Oleh : Retno kurniawati
(Analis Muslimah Voice )
Belum lama ini komedian lucu Bintang Emon menjadi sorotan publik. Semua berawal sejak Bintang Emon mengkritik kebijakan pemerintah tentang kasus Novel Baswedan. Kritik itu dilakukan Bintang Emon melalui video berdurasi 1 menit 42 detik yang mengungkap keanehan atas hasil kebijakan jaksa yang menyatakan bahwa kasus Novel Baswedan adalah ketidak sengajaan.
Video tersebut terlihat biasa saja, natural dan di sajikan dengan santai namun berhasil menarik simpati warganet, banyak yang mengapresiasi keberanian Bintang Emon, mulai dari Najwa Sihab, ustad Felix dan tokoh tokoh publik lainnya. Karena dari video yang di kemas dengan "renyah" pas di nikmati. video tersebut semakin banyak menyadarkan masyarakat bahwa hukum hari ini sangat tumpul pada keadilan hingga tagar #GakSengaja trending di jagat dunia maya.
Hingga muncul berita-berita dengan tag line "Bintang Emon di Teror". Penyebabnya adalah di negri +62 apresiasi terhadap generasi muda yang melakukan kritik sangat tidak berlaku, Bintang Emon bukannya di berikan apresiasi malah di teror oleh para buzzer, dan memfitnah bahwa Bintang Emon adalah pecandu sabu-sabu dan akun media sosial Bintang Emon yang mulai di retas oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Rupanya banyak yang terusik oleh kelucuan dan ke"renyah"an Bintang Emon dalam melakukan kritik. Lucunya mampu mengusik hingga membuat geli hingga bereaksi dengan melakukan serangan balik melalui kekuatan buzer nya.
Apa yang di takutkan dan siapa yang takut? Lagi dan lagi ketakutan itu muncul karena dapat di lihat cacatnya negri yang menganut sistem kapitalisme membuat aturan suka-suka dan anti kritik dan minim apresiasi pada pemuda yang kritis. Yang takut adalah mereka para kapitalis yang merasa terhambat kepentingannya.
Bisa di indentifikasi bahwa kebebasan berpendapat hanya boleh bagi yang berkepentingan dan menguntungkan rezim, tapi jika merugikan akan segera di lakukan penge"rem"an atau bahkan di bungkam hingga tanpa suara.
Yang terjadi adalah ketakutan rezim hari ini tidak hanya pada lawan politik atau aktivis Islam yang di cap radikal, atau bahkan ormas besar namun pada komika lucu seperti Bintang Emon pun mereka takut.
Inilah yang menyebabkan generasi di Indonesia tidak pernah tumbuh berkembang dengan kemajuan berfikir kritis karena begitu maju untuk sedikit kritik saja sudagmh di hambat ketika menyampaikan pendapat.
Terlebih lagi jika pemuda itu pemuda muslim akan sangat cepat mendapatkan reaksi oleh mereka pro rezim. Bagaimana jika sebaliknya? kebencian pada Islam, pemuda yang menistakan agama? mereka di bebaskan begitu saja bahkan di cap sebagai duta pancasila. Ahh sungguh ironis.
Padahal sejatinya di sepanjang sejarah perubahan suatu bangsa sangat ditentukan oleh generasi mudanya. Itulah sebabnya rezim hari ini menutup mulut dan mata pemuda dengan berbagai cara agar pemuda hari ini tidak kritis dan dilenakan dengan game-game online. Bahkan yang masih anak-anak pun sudah di cekoki dengan tayangan-tayangan yang unfaedah.
Satu-satunya tumpuan ada pada pemuda islam dengan meneladani bagaimana shahabat-shahabat nabi ketika masih muda dan berjuang. Oleh karena itu pemuda Islam harus segera bangkit dan jika sudah tergerak harus terus berjuang mengembalikan kejayaan Islam agar rezim hari ini tidak menggunakan kekuasaan suka-suka mereka.[]