Oleh : Salma Shakila
(Analis Muslimah Voice)
Guys, setangguh apa kalian dalam menghadapi wabah Covid-19? Wabah yang entahlah berakhir kapan, kalau pengurusannya begini mah? Hidup di negeri +62 itu harus tangguh jangan mudah patah hati. Eh, lho koq patah hati? Hidup di sini nggak boleh lembek, cengeng dan rapuh. Hidup di negeri harus kuat dan tangguh.
Kalau bisa jadikan kampung tempat tinggal kita kampung tangguh, pasarnya juga pasar tangguh, transportasi publik juga harus tangguh. Kalau punya putra-putri yang di pesantren, pesantrennya juga harus tangguh.
Semua lini harus berperan dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Kalau masih banyak aja korban berarti yang salah rakyat. Kan tadi sudah dibilangin harus tangguh. Lantas peran pemerintah dimana? Jangan terus membebani negara. Urusan negara udah banyak. Mana utang kita banyak pula. Lho, jadi ke utang-utang segala.
====
Ngomong-ngomong soal kampung tangguh, sejak Mei 2020 program ini telah digalakkan oleh Pemerintah Daerah Jawa Timur (Pemda Jatim) di sejumlah kabupaten dan kota. Kampung tangguh semeru yang dicanangkan di Jawa Timur diharapkan bisa jadi proyek pencontohan nasional.
Penyematan kata tangguh ini digunakan selain pada kampung tangguh meluas ke pesantren tangguh, transportasi publik tangguh, dan pasar tangguh.
Kampung yang menerapkan konsep tangguh harus menyertakan kelengkapan protokol kesehatan seperti lumbung pangan, lumbung informasi, lumbung kesehatan, ruang isolasi, dapur umum, fasilitas cuci tangan, cek poin.
Setiap warga yang keluar harus menggunakan masker dan mencuci tangan sebelum masuk rumah. Warga juga harus menjaga jarak ketika beraktivitas. Setiap warga melapor bila datang dari bepergian di cek-cek poin yang sudah ada di kampung tersebut.
Menurut pemerintah, keberadaan kampung tangguh ini efektif untuk menekan penyebaran Covid-19 dan harus ada komitmen dari masyarakat untuk mengikuti SOP yang ada. Tangguh yang dimaksud di sini adalah tangguh dalam bidang keamanan, kesehatan, dan ketahanan pangan/ekonomi.
Jadi kampung tangguh bukan soal Covid-19 saja alias kesehatan. Ternyataada soal tangguh dalam ekonomi juga. Ya, beginilah kalau negara berbasis kapitalis, korporasi. Negara hanya berfungsi sebagai regulator tidak pernah benar-benar mengurusi urusan rakyat lebih-lebih menjamin.
====
Tapi ya itu, kampung tangguh yang dimaksud hanya beberapa kampung saja di setiap kabupaten/kota jadi macam proyek percontohan aja. Jadi nanti semua-semua hanya contoh ya Guys. Aih...aih...
Kalau ada jaminan-jaminan ya seperti diwakilkan aja. Tak pernah menyeluruh untuk seluruh rakyat. Begitulah...kalau pemerintah selalu berhitung. Urusan ngurusi rakyat terasa berat ditanggung oleh negara.
Kemudian jika dalam kampung tangguh semua swadaya masyarakat kan jadi berat bagi masyarakat. Kampung tangguh tidak akan berdampak signifikan jika protokal kesehatan tidak diupayakan dalam tata kelola pandemi yang tegas dan itu menjadi tanggung jawab negara secara penuh.
====
Oh iya, para ahli epidemologi masih kesulitan nih memprediksi kapan wabah Covid-19 di Indonesia berakhir. Pengujian spesimen yang sudah dilakukan belum bisa menunjukkan angka real di masyarakat. Padahal angkanya sudah tinggi ya. Sudah di atas 50.000 lebih. Hal ini menyebabkan para ahli sulit memprediksi kapan puncak pandemi di Indonesia. Belum soal gelombang kedua pandemi Covid-19. Ya Allah ngeri ya, Guys.
Kondisi wabah yang masih menanjak jumlah korbannya, eh pemerintah mau memberlakulan new normal jadilah disiapkan wacana-wacana tangguh di masyarakat. Pertanyaannya apa pemerintah mau memberlakukan 'herd immunity'? Jadi warga dibiarkan melawan wabah tanpa vaksin. Kan selain masih tinggi penyebarannya, vaksin juga belum ditemukan. Warga yang kuat dia selamat, sementara yang tidak bagaimana?
Pemerintah seolah-olah lepas tangan. Mereka seperti hendak menumbalkan kemampuan imunitas tubuh rakyatnya dalam rangka 'kekeh' mau membawa Indonesia menuju ke 'era new normal'. Mungkin sebetulnya ada keengganan berkorban yang terbaik untuk rakyat hingga bisa tuntas terbebas dari wabah. Dan lebih jenderung pada 'herd immunity'.
Memang tidak dapat dipungkiri wabah Covid-19 ini menuntut ikhtiar atau usaha tingkat tinggi yang itu menuntut pengorbanan yang sangat besar. Tapi apapun istilahnya, warga di ranah manapun sejatinya adalah objek pelayanan negara. Seharusnya negara mengurusi urusan rakyat dengan sebaik-baiknya sampai tuntasnya pandemi
Ingatlah sabda Rasulullah Muhammad
"Imam/Khalifah adalah pengurus dan dia bertangggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya (HR Muslim dan Ahmad).
Wallahu a'lam Bisshowab.[]