Oleh: Rina Yulistina
(Analis Muslimah Voice)
New normal life menjadi tren dunia tak terkecuali Indonesia. Padahal kalau kita tenggok negara yang telah melakukan new normal ternyata gagal, malah menyebabkan gelombang pandemi yang lebih buruk seperti yang terjadi pada Pakistan, Korsel, Swedia dan lainnya. Namun kegagalan tersebut tidak dijadikan pertimbangan oleh Indonesia.
Pemerintah pusat bersi kukuh untuk maju new normal, para pakar telah memberikan banyak data untuk dijadikan bahan pertimbangan bahwa Indonesia belum siap untuk melakukan new normal. Bahkan berdasarkan enam syarat new normal dari WHO tak ada satupun yang telah Indonesia penuhi namun semua itu diindahkan oleh pemerintah.
Wajar jika banyak kalangan yang curiga ada apa dibalik new normal yang terkesan mendadak dan buru-buru? Memang kondisi saat ini sangat buruk, ekonomi ambruk, gelombang PHK dan butuh di stabilkan. Namun apakah harus sekarang? Apalagi banyak pakar yang menyatakan bahwa Indonesia belum pada posisi puncak pandemi, jika mengambil langkah new normal bukankah sangat gegabah?
Jika kita melihat tidak mungkin suatu kebijakan muncul secara tiba-tiba, pasti ada hal yang mendasarinya. New normal life terlahir bukan dari Indonesia namhn dari inisiasi PBB. PBB faham betul bahwa korona menyebabkan kelumpuhan kapitalisme, agar kapitalisme tetap hidup maka butuh digerakan kembali roda ekonomi maka negara-negara di dunia siap atau tidak harus terjun dikancah new normal.
Kita semua pun tahu bahwa hak veto PBB dimiliki oleh negara-negara besar salah satunya adalah Amerika. Apalagi kondisi Amerika saat ini benar-benar kacau, diambang kehancuran tak bisa lagi menompang negaranya maka dia harus bergerak untuk mencari penompang dan negara-negara pengekorlah yang akan menjadi santapannya.
Indonesia menjadi salah satu negara santapan. Indonesia negara yang kaya akan SDA, jumlah penduduk yang banyak, sangat empuk menjadi santapan negara-negara besar untuk menyelamatkan ekonomi mereka. Apalagi Indonesia merupakan negara pengekor yang tak memiliki taring untuk menentukan sikapnya. Pemerintah pasrah karena memang tak memiliki visi kedepan.
Indonesia dijadikan tumbal penyelamat ekonomi dunia, tekanan asing dan aseng terus berkerumun menekan pemerintah untuk segera buru-buru membuka kran normal life, pada akhirnya lonjakan penderita covid-19 naik dratis, rakyatlah yang menjadi korban.
Sikap ketundukan pemerintah pada asing dan aseng disebabkan oleh jeretan perjanjian internasional, utang dan kurangnya visi pemerintah untuk mengatur negara ini. Maka Indonesia bukan butuh new normal namun butuh new sistem yang menjadikan Indonesia berdaulat. Kedaulatan itu tidak akan pernah didapat jika masih mengekor pada sistem kapitalis demokrasi. Perubahan sistem suatu harga mati untuk Indonesia lebih baik. Perubahan sistem haruslah berasal dari yanh menciptakan manusia yaitu Allah.
Islam memiliki arah visi yang jelas bahwa tak akan sudi untuk tunduk dengan aturan PBB. Ideologi kapitalisme haruslah dilawan dengan ideologi islam, negara besar haruslah dilawan dengan negara besar. Dan Khilafahlah satu-satunya yang memiliki visi yang jelas yang herasal dari Allah dan telah di contohkan oleh Rasulullah.[]