Oleh : Salma Shakila
(Analis Muslimah Voice)
8 Maret adalah Hari Perempuan Internasional. Wabah Covid-19 telah ada bahkan sebelum 8 Maret. Lantas bagaimana kaum feminis mendengungkan perlindungan perempuan dari wabah ini? Koq sepi-sepi aja. Bahkan, kaum perempuan sendiri harus ikut berperang melawan virus ini di garda terdepan melawan virus Copid-19 yang sudah jadi pandemik ini.
Ada cerita, seorang tenaga kesehatan perempuan di Italia harus bekerja dalam shift 24 jam tanpa boleh melepas APD dalam keadaan haid. Sebagai seorang perempuan pasti tahu, seorang yang sedang haid itu bagaimana?
Dan kita mengetahui ada perawat perempuan di Indonesia yang berdedikasi tinggi wafat dalam tugas melawan virus Copid-19. Belum lagi tenaga kesehatan yang lain yang terpapar virus ini semakin banyak saja termasuk perempuan.
====
Hari perempuan yang senantiasa diperingati dan selalu mengkampanyekan ulang kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan atau sejenisnya ternyata tak seperti jargon-jargon yang selama ini beredar di masyarakat.
Kesetaraan gender sebagai solusi masalah kekerasan dan kesehatan perempuan terbukti gagal mewujudkan janjinya di tengah wabah covid 19. Ternyata kaum perempuan di bawah sistem kapitalis tidak banyak mendapat perlindungan. Kesehatan bahkan nyawa perempuan dipertaruhkan karena mereka masih harus bekerja menjadi tenaga kesehatan di garda terdepan penanganan Covid-19. Bukankah kita tahu jumlah tenaga medis perempuan itu begitu banyak? Dan mereka sekarang bertugas memerangi Covid-19 tanpa perlindungan. Bahkan ada yang menyebut seolah-olah harakiri saja.
Duhai, para femimis kesehatan perempuan yang seharusnya dilayani bukan hanya kesehatan reproduksi saja. Tapi arah kampanye pejuang gender pada kesehatan reproduksi bagi perempuan sedemikian deras dikampanyekan. Mungkin karena terkait dengan populasi dunia. Karena memang perempuan memiliki bagian penting dalam reproduksi generasi di dunia. Menurut pemikiran mereka perempuan dianggap perlu mandiri dalam menentukan hak reproduksinya karena terkait peran perempuan yang akan terganggu sebagai pekerja di dunia kapitalis jika punya anak terlalu banyak.
Pilih-pilih perlindungan terhadap kesehatan perempuan terasa begitu nyata di tengah wabah Covid-19 ini. Jika mau sungguh-sungguh membela perempuan, pembelaan terhadap kesehatan perempuan juga dilakukan pada saat sekarang dimana banyak perempuan yang membutuhkan jaminan perlindungan dalam memerangi wabah Covid-19 terutama perempuan-perempuan yang menjadi tenaga kesehatan. Mereka yang berada di garda terdepan, mengorbankan banyak hal yang mereka miliki seperti keselamatan pribadi, keluarga dan lain-lain.
Sepertinyaperjuangan kesetaraan gender ini cuma ilusi. Perjuangan tidak real dan cenderung pilih-pilih hanya pada masalah-masalah yang mendukung kapitalisme saja deras pembelaan. Tapi abai pada masalah lain. Ide kesetaraan gender manis seperti madu tapi sesungguhnya racun yang mematikan.
====
Islam menetapkan keamanan, pendidikan, dan kesehatan sebagai hak dasar seluruh masyarakat. Islam juga mengatur bagaimana individu, keluarga, dan negara berperan penting dalam menjaga kesehatan masyarakat.
Dalam tataran individu misalnya, seorang individu muslim diperintahkan untuk makan makanan yang halal dan thoyib dan senantiara menjaga kesehatannya. Dalam tataran keluarga selain menjaga kebersihan tempat tinggal, sebuah keluarga diarahkan untuk memberikan nafkah keluarganya dari harta yang halal. Harta yang halal yang membawa kebaikan, ketentraman, dan keberkahan.
Kemudian pada tataran negara, jaminan negara terwujud pada penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai secara mudah dan murah. Fasilitas-fasilitas kesehatan yang disediakan adalah yang dibutuhkan oleh masyarakat karena pelayanan kesehatan ini termasuk pelayanan dasar publik. Dengan begitu, tidak akan terjadi para tenaga kesehatan termasuk tenaga kesehatan perempuan sampai bingung mencari selembar masker. Ini baru masker saja belum APD atau bahkan obat-obatan penting seperti yang terjadi sekarang. Pembelaan negara akan menjadi garda terdepan terutama dalam situasi sulit seperti melawan wabah Covid-19. Bukankah di beberapa negara situasinya seperti situasi perang?
Islam memposisikan negara sebagai penjamin dan pengatur urusan umat yang bertanggung jawab penuh termasuk masalah kesehatan secara umum, tentunya kesehatan perempuan masuk di dalamnya. Pembelaan terhadap pemenuhan terhadap hak dasar warga negara dianggap amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.
Jadi daripada bergantung pada pejuang gender yang pro kapitalis dan tidak membela perempuan seluruhnya dan sesungguhnya, lebih baik beralih pada sistem Islam saja. Karena sudah terbukti lebih dari 1000 tahun berkiprah memuliakan perempuan. []
Wallahu alam bis showab.[]