Di "Take Down" Pemerintah, JKDN pun Sukses Menunjukkan Ketakutan Bagi Pembenci Khilafah

 


Endah Sulistiowati


I. PENDAHULUAN


1 Muharam 1442 Hijriyah bertepatan dengan 20 Agustus 2020 hampir bersamaan dengan ultah ke 75 tahun kemerdekaan, menjadi hari yang bersejarah bagi umat Islam Indonesia. Pasalnya pada saat itu film fonumenal bertajuk Jejak Khilafah Di Nusantara sukses ditayangkan dan ditonton oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Bisa jadi ini adalah the real kado ultah kemerdekaan.


Meskipun kita tahu bersama, sebelum penayangan film ini, penuh intrik dan bertabur berbagai fitnah yang ditujukan pada pembuatnya. Tentu saja hal ini bertujuan untuk menggagalkan penayangan perdana dari film tersebut. Hingga pada hari H semua masyarakat tahu, ada peperangan di dunia maya, hingga penayangan film ini harus tertunda satu jam. Itu pun harus mengalami 3 kali take down. Namun biidznillah rangkaian acara JKDN sukses digelar. 


II. PERMASALAHAN 


Sikap ambigu dan tidak gentle oleh penguasa dan pihak-pihak terkait terus menyisakan tanya, apalagi di hari yang sama dengan pemutaran film JKDN ada persekusi terhadap tokoh yang diduga terafiliasi dengan HTI, pertanyaannya yaitu : 


(1) Mengapa penguasa dan beberapa pihak nampak sangat ketakutan terhadap Khilafah, baik sebagai jejak sejarah ataupun institusi Islam? 



(2) Bagaimana sikap kita (terutama pejuang Khilafah) menghadapi berbagai tekanan penguasa ini?


III. PEMBAHASAN 


A. Ketakutan Tidak Berdasar Memupuk Kebencian Akut Terhadap Khilafah 


1. Khilafah Trending dan Memasyarakat 


Menurut info panitia, tercatat 250 ribu lebih pendaftar tiket virtual sejak pre-launching 2 Agustus 2020 lalu. Jumlahnya dipastikan terus meningkat mendekati jam tayang. Film yang diprakarsai Khilafah Channel bekerja sama dengan Komunitas Literasi Islam (KLI) ini, diluncurkan bertepatan 1 Muharam 1442 Hijriah atau Kamis, 20/8/20, pukul 09:00 WIB.


Di hari yang sama, di jagat Twitter, bertengger empat tagar trending topic terkait film JKdN ini. Bagaimanapun hal ini cukup menggetarkan kaum pembenci Khilafah. Tagar tersebut adalah: #JejakKhilafahdiNusantara, #DakwahSyariahKhilafah, #SejarahIslamIndonesia, dan #NobarFilmKhilafah.


Dalam talk show tersebut, Septian menyebut salah satu latar belakang JKdN ini diproduksi adalah untuk menjawab tantangan zaman. Di mana Khilafah telah menjadi pembicaraan masyarakat Indonesia, bahkan dunia. Hal ini mengingatkan penulis, ketika satu tahun sebelum hijrah, dari laporan Mush'ab bin Umair yang datang dari Madinah bersama 75 para pemimpin dan pemuka masyarakat Madinah, bahwa di Madinah hampir disetiap rumah tidak ada pembicaraan kecuali Islam ada dalam pembicaraan tersebut.


Sementara Nicko menjelaskan, film ini bisa dipertanggungjawabkan secara akademis, sebab melandaskan penelitian dan riset yang panjang, didukung sumber primer maupun sekunder (data pustaka), ditambah data lapangan yang tersebar dari ujung Sumatra -Aceh-, Pulau Jawa, hingga ujung Timur -Ternate dan sebagainya.


Namun bukan tanpa kendala, dari pantauan MNews, tayangan ini mengalami beberapa kali “hilang” di tengah-tengah streaming. Muncul tulisan “legal complaint” yang menandakan keluhan/aduan dari pemerintah setempat, meski tidak terkonfirmasi keluhan apa yang dimaksud. Namun demikian, film kembali tayang lancar hingga akhir rangkaian peluncuran. 


Hal ini menunjukkan bahwa ada ketakutan-ketakutan pemerintah terhadap terkuaknya fakta sejarah bahwa ada hubungan antara Khilafah dan Nusantara ini. Bisa jadi hal ini dianggap aib oleh mereka-mereka yang membenci Khilafah jika sampai terbukti bahwa ada jejak Khilafah di Nusantara.


Padahal tidak ada yang salah jika kita ingin menunjukkan sejarah. Bukankah suatu bangsa itu besar karena sejarahnya. Jika tidak mau menerima kebenaran sejarah negerinya maka patut dipertanyakan kecintaan dan keloyalannya atas bangsa dan negaranya.


Kenapa Khilafah ini benar-benar trending? Karena siapa yang tidak tahu sejarah para Khulafaur Rasyidin yang cemerlang menjadi pemimpin pengganti Rasulullah. Dari mana kita tahu, mengenal, dan bahkan menjadikan Islam sebagai agama sekaligus ideologi kalau tidak dari dakwah para Khalifah dengan isntitusi Khilafahnya.


Lagipula tidak ada yang perlu ditakuti dari Khilafah ini. Sejarah sudah membuktikan kesejahteraan umat terjamin dengan Khilafah. Tidak ada masalah yang tidak bisa dipecahkan dalam Islam, jika seluruh syariah Islam diterapkan dalam bingkai Khilafah. Solusinya pun memuaskan akal dan menentramkan jiwa, bagi orang-orang yang mau membuka akal dan hatinya. Itulah yang membuat Khilafah mudah mendapatkan hati ditengah masyarakat.


2. Ketakutan Terhadap Khilafah Tidak Mendasar 


Sebelum JKDN ini diluncurkan, banyak yang ingin film ini gagal tayang, bahkan propaganda anti Khilafah pun terus digaungkan. Namun, keberuntungan dan ridho Allah SWT berpihak pada film JKDN ini. Semakin dihujat penontonnya semakin meningkat.


Ditengah ramainya animo masyarakat dengan film JKDN, ternyata pemerintah melakukan hal tidak bijak, tiga kali pemerintah melakukan penutupan terhadap akses film ini. Hal ini nyatanya membuat masyarakat semakin tahu dimana posisi kebenaran itu sesungguhnya. Ternyata jejak Khilafah di Nusantara menyisakan ketakutan yang berlebih-lebihan pada rezim ini. Kebangkitannya menjadi momok tersendiri.


Seiring dengan kesuksesan penayangan film JKDN ini, ternyata di daerah masih ada pula persekusi terhadap orang-orang yang disinyalir turut mendakwahkan Khilafah. Ada dua video yang beredar pada hari Jum'at 21 Agustus 2020, tentang penggrebekan oleh ormas terhadap pendakwah di Pasuruan.


Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Adjamuddin Ramly menegaskan, khilafah tidak sama dengan komunis. Menurut dia, khilafah justru merupakan bagian dari sejarah Islam yang berhak diketahui oleh seluruh umat Islam di dunia, termasuk di Indonesia.


"Namanya khilafah itu bagian dari pada substansi ajaran Islam dan bagian dari sejarah Islam, yang tidak sama dengan PKI, yang tidak sama dengan komunisme. Ini perlu diperhatikan," kata Adjamuddin dalam tayangan Apa Kabar Indonesia Petang di TV One, Sabtu (22/8/2020).


Pernyataan Adjamuddin ini terkait video yang viral di media sosial yang memperlihatkan beberapa anggota Banser mendatangi seorang pria berpeci putih, yang diduga bagian dari organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang mengajarkan soal khilafah di Rembang, Pasuruan, Jawa Timur.


Mengutip dari tulisan Profesor Suteki "Sebagai seorang guru besar di bidang hukum saya prihatin melihat buruknya penegakan hukum di negara hukum ini. TRIAL BY THE PRESS terkesan lebih dipercaya dibandingkan dgn TRIAL BY THE RULE OF LAW sehingga yang muncul adalah TRIAL WITHOUT TRUTH sebagaimana dikatakan oleh William T Pizzi. 


Dalam dunia hukum itu dipercayai dalil: BERANI MENUDUH HARUS BERANI MEMBUKTIKAN. Jangan menuduh tanpa bukti yang bisa dipertanggung jawabkan dan belum diuji kebenaran tuduhan itu. 


Di mana tempat menguji dan mempertanggung-jawabkan tuduhan? Tidak lain di PENGADILAN melalui DUE PROCESS OF LAW. Di negara hukum itu pemali menggunakan sarana VANDALISME: hantam dulu, urusan belakangan. CABUT BADAN HUKUMNYA DULU, URUSAN BELAKANGAN. Itu eigenrichting. Itu akan menjadikan pemerintah sebagai EXTRACTIVE INSTITUTION sebagai lambang NEGARA KEKUASAAN bukan NEGARA HUKUM." 


Kembali lagi pada masalah Khilafah, sudah banyak tulisan para ulama ataupun ustadz yang mengupas tuntas masalah Khilafah ini. Bahwa Khilafah adalah ajaran Islam dan Khilafah bukanlah ideologi melainkan sebuah sistem kenegaraan/institusi politik dalam Islam, yang menerapkan seluruh syariah Islam.


Serta tidak terbukti dalam sejarah Islam, bahwa Khilafah melakukan paksaan-paksaan, melakukan kejahatan perang, ataupun menjajah dengan mengambil alih semua kekayaan alam negeri-negeri yang ditaklukkan. Bahkan sebaliknya, dengan berada dalam naungan Khilafah semua negeri-negeri termakmurkan dan hidup sejahtera.


Kembali penulis tegaskan, bahwa ketakutan terhadap Khilafah tidak mendasar. Justru ketakutan itu menunjukkan ada ketidakberesan. Serta keberpihakan pada musuh-musuh Islam. Karena yang seharusnya takut dengan kebangkitan Islam dan tegaknya Khilafah adalah mereka yang sejak awal memusuhi Islam. Sehingga jika mengaku sebagai seorang muslim selayaknya tidak menjadikan Islam itu sebagai momok.


B. Perjuangan adalah Pilihan


Umat harus paham kondisi ketidak berpihaknya rezim pada Islam masih akan terus berlangsung. "Nabok nyilih tangan", adu domba, propaganda, masih akan kita rasakan. Hingga Khilafah itu tegak. Sehingga pengemban dakwah harus menyiapkan umat dengan kondisi ini. Karena tidak ada jalan lempeng dalam perjuangan itu.


Allah berfirman dalam suraf Al Fushilat ayat 33: 


وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ


 صَٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ 


Artinya: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"


Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


فَوَاللَّهِ لأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ


“Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah." 


Imam Al Bukhari rahimahullah membuat judul Bab dari hadits di atas, “Bab: Keutamaan seseorang memberi petunjuk pada orang lain untuk masuk Islam”.


Abu Daud membawakan hadits di atas pada “Bab: Keutamaan menyebarkan ilmu”.


Penulis ‘Aunul Ma’bud, mengatakan, “Unta merah adalah semulia-mulianya harta menurut mereka (para sahabat).” 


Di lain tempat, beliau rahimahullah mengatakan, “Unta merah adalah harta yang paling istimewa di kalangan orang Arab kala itu (di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).”


Yahya bin Syarf An-Nawawi rahimahullah memberikan penjelasan yang cukup apik. Beliau rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksudkan dalam hadits tersebut adalah unta merah.Unta tersebut adalah harta teristimewa di kalangan orang Arab kala itu. 


Di sini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan unta merah sebagai permisalan untuk mengungkapkan berharganya (mulianya) suatu perbuatan. Dan memang tidak ada harta yang lebih istimewa dari unta merah kala itu. Sebagaimana pernah dijelaskan bahwa permisalan suatu perkara akhirat dengan keuntungan dunia, ini hanyalah untuk mendekatkan pemahaman (agar mudah paham). Namun tentu saja balasan di akhirat itu lebih besar dari kenikmatan dunia yang ada. 


Demikianlah maksud dari setiap gambaran yang biasa disebutkan dalam hadits. Dalam hadits ini terdapat pelajaran tentang keutamaan ilmu. Juga dalam hadits tersebut dijelaskan keutamaan seseorang yang mengajak pada kebaikan. Begitu pula hadits itu menjelaskan keutamaan menyebarkan sunnah (ajaran Islam) yang baik dan berdakwah amar ma'ruf nahi munkar. 


Sehingga bagi para pengemban dakwah atau orang-orang yang ingin Istiqomah dijalan kebenaran ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu: 


1) Selalu memahami situasi politik yang ada. Sehingga ketika kita menentukan langkah tidak salah arah atau pun memperkeruh keadaan. Serta semakin bisa bermain cantik, dengan menemukan uslub-uslub baru dalam dakwah.


2) Menganggap kondisi perjusngan ini adalah " baabul khoir" pintu kebaikan. Banyak pahala yang akan kita raih, jika kita senantiasa Istiqomah.


3) Menjadikan hambatan sebagai peluang. Sebagaimana saat pra dan pasca pemutaran film JKDN saat ini. Banyak peluang yang bisa kita tangkap, untuk semakin menggencarkan dakwah Khilafah, karena permainan kotor rezim dan buzzernya nampak jelas di depan mata.


4) Memperkuat militansi dalam diri. Karena pejuang tidak pantas lari, apalagi sampai resign atau pensiun dini dari panggung perjuangan. Dengan selalu hadir dalam setiap halaqah, diskusi, selalu meningkat kan taqarub Ilallah. Maka sedikit demi sedikit keberanian akan menyatu dalam diri. 


Hal ini juga sebagai pengingat bagi penulis, bukankah menjadi mantan preman itu lebih baik dari pada manta pejuang. Allahu Akbar!


IV. KESIMPULAN

Dari uraian di atas setidaknya ada beberapa benang merah yang bisa diambil, yaitu:


1) Ketakutan terhadap perjuangan Khilafah adalah ketakutan yang tidak mendasar, apalagi sampai melakukan persekusi terhadap pendakwah ya, karena Khilafah adalah ajaran Islam dan terbukti sudah diterapkan selama 13 abad.


2) Para pejuang Khilafah tidak pantas lari dari panggung perjuangan, harus mampu menguasai situasi dan kondisi politik yang ada, serta mampu bermain cantik agar dakwah tetap bisa dilakukan.


#LamRad

#LiveOppresedOrRiseUpAgaints

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم