Corona, Saatnya Kembali Kepada Syariat Islam



Oleh: Ari Susanti*

Wabah covid-19 yang sampai ke negeri tak bisa dihindari. Berawal dari dua orang sampai bulan april ini sudah ribuan yang positif dan ratusan yang meninggal. Pun para dokter dan tenaga kesehatan yang berjuang di garda terdepan banyak yang berguguran.

Kondisi ini menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat. Ketakutan akan virus ini membawa pada pengusiran tenaga kesehatan dari tempat kos mereka sampai ditolaknya jenazah seorang perawat yang meninggal karena covid-19. Tak hanya itu, masyarakat "mengusir" corona ini dengan "kepercayaan turun temurun" dari lodeh tujuh rupa sampai memasang topeng "tetek melek" yang dipasang di depan rumah atau pendopo di daerah Tulungagung dengan tujuan menangkal wabah. Dan masih banyak lagi cara-cara yang tidak sesuai nalar yang berpatok pada nguri-uri budaya.

Dari sisi pemerintah pun membuat kebijakan yang banyak menuai kontrofersi dalam menghadapi wabah ini. Salah satunya adalah kebijakan membebaskan 30 ribu napi. Kebijakan ini membuat resah dan gelisah masyarakat. Terbukti,  dilansir beberapa media, aksi-aksi yang dilakukan para napi yang dibebaskan ini. Bisa diprediksi! Karena mereka dibebaskan di saat ekonomi lesu dan tak ada pekerjaan. Belum lagi mereka yang di dalam penjara bertambah kemahiran kejahatannya dan semakin beraksi ketika dibebaskan. Apakah masyarakat semakin resah? Pasti! Sepertinya sudah tidak ada rasa aman yang didapat masyarakat. Baik rasa aman dari virus maupun rasa aman dari aksi para penjahat yang dibebaskan.

/ Kembalilah Kepada Islam /

Islam agama yang paripurna mempunyai aturan terperinci untuk individu, masyarakat dan negara. Islam juga menjaga 3 pilar ini (individu, masyarakat dan negara) berada di dalam ketaqwaan, sehingga kehidupan yang barokah, rahmatan lil 'alamin yang membawa kepada ketentraman terwujud. Karena aturan Islam di tuntun oleh wahyu, yang berasal dari pencipta manusia dan alam semesta , Allah ta'ala.

Islam meminta setiap individu muslim untuk bertaqwa. Individu bertaqwa ini hanya akan meminta pertolongan kepada Rabb Semesta Alam, Allah ta'ala. Islam juga mengajarkan doa ketika ada wabah. Islam juga mengajarkan ikhtiar ketika ada wabah sebagaimana yang di sabdakan Nabi Muhammad saw :


إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا

Artinya: "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari)

Maka individu yang bertaqwa selain berdoa, ikhtiar untuk tidak masuk atau keluar dari daerah wabah. Jika ia ada diderah wabah ia akan bersabar diam di daerah tersebut dengan berdoa serta berikhtiar menjaga kesehatan, berobat dan sebagainya. Individu bertakwa tidak akan meninggalkan daerah wabah yang akan membawa mudharat bagi saudara di daerah lain.

Namun tidak hanya individu, masyarakat pun harus amar ma'ruf nahi munkar. Saling mengingatkan dalam kesabaran, bahwa penting untuk menjaga iman, saling mengingatkan untuk meminta pertolongan hanya kepada Allah ta'ala semata.  Mencegah masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas yang melanggar syariat seperti klenik yang membawa kepada kesyirikan, tempat maksiat dan semua hal yang mendatangkan murka Allah.

Dan terpenting adalah negara sebagai pengayom masyarakat. Islam memandang negara sebagai pelayan umat dan penerap aturan syariat Islam yang membawa pada keberkahan.

Negara akan sigap menerapkan karantina wilayah daerah yang terkena wabah sebagaimana yang dicontohkan Nabi juga diikuti para khalifah setelahnya. Sehingga daerah yang lain tidak akan tertular penyakit tersebut.

Lagi-lagi , negara lah yang menerapkan aturan yang tegas dan jelas dalam mengani wabah sesuai syariat, sehingga masyarakat pun mengikuti apa yang menjadi kebijkan negara. Negara juga menjamin kebutuhan rakyat yang di karantina sehingga terpenuhi hajat hidupnya.

Negara mempunyai cadangan dana karena sumber daya alam dikelola mandiri dan Islam melarang sumber daya alam yang merupakan harta milik umum dikelola oleh pribadi atau swasta. Wajar jika negara mampu menjamin kebutuhan hajat hidup rakyat. Islam juga mengajarkan negara memotivasi para orang kaya untuk membantu orang miskin. Disinilah letak ketaqwaan para orang kaya untuk menginfaqkan sebagian hartanya untuk umat. Demikian lah Islam mengajarkan.

/Belajar dari Sejarah /

Marilah kita lihat ratusan tahun lalu di Andalusia dalam menganai wabah dan kebijakan terhadap para napi.

Lisanudin ibn al Khatib, seorang ilmuwan Andalusia dalam bukunya  Muqni'at as Saa'il an al-Maradh al Haa'il ( Tanggapan Meyakinkan Atas Pertanyaan Tentang Penyakit yang Menakutkan ) melaporkan bahwa manusia yang tidak pernah bertemu dengan penderita ternyata tidak pernah pernah terkena penyakit. Tidak ada juga penyakit di penjara manakala para tawanan terisolasi dari dunia luar yang sedang mengalami wabah.

Muhammad ibn al-Lakhm ash-Shaquri adalah murid dari ibn Khatib. Ia memberikan nasihat praktis bagi warga yang harus tinggal di wilayah wabah seperti penggunaan alat makan yang terpisah dan pembersihan dengan cuka pada alat tersebut sebelum dan sesudah penggunaan.

Cara mereka berpikir menunjukkan adanya pengakuan terhadap Allah yang menetapkan khasiat pada makhluk-Nya , secara bersamaan mereka juga proaktif melakukan observasi yang bisa menghasilkan rekomendasi kesehatan secara praktis.

Pengetahuan ini ternyata membantu populasi di Granada untuk bisa kembali bangkit dari wabah Black Plague Abad 14. Mereka pun berhasil menyelesaikan Istana Alhambra. Pada waktu yang sama, di Kota Siena, Italia yang sedang merenovasi Katedral Siena, terhenti proyeknya akibat wabah yang sama, dan mereka tidak pernah menyelesaikan renovasi. ( Al Waie ,maret 2020)

/Khatimah/

Saatnya dengan wabah corona ini kita taubat berjamaah, muhasabah berjamaah. Apakah saat ini baik individu, masyarakat maupun negara , sudah menjalankan aturan pencipta kita yaitu Allah ta'ala ? Sudah selayaknya kita kembali kepada syariat-Nya, menerapkan dalam setiap aspek kehidupan, menerapkan secara kaaffah (menyelu
ruh) baik individu, masyarakat maupun negara. Wallahu a'lam

*Ketua Komunitas Ibu Hebat Tulungagung

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم