Demi Ekonomi Meski Makin Merah Tetap Melenggang




Oleh : NS. Rahayu
(Anggota Komunitas Setajam Pena)

Setelah New normal life berjalan 3 bulanan, ternyata curva covid 19 makin meningkat saja. Bahkan zona-zona yang semula hijau mulai berwarna orange. Namun seakan sudah tidak dipedulikan lagi di tengah masyarakat, meski mereka menyadari bahayanya. Pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari mendesaknya mempertaruhkan resiko itu.

Perubahan warna itu bukannya tidak diketahui oleh negara, mereka memiliki data faktual terkait hal itu tetapi sudah tak lagi diumumkan ke khalayak. Semata agar tidak membuat kepanikan baru.

Kebijakan-kebijakan itu menguatkan alasan bahwa negara lebih mementingkan untuk menghidupkan sektor ekonomi yang kolaps akibat terjangan virus corona dibandingkan kesehatan rakyat. Termasuk bertambahnya jumlah pasien covid 19 dan meningkatnya jumlah kematiannya.

Sebagaimana dilansir Tempo.co (5/7/20) – Angka kematian akibat covid 19 di Indonesia lebih tinggi dari laporan yang terus diperbarui Gugus Tugas Penanganan covid 19 saban sore.

Meski nampak kegagalan dari beberapa negara yang menerapkan a new normal life normal life karena tidak membuat penderita covid menurun, justru bertambah. Namun Indonesia yang jelas masih dalam tahap abnormal masih melenggang dengan tenang, seakan tidak ada wabah.

Kejadian tersebut tidak membuat negara mengkaji ulang kebijakannya. Namun meminta rakyat untuk berdamai dengan corona bahkan ada yang menyampaikan ibarat hidup dengan istri. Dan hanya membekali masyarakat untuk berhati-hati, jaga jarak dan selalu pakai masker.

Kebijakan aneh bin ajaib yang tak masuk akal memang telah terbiasa di negeri ini, rakyat di buat pusing dengan kebijakan plin plan. Nyawa rakyat seperti mainan yang bisa di uji coba sewaktu-waktu. Uji nyali herd imunnity menjadi pilihan bagi pemerintah.  Ibarat membiarkan rakyat hidup di tengah rimba siapa yang kuat imunnya dialah yang hidup siapa yang lemah imunnya maka dia akan mati.

/New Normal adalah Solusi Ekonomi/

Kebijakan yang diambil Indonesia dan dunia terkait a new normal life bukan tanpa alasan, hal ini sangat berkaitan dengan paradigma yang diemban oleh penguasa. Terdapat dua paradigma: pertama  penguasa merasa bahwa rakyat menjadi beban ekonomi bagi negara. Kedua penguasa tidak pernah menganggap bahwa jabatan dan rakyat adalah amanahnya

Tak terelakkan! Covid 19 telah menyebabkan negara di dunia kolaps, ekonomi hancur apalagi Indonesia yang tak punya dana untuk menanggung kehidupan rakyat selama pandemi. Jika kebijakan tetap di rumah saja berlanjut maka negara akan di rugikan. Karena selama ini rakyatlah yang menghasilkan uang untuk keberlangsungan roda ekonomi negara.

Sehingga  produktifitas rakyat harus digerakkan kembali, maka kebijakan new normal life membuka kembali kantor dan pabrik, mall dan pasar, sekolah dan semuanya ditengah pandemi corona yang belum menurun. Semata agar roda ekonomi berjalan kembali. Ketika roda ekonomi berjalan maka kemiskinan teratasi, pengangguran berkurang, ekonomi menguat, pajak pun akan berjalan lancar.

Dan rakyat adalah tumbal rezim yang diperalat sebagai bamper, nyawa mereka menjadi taruhannya. Recehan yang rakyat dapatkan untuk tetap bertahan hidup tidak sebanding dengan keuntungan yang berlipat para pemilik modal (pengusaha). Inilah bukti nyata kejamnya sistem kapitalis.

Sistem kapitalis bisa bertahan hidup selama pemerintah tetap kekeh menerapkan sistem ini dalam menjalankan pemerintahannya. Lewat penguasalah kaum kapital bisa leluasa menghisab darah rakyat kecil. Penguasa menyiapkan karpet merah bagi para kapital melalui berbagai kebijakan dan UU.

Maka new normal life bukanlah untuk kepentingan rakyat tapi sejatinya untuk kepentingan para penguasa dan pemilik modal. Sehingga wajar jika pemerintah tak pernah menganggap rakyat adalah amanahnya, yang ada rakyat adalah beban bagi mereka. Begitulah sifat asli demokrasi kapitalis.

/Ada Harapan Dalam Islam/

Bertolak belakang dengan Islam ketika mengurusi rakyatnya. Pernah terjadi ketika  pemerintah menerapkan sistem islam. Jabatan dan rakyat adalah amanah besar, sehingga pemerintah tidak dengan mudah membuat kebijakan yang ngawur.

Yaitu saat Khalifah Umar, ra sebagai pemimpin global, saat dimana ada wabah (kusta). Maka negara segera menerapkan karantina (lockdown) wilayah sejak awal kemunculannya untuk memutus rantai penyebarannya dan baru membebaskan rakyat yang terkarantina setelah sehat. Tentu saja dengan semua kebutuhan wilayah tersebut ditanggung oleh negara. Baik pemenuhan kebutuhan hidup, pengobatan, laboratorium dan penunjang lainnya sebagai upaya mempercepat penyembuhan dan pemulihan wilayah.

 Sementara wilayah  lain yang  sehat tetap melakukan aktivitas sehari-hari tanpa ada kekhawatiran tertular dan perekonomian tetap berjalan pada rodanya. Hal ini otomatis tidak membuat ekonomi negara kolaps.

Metode dalam sistem Islam ini terbukti manjur sehingga tidak  perlu kebijakan new normal life, karena kondisi tetap konsisten dalam kenormalan. Tinggal mau atau tidak menerapkan sistem Islam ini sebagai harapan baru di tengah rapuhnya kapitalisme. Wallahu’alam bi shawab.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم