Mudahnya Lockdown vs Guncangnya Kestabilan Ekonomi



Oleh Dyan Ulandari (Anggota Komunitas Penulis)

Kini jumlah penderita corona (covid-19) di negeri ini kian meningkat. Meski sebagian survei data menyatakan kenaikan dengan tren menurun, tapi kecemasan publik atas fakta ini tak bisa dihindari. Di samping diprediksi kuat zona merah bertambah.

Banyak sudah manusia hingga SDM penting yang berguguran di garda depan menanggulangi akibat wabah virus ini baik para dokter maupun tenaga kesehatan lainnya. APD (alat pelindung diri) lengkap sebagai salah satu prosedur penanganan yang sampai langka di pasaran pun tak kunjung direspon cepat oleh pusat. Belum lagi social distancing setengah hati yang dipastikan rentan menjadi jalan penyebaran virus ini. Jumlah sembuh dibanding meninggal pun jauh tertinggal.

Sejak awal kepala negara sudah menyatakan tidak akan melakukan lockdown. Secara umum lockdown memiliki arti tindakan darurat dengan mengunci akses masuk serta keluar suatu daerah atau negara. Dalam istilah penyebaran virus corona, lockdown berarti pengamanan ketat guna mencegah penyebaran virus. Pun didukung oleh kalangan yang menyatakan jika dilakukan lockdown akan terjadi chaos dimana-mana. Padahal lockdown sebagaimana para pakar menyatakan ini adalah langkah awal yang praktis dan cukup efektif menekan serta memutus rantai penyebaran virus secara masif.

Pendapat lockdown para ahli dari profesor, pakar kesehatan, hingga praktisi kemasyarakatan pun tak diindahkan. Seakan punya cara sendiri menyelesaikan masalah ini. Sikap santai dan dinilai lambat pun ditunjukkan dengan akhirnya menyerahkan masalah ini kepada kepala daerah masing-masing. Akhirnya bagi daerah yang sebelumnya sudah ingin lockdown regional pun baru bisa terlaksana secara mandiri (meski dengan mekanisme yang masih tergolong longgar).

Melindungi warga negara dari kemudharatan adalah kewajiban yang tak boleh diabaikan. Serta bukan sesuatu yang manis diucapkan tapi justru minim tindakan. Dengan alasan menghindari chaos karena kemandegan/ketidakstabilan ekonomi, penguasa negeri ini tak segera melakukan lockdown bahkan hingga hari ini.

Hal ini terdengar wajar karena di tengah gelar sebagai negara berkembang yang ekominya mengekor dengan perekonomian global, serta kas yang minim, dengan asas kapitalismenya negeri ini bergantung tak hanya dari sektor riil tapi juga non riil. Artinya ekonomi hilang kestabilan jika penduduknya berhenti beroperasi atau tak melakukan hal ekonomis lainnya. Akibatnya bak buah simalakama, ekonomi atau kesehatan rakyatkah yang diselamatkan?

*Lockdown mudah dalam sistem Islam*

Tentu fenomena ini berbanding terbalik 180 derajat dengan kesigapan Islam menghadapi pandemi atau wabah penyakit corona ini. Keselamatan masyarakat menjadi nomor wahid jika dibandingkan dengan keuntungan lainnya. Dengan peraturan dan mekanisme yang jelas, Islam punya prioritas yang harus diutamakan tanpa mengguncang stabilitas ekonomi.

Salah satu perintah sejenis lockdown pun terdapat dalam hadist berikut. Rasulullah Shalallahu’alaihiwassallam bersabda, “Apabila kalian mendengar wabah tha’un melanda suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Adapun apabila penyakit itu melanda suatu negeri sedang kalian ada didalamnya, maka janganlah kalian keluar dari negeri itu.” (Muttafaqun ‘alaihi, HR. Bukhari dan Muslim).

Selain paradigma di atas, terdapat mekanisme dalam Islam yang dilakukan negara untuk menjaga kestabilan ekonomi di tengah wabah merajalela tanpa mengharap sumbangan masyarakat bahkan pinjaman asing yang berpotensi besar membahayakan.

Islam mempunyai jalur dana untuk mengatasi wabah, termasuk corona (covid-19). Terdapat di bagian Belanja Negara Baitul Mal yang terbagi dua seksi, yakni seksi Mashalih ad Daulah (Biro Mashalih ad Daulah) dan seksi Urusan Darurat/Bencana Alam (Ath Thawari).

Seksi ini memberi bantuan kepada ummat atas setiap kondisi darurat/bencana mendadak yang menimpa mereka. Inilah salah satu mekanisme pendapatan dalam Islam yang telah terbukti lebih dari 1300 tahun mampu menopang stabilitas ekonomi negara meski sedang diuji dengan cobaan wabah.

Beginilah mudah dan sigapnya cara Islam menghadapi wabah penyakit yang menimpa masyarakat. Salah satunya terdapat pos yang jelas untuk keperluan sejenis ini. Sehingga tak hanya wabah tertangani, keselamatan rakyat diprioritaskan, tapi juga terjaga kestabilan ekonomi.

Wallaua'lam bisshowab.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم