Covid-19 ; Dilema Ekonomi atau Nyawa Rakyat



Shintami Wahyuningsih 
(Aktivis Muslimah) 

Jumlah kasus positif Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Indonesia terus bertambah setiap harinya. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan ditemukan 1.679 kasus baru pasien positif Covid-19. Sehingga per hari Senin 3 Agustus 2020, jumlah orang terinfeksi Covid-19 mencapai 113.134. Data tersebut dikutip dari situs Satgas Penanganan Covid-19, Senin (3/8) pada pukul 12.00 WIB. Sementara, ada 1.262 pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh. Sehingga total menjadi 70.237 pasien sembuh. Sedangkan, kasus meninggal ada penambahan 66 orang, sehingga total menjadi 5.302 kasus. ( merdeka.com).

Mirisnya, ditengah kasus yang kian hari kian bertambah, kegiatan ditengah-tengah masyarakat seakan kian normal dan biasa saja seolah-olah tidak ada pandemi yang sedang mengintai. Semua sektor mulai dibuka dari pariwisata, industri bioskop dan banyak lagi yang dianggap penyebab merosotnya ekonomi selama diberlakukannya lockdown.

Memang tidak bisa dipungkiri sejak terjadinya pandemi corona ini hampir seluruh sektor terimbas Covid-19, termasuk sektor Ekonomi yang membuat negara-negara mengalami resesi bahkan ancaman depresi, salah satu penyebabnya adalah lambat bahkan berhentinya perputaran ekonomi ditengah-tengah masyarakat, karena kekhawatiran masyarakat untuk keluar rumah dan berkativitas dalam kondisi pandemi yang belum juga menunjukan akan hilang/berhenti.

Dalam kondisi seperti ini pemerintah harus mampu mengambil kebijakan yang tepat, karena perlu dipahami bahwa manusia adalah subjek penggerak ekonomi dan faktor utama produksi. Sedang pandemi ini merupakan ancaman bagi keselamatan manusia. Sehingga tidak seharusnya mengorbankan nyawa rakyat yang justru akan membuat ekonomi menurun.

Bukankankah sejak diberlakukannya new normal kasus covid-19 malah tak terkendali peningkatannya bahkan sampai menyentuh 2.000 kasus per hari. Padahal sebelum diberlakukan new normal tidak pernah menyentuh angka 1000. Maka dalam kondisi vaksin yang belum ditemukan jika new normal ini tetap di paksakan artinya akan menuju herd immunity alami, yakni  kekebalan kelompok yang diperoleh dari kematian sebagian besar umat manusia akibat wabah penyakit. Lalu siapa yang akan bertanggung jawab atas ini? 

Sudah saatnya pemerintah memikirkan perkembangan ekonomi dari aset kekayaan alam yang dimiliki negeri ini. Yang bisa dikelola sebesar-besarnya untuk kesejahtraan rakyat, tanpa harus mengorbankan rakyat.

Namun, dalam sistem Kapitalisme-Sekulerisme  yang diterapkan saat ini apakah hal tersebut bisa dilakukan? Tentu sangat mustahil mengingat kapitalisme ini muncul dari keserakahan manusia yang menginginkan keuntungan materi secara pribadi semata tanpa memedulikan masyarakat secara umum, dan sekulerisme sendiri merupakan ide pemisahan agama dari kehidupan sehingga mengabaikan seluruh hukum-hukum Allah termasuk pengelolaan SDA yang tersedia di bumi ini.
 
Inilah akibat dari kelalaian sistem kapitalis, dimana semua wilayah terpaksa menerapkan lockdown, karena penanganan yang terlambat atau bahkan salah dari awal. Dengan tidak segera menutup wilayah terdampak pandemi sehingga mengakibatkan virus yang begitu cepat penyebarannya tidak lagi bisa dikendalikan. Maka,  bercampurlah antara orang-orang yang sehat dan yang sakit. Akibatnya, seluruh wilayah harus melakukan lockdowm dan ekonomipun berhenti.

Namun dalam kondisi yang sudah separah ini tidaklah bijak ketika mengambil new normal sebagai solusi pemulihan ekonomi karena akan mengorbankan rakyat.
Hanya Islam saja solusi atas permasalahan yang sedang menimpa negeri ini. Islam telah mengatur bagaimana agar pandemi yang menimpa suatu wilayah tidak menyebar kewilayah lain sehingga perekonomian tidak akan mengalami resesi atau melemah.

Sebagai negeri yang agraris yaitu dengan tanah subur dan luas, juga Sumber Daya Alam yang memadai, maka ekonomi bisa ditingkatkan. Dan sistem Islamlah yang mampu mengelolanya, karena dalam Islam jelas bahwa Sumber Daya Alam merupakan milik umum yang dikelola untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat secara umum.

Wallahua’lam bishowab.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم