mengontrol konten pornoaksi dan pornografi. Kasus aborsi terjadi diberbagai daerah. Kalaupun tidak aborsi, bayi yang telah dilahirkannya sendiri akhirnya justru dibuang bahkan ada yang dibunuh dulu baru dibuang. Astagfirullah....
Begitu banyaknya konten yang justru merusak akidah masyarakat, kita perlu melihat kembali kisah wanita sholihah bernama Siti Hajar. Beliau berjuang keras untuk merawat dan melindungi putranya. Di tengah kebahagiaan Ibrahim as atas berkah kehadiran Ismail, Siti Hajar dan putranya justru di bawa ke tempat yang jauh menuju Baitul Haram. Mereka ke suatu lembah gersang yang tiada rumput ataupun tumbuhan. Tiada juga air, pun tanda-tanda kehidupan. Setelah berada diatas lembah, Nabi Ibrahim meninggalkan keduanya. Tapi Siti Hajar meyakini penuh bahwa Allah SWT tidak akan pernah meninggalkannya.
Siti Hajar memandang semua wilayah di lembah, kosong, gersang dan sangat panas. Ia merasa asing dalam kesendiriannya bersama Ismail, bekal perjalanan yang dibawa untuk bertahan hidup punn akhirnya habis. Air susunya pun mengering. Beliau mulai panik. Ismail menangis kehausan dan kelaparan. Siti Hajar berlari mencari air dari bukit Shafaa ke bukit Marwah sebanyak 7 kali. Hampa, ia tidak menemukan apapun. Ia bingung dan gelisah memikirkan keberlangsungan kehidupan anaknya, Ismail hingga energinya habis tak berdaya.
Di tengah kesulitan tersebut, Allah SWT memberikan mukjizat-Nya. Ismail kecil menangis kehausan dan kakinya dihentakkan ketanah. Saat itulah muncul sumber mata air yang sekarang dikenal sebagai mata air Zam-Zam. Air inilah yang membantu mereka bertahan. Memberi kehidupan dipadang pasir tandus dan bukit bebatuan. Beberapa waktu kemudian tempat itu akhirnya ramai, banyak kafilah yang singgah dan menetap. Dari Siti Hajar kota Makkah menjadi ramai dan semakin maju.
Siti Hajar adalah sosok wanita yang begitu tegar, tabah dan bertawakal hanya kepada Allah swt semata. Ia menjadi cerminan seorang perempuan yang kuat dan tidak mudah putus asa meski kesulitan kerap menghimpitnya.
Peran Siti Hajar seringkali terlupakan dalam perayaan hari raya Idul Adha. Ketabahannya dalam mendidik putranya Ismail seorang diri dalam waktu yang panjang digurun yang tandus. Membentuk karakter dan sikap Ismail yang ikhlas dan berserah sepenuhnya kepada Allah SWT, adalah buah dari pendidikan yang diajarkan Siti Hajar. Sampai Ibrahim datang dan menceritakan mimpinya yang mengerikan itu. Dan lagi Siti Hajar menunjukkan ketundukannya akan perintah Allah dengan merelakan Ismail, putra yang sangat dicintainya untuk dikorbankan.
Kisah Siti Hajar memberikan pengetahuan kepada kita bahwa upaya yang dilakukannya untuk bertahan hidup dan menjaga putranya. Siti Hajar seorang perempuan yang cerdas membaca keadaan, mencari ide dan inisiatif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Siti Hajar menjadi satu-satunya perempuan didunia Islam yang seluruh upayanya menyelamatkan kehidupan, gerakannya diikuti oleh jutaan umat Islam setiap musim haji. Menjadi Ibadah wajib dalam rukun Islam.
Saat banyaknya kasus pembuangan bayi dan krisis kasih sayang ibu inilah, kita perlu kembali membuka kisah Siti Hajar. Kisah yang seringkali terlupakan saat perayaan Idul Adha perlu kita perkenalkan kembali kepada umat. Dengan menghidupkan kembali kisah Siti Hajar setelah perayaan Idul Adha tahun ini, semakin menumbuhkan kasih sayang ibu kepada putra putrinya dan tak lagi ada kasus pembuangan bayi maupun aborsi di bumi ini.
Wallahu a’lam bi ash-showab.[]