Gula, Hargamu Tak Semanis Rasamu



Oleh : Ade Farkah

Harga gula (khususnya gula pasir) beberapa bulan terakhir ini sungguh tak rasional. Semula saya membeli gula pasir dengan harga Rp. 12.000/kg di warung tetangga. Sebagai konsumen gula, dimana saya adalah penjual jajanan yang berbahan baku gula di antaranya, dengan harga tersebut saya masih bisa memperoleh keuntungan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan lauk pauk dalam sehari. Namun kini, tak lagi begitu.

Harga gula per kilogram saat ini berada di kisaran Rp. 18.000 - Rp. 19.000. Di salah satu Toserba di daerah Jatibarang (Kabupaten Indramayu) gula pasir lokal dibanderol dengan harga Rp. 17.900/Kg. Sedangkan gula pasir dengan merk tertentu dihargai Rp. 17.500/Kg (Kamis, 16 April 2020). Grosir di dekat rumah, menjual gula pasir dengan harga per kilogram Rp. 16.500, itu pun dengan syarat minimal pembelian. Sedangkan di warung-warung yang lebih kecil harga gula pasir bisa mencapai Rp.18.000/Kg hingga Rp.19.000/Kg.

Menghadapi kenyataan yang demikian, maka saya memilih untuk tak lagi berjualan. Meski untuk makan sehari-hari cukup sulit. Di samping harga gula pasir yang terus merangkak naik, harga bahan pokok lainnya pun juga naik. Belum lagi kelangkaan si melon (LPG 3 Kg) yang misterius hingga mengakibatkan lonjakan harga yang tinggi. Semula gas LPG 3Kg dijual dengan harga Rp.20.000 - Rp.22.000, kini naik menjadi Rp. 23.000 - Rp. 25.000. Selain gula pasir dan LPG 3Kg, harga tepung ketan instan kini melonjak tajam, Rp. 15.000/500gr. Padahal dalam kondisi normal, harga tepung ketan berada pada kisaran Rp.9500 - Rp.10.000/500gr. Dan kabarnya saat ini, tak seorang pun menemukan keberadaan penjual tepung ketan instan dengan ready stock. Nyaris semua toko di area Jatibarang - Widasari mengalami kekosongan. Kabarnya, saat ini mie goreng pun mengalami kelangkaan.

Ya Tuhan... apa sebenarnya yang sedang terjadi? Bukankah menjadi hak warga negara untuk mendapatkan jaminan sandang, pangan dan papan? Tapi mengapa begitu sulit bagi kami mendapatkannya. Padahal kami sudah bersusah payah mengupayakannya. Ternyata begitu sulit hidup di negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi ini.

Akar Masalah

Sulitnya memenuhi kebutuhan pokok terutama bagi rakyat kecil di negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia ini, akibat dari diterapkannya sistem kapitalisme untuk mengurusi kehidupan di negeri ini. Meski tak terus terang menyatakan diri sebagai negara kapitalis sekuler, realita membuktikan demikian.

Berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam mengurus warganya tak mampu memberikan kesejahteraan bagi warganya. Seolah rakyat dibiarkan menyelesaikan semua masalahnya sendiri.

Terbaca dari berbagai pernyataan para pejabat yang berwenang dalam bidangnya, ketika menanggapi keluhan masyarakat, sungguh tak layak diucapkan oleh seseorang yang memegang amanah dalam bidang tersebut.

Masih tersimpan di ingatan publik berbagai komentar para pejabat publik dalam menghadapi berbagai kasus. Ketika harga gas elpiji melejit, dikatakan 'kalau tak mampu beli gas, pakai saja kayu bakar untuk masak'. Saat menghadapi tingginya harga daging, sehingga rakyat mengeluh karena tak mampu menjangkaunya, dikatakan 'kalau tak bisa beli daging sapi, ganti makan daging keong saja'.  Harga cabai tinggi di pasaran, disarankan menanam sendiri saja untuk memenuhi kebutuhan cabainya.

Kini saat harga gula melambung tinggi mungkinkah akan dikatakan 'tak perlu konsumsi gula, tak baik untuk kesehatan, menyebabkan diabetes' (?).
Bila demikian solusinya, lalu untuk apa ada pemerintah yang diangkat untuk mengurusi rakyat? Tentu tugas pemerintah adalah mengurus dan memberikan solusi atas semua persoalan yang dihadapi rakyat. Jika semua masalah yang dihadapi rakyat harus diatasi sendiri oleh rakyat, untuk apa repot-repot menyelenggarakan pemilu yang memakan biaya triliunan rupiah?

Inilah wajah asli penguasa yang lahir dari rahim demokerasi sekuler. Penguasa yang tidak berpihak pada kepentingan rakyatnya. Tapi hanya menguntungkan pihak yang berjasa padanya hingga mereka bisa berkuasa. Siapa lagi kalau bukan pengusaha. Mereka yang punya modal besar yang dengan dana besarnya itu mampu mengendalikan kekuasan negara. Di sistem kapitalisme, pengusaha adalah penguasa sesungguhnya. Trias politika yang diagungkan, hanyalah fatamorgana.

Islam, Solusi Tuntas Masalah Kehidupan

Terbukti sudah, bahwa sistem kapitalisme sekuler yang dipakai untuk mengurus negeri ini terbukti tak mampu menghasilkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Bahkan di negeri yang dianugerahi dengan wilayah daratan yang luas dan tanah yang subur ini tak mampu menjamin tercukupinya kebutuhan pokok setiap individu warga. Masih banyak warga yang untuk sekedar makan sehari-hari saja, masih kesulitan untuk memenuhinya.

Berbanding terbalik dengan kapitalisme, Islam adalah sistem yang akan mewujudkan kesejahteraan bagi semua manusia. Islam memiliki seperangkat aturan yang berasal dari Sang Pencipta dan Pengatur semuanya, yang bila diterapkan akan mewujudkan rahmat bagi seluruh alam.

"Dan tidaklah Aku utus engkau (Muhammad),  melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam"

Islam telah menetapkan bahwa seorang Imam/khalifah /kepala negara adalah penanggung jawab  semua urusan rakyatnya, urusan dunia maupun akhiratnya.  Dia bertanggung jawab atas kesejahteraan dan keamanan semua warganya.

"Seorang Imam (pemimpin /penguasa) adalah pengurus / pemelihara urusan (rakyatnya). Dan dia akan ditanya (dimintai pertanggung jawaban) atas kepengurusannya itu"

Islam telah menetapkan seperangkat aturan yang harus diterapkan oleh seorang kepala negara (khalifah) untuk mencapai kesejahteraan dan keamanan warganya.

"Dan Kami turunkan kitab (Alqur'an) ini sebagai penjelas segala sesuatu. "

Seorang kepala negara bertanggung jawab atas terpenuhinya semua kebutuhan pokok warga negara per individu. Maka ia wajib memastikan semua individu warga bisa memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan secara layak.

Adapun harga sebuah komoditas, ditentukan oleh mekanisme pasar. Yaitu ditentukan oleh supplay (persediaan) dan demand (permintaan). Tak seorang pun termasuk kepala negara berhak mencampuri atau menetapkan harga. Sesungguhnya penetapan harga adalah hak Allah. Namun, seorang kepala negara bisa mengelola ketersediaan suatu komoditi agar harga tetap terjangkau oleh warga.

Memang, tanggung jawab seorang imam/kepala negara tidaklah ringan. Namun pahala yang dijanjikan Allah baginya juga tidak murahan. Bagi penguasa yang adil Allah sediakan balasan surga, yang kenikmatannya tak tertandingi kenikmatan apapun di dunia. Sementara untuk penguasa zhalim Allah sediakan balasan neraka yang menyala-nyala sebagai seburuk-buruknya tempat kembali.

Maka sudah sepantasnya sistem Islam diterapkan sebagai pengatur semua urusan negeri ini. Islam yang dianut oleh mayoritas penduduk negeri ini, akan memberikan jalan keluar (solusi tuntas) bagi semua persoalan yang dihadapi negeri ini.  Hal ini sejalan dengan QS At thalaq ayat 2-3 dan QS Al a'raf ayat 96.

"Barangsiapa  bertaqwa kepada Allah, maka Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka. "

"Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, maka sungguh Aku bukakan keberkahan dari langit dan bumi..."

Wallahu a'lam bish-shawab.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم