Oleh : Hani Muliani
Ibu kandung Delis Sulistina (13) siswi SMPN 6 Tasikmalaya yang mayatnya ditemukan di gorong-gorong lebih dari sebulan yang lalu, memekik saat mengetahui anaknya ternyata dibunuh oleh mantan suaminya, yang juga merupakan ayah kandung korban. Dirinya selama ini tak menyangka kalau pelakunya ayah kandung anaknya , "Tidak ada saya curiga ke dia. Soalnya saya berpikir tidak mungkin dilakukan oleh ayahnya sendiri," dengan salah satu tangannya menggesekan ke dua bola matanya sembari terisak. (Kompas.com, 28/02).
Selama ini penyebab kematian putrinya masih merupakan misteri setelah putrinya tidak kembali sepulang sekolah. Beberapa hari kemudian mayat putrinya ditemukan di gorong-gorong sekolahnya sendiri, masih mengenakan seragam pramuka lengkap dengan tas berisi buku pelajaran. Penemuan mayat itu sendiri bermula saat hujan air meluap ke jalan sehingga warga sekitar memeriksa gorong-gorong yang diduga tersumbat sampah.
Sekitar sebulan setelah ditemukan, terungkap ternyata Delis tewas dicekik ayahnya saat meminta uang sebesar Rp 400.000 untuk biaya study tour sekolahnya. Emosi sang ayah memuncak saat korban meminta uang untuk biaya study tour dan saat itu hanya ada uang Rp 200.000, ditambah pinjaman dari atasannya sebesar Rp 100.000. "Lah, kurang Rp 100.000. Saya baru bisa mengumpulkan uang Rp 300.000," ungkapnya. Pelaku tega mencekik korban seusai cekcok di rumah kosong dekat tempat kerjanya sampai tubuh korban terangkat kedua kakinya. Setelah dibunuh, mayat putrinya dimasukkan ke gorong-gorong sekolahnya, supaya dikira bahwa kematian anaknya karena kecelakaan. Sungguh mengenaskan, sang ayah tega mencekik putri kandungnya sendiri sampai tewas, hanya karena tidak bisa memenuhi permintaan biaya studi tour putrinya. Sulit diterima akal sehat, sampai sekeji itu perilaku seorang ayah kepada darah dagingnya sendiri.
Beberapa waktu sebelumnya, di awal tahun ini, masyarakat di Kota Tasikmalaya pun dihebohkan dengan adanya pemberitaan seorang ayah mencabuli putri kandungnya yang berusia 16 tahun sampai melahirkan. Perilaku bejat tersebut terjadi dirumahnya sendiri, saat semua penghuni rumah tertidur lelap. Terbongkarnya kasus percabulan tersebut, berawal ketika korban mengalami sakit perut, lalu keluarga membawanya ke RSUD dr Soekardjo untuk diperiksa. Ibarat tersambar petir di siang bolong, ibunya dikagetkan karena dokter menyebutkan bahwa putrinya hamil dan saat itu juga melahirkan bayi laki-laki.
Sungguh miris kedua peristiwa tersebut, sosok ayah yang seharusnya menjadi pelindung bagi anak-anaknya, malah mencelakakan anak kandungnya sendiri. Di dalam keluarga seharusnya ayah merupakan pemimpin bagi keluarga, bagi istri dan anak-anaknya. Ayahlah yang menentukan akan dibawa arah mana keluarganya.
Selain menjadi pemimpin, peran penting lainnya adalah sebagai pelindung keluarga, ayah harus mampu melindungi keluarganya dari bahaya-bahaya yang ada di dunia luar, tak hanya dalam bentuk fisik namun juga non fisik, sehingga tercipta rasa aman dan nyaman seluruh anggota keluarganya, juga memenuhi kebutuhan spiritual dan nafkah keluarganya. Namun, nampaknya dalam sistem kapitalis sekuler saat ini, sulit bagi para ayah untuk dapat melaksanakan semua fungsinya secara sempurna.
Seorang ayah idealnya mampu memberikan nafkah yang cukup untuk seluruh anggota keluarga yang ada, istri dan anak-anaknya, meskipun tidak berarti semua kebutuhan anak harus dipenuhi oleh ayah. Tidak bisa dipungkiri saat ini, biaya sekolah masih mahal di semua jenjang pendidikan. Ada saja iuran yang harus dibayar orang tua, termasuk untuk keperluan study tour.
Sistem kapitalis yang hanya menguntungkan bagi para pemilik modal, tidak berpihak pada masyarakat kecil, sehingga tidak heran banyak ayah dan juga para ibu yang kesulitan untuk memenuhi segala kebutuhan keluarganya. Harga-harga barang yang sering naik, subsidi dikurangi atau dicabut menambah susah para orang tua dalam memenuhi kebutuhan keluarganya, ditambah sulitnya mencari lapangan kerja, sehingga sangat sering para ayah terpaksa harus bekerja serabutan untuk menafkahi keluarganya, pun demikian tidak sedikit para ibu yang juga terpaksa harus turut mencari nafkah untuk menambal beberapa pengeluaran yang sulit terpenuhi apabila hanya mengandalkan suaminya yang bekerja. Pada kasus Delis, ibunya sehari-hari membuat lontong untuk dijual ke pasar, sehingga Delis kerap dijuluki bau lontong oleh teman-temannya.
Sistem sekuler yang dijalani oleh hampir seluruh komponen masyarakat, yang memisahkan agama dari pengaturan kehidupan juga menjadi biang keladi perilaku bejat ayah sehingga tega mencabuli putri kandungnya sendiri. Pada sistem sekuler yang kemudian menurunkan perilaku liberal, pemenuhan kebutuhan seksual bisa dilakukan secara bebas, tanpa memandang halal atau haram, bahkan kepada putri kandung sekalipun. Perilaku seksual yang menyimpang tersebut tidak dapat dibenarkan, karena anak dan ayah merupakan mahram, yang haram untuk dinikahi, namun bila sistem sekuler yang dijadikan pedoman, ketentuan yang diturunkan dari Allah SWT tidak akan dipedomani, ayah tidak memperhatikan lagi sebatas apa kebolehan interaksi dengan anak perempuannya, serta tidak memperhatikan lagi bahwa seharusnya dia adalah pelindung dan penjaga anak perempuannya.
Begitulah bila sistem kapitalis sekuler yang dijadikan pedoman hidup, hawa nafsu yang menjadi penentu perbuatan, baik buruk suatu perbuatan, demikian pula halal haram perbuatan ditentukan oleh hawa nafsu semata. Tidak lah heran kerusakan akan terjadi apabila tetap mempertahankan sistem tersebut. Sudah seharusnya kita semua kembali kepada sistem Islam, sistem yang diturunkan oleh sang pencipta, Allah SWT. Penerapan sistem Islam akan menyebabkan terjaganya ketakwaan individu yang akan menyandarkan semua perbuatannya kepada standar syara, baik-buruk suatu perbuatan, halal-haramnya hanya kepada ketentuan syara. Selain itu, untuk pelanggaran hukum syara akan diterapkan sanksi yang tegas yang akan memberi efek jera baik bagi pelaku maupun bagi masyarakat lainnya.
Dengan menerapkan sistem Islam, Negara akan mengelola kekayaan alam yang telah Allah SWT anugerahkan, sesuai dengan prinsip kepemilikan sesuai syara, sehingga kekayaan alam akan dikelola untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. Negara membuka lapangan pekerjaan yang diperuntukkan bagi warganya, serta menjamin kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan keamanan warganya.
Dengan demikian, hanya dengan menerapkan Islam secara menyeluruhlah berbagai kasus menyimpang yang meresahkan masyarakat dapat diatasi. Akan lahir individu termasuk dalam hal ini juga ayah yang takwa, menjadi pemimpin yang melindungi seluruh anggota keluarganya, serta sejahtera mampu memenuhi kebutuhan materi keluarganya. Sungguh, para ayah memerlukan hidup dalam naungan syariat Islam.[]