Teriakan Hijab Every Time and Every Day!


Oleh: Yanna Azzam
(Kontributor Muslimah Voice)

Adalah seorang Yasmin Mohammed, aktivis HAM Kanada, advokasi hak-hak perempuan yang tinggal di negara-negara mayoritas Islam, serta mereka yang berjuang di bawah fundamentalisme agama, menulis dalam akun twitter yang berbunyi : "Happy #NoHijabDay! 💃🏻💕☀️. With love and admiration for all you ladies who have fought for your right to live #FreeFromHijab 💪🙌. And THANK YOU to all our allies and supporters across the world 😍😘

Setali tiga uang, apa yang dipaparkan oleh Sinta Nuriyah, salah satu tokoh dan istri dari orang yang pernah memimpin negeri +62 ini, penyuarakan Hak Asasi Manusia, pemberdayaan perempuan, dan kebebasan beragama. Beliau menyatakan bahwa "jilbab tidak wajib". Dalam Dalam perspektif Sinta yang disampaikannya di saluran YouTube Deddy Corbuzier pada Rabu (15/1/2020) lalu, hijab berbeda pengertiannya dengan jilbab.  “Hijab itu pembatas dari bahan-bahan yang keras seperti kayu, kalau jilbab bahan-bahan yang tipis seperti kain untuk menutup,” katanya. Yang pada akhirnya menuai kontroversi dari khalayak. Bahkan dikalangan ummat Islam.

Kampaye #No Hijab Day yang digagas oleh Yasmine Mohammed dan tidak ada kewajiban berjilbab oleh Sinta Nuriyah merupakan gagasan yang ngaco dan tidak berdasar. Betapa tidak, menutup aurat bagi seorang muslim dan muslimah adalah kewajiban yang telah dibebankan kepada seorang mukallaf (orang yang sudah terbebani beban hukum ketika dia sudah Aqil baliq). Seperti yang pernah dituturkan oleh Ulama' besar Imam Syafi'i, bahwa kewajiban pertama bagi seorang mukallaf adalah berfikir dan mencari dalil untuk ma'rifat kepada Allah Ta'ala.

Seseorang ketika dia baliq maka dia akan mencari siapa Tuhannya, untuk apa dia diciptakan hidup di dunia, kewajiban-kewajiban apa yang harus dia laksanakan sebagai hamba, setelah kehidupan dunia ini, adakah kehidupan setelahnya dan apa yang akan dia lakukan jika ada kehidupan setelah dunia. Menutup aurat adalah kewajiban bagi seorang muslim dan muslimah yang sudah baliq. Maka dia akan berfikir, dengan apa dia harus menutup aurat, batasa aurat yang harus ditutup dari mana sampai mana?, kapan dia harus menutup aurat?. Semua pertanyaan itu adalah dalam rangka ma'rifatullah.

Maka apabila seorang muslim dan muslimah sudah mencari tahu apa-apa yang menjadi pertanyaan dalam dirinya, dan dia berupaya untuk menuntut ilmu sehingga terjawab apa yang saat itu menjadi pertanyaannya. Ilmu yang berdalil, ilmu yang berdasar, bukan ilmu doktrin yang harus mengikuti perkataan guru, teman atau nenek moyangnya. Maka pada saat itulah seorang muslim/muslimah akan kuat terhadap apa yang akan dilakukannya. Karena dia yakin, karena dia percaya dan semua yang dilakukan dalam rangka ma'rifat dan menjalankan setiap konsekuensi yang telah dibebankan kepadanya.

Di dalam Al-Qur'an, surat Al Ahzah ayat 59, Allah berfirman "Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". Sedangkan di dalam surat An-Nuur ayat 31, Allah berfirman "Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."

Dari kedua surat di dalam Al-Qur'an tersebut cukup menjadi dalil/dasar kewajiban menutup aurat bagi muslim/muslimah. Batasa aurat bagi seorang muslim adalah dari pusat sampai lutut. Sedangkan batasan aurat bagi seorang muslimah ketika dia keluar rumah, adalah seluruh tubuh  kecuali muka dan telapak tangan. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menegur Asma binti Abu Bakar Radhiyallahu anhuma ketika beliau datang ke rumah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengenakan busana yang agak tipis. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memalingkan mukanya sambil berkata : "Wahai Asma ! Sesungguhnya wanita jika sudah baligh maka tidak boleh nampak dari anggota badannya kecuali ini dan ini (beliau mengisyaratkan ke muka dan telapak tangan)." [HR. Abu Dâwud, no. 4104 dan al-Baihaqi, no. 3218. Hadist ini di shahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah].

Maka apakah dalil dari Al Qur'an, yang merupakan firman Allah, pencipta dan pengatur manusia, alam dan kehidupan ini tidak kita taati?. Dan apakah sabda Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang mulia masih kita ragukan?. Bagaimana kita bisa tidak taat kepada Allah, pencipta dan pengatur seluruh alam semesta, termasuk kita manusia yang menjadi ciptaannya dan kita meragukan perkataan Rasulullah, sebagai utusan Allah sementara kita mengaku diri kita adalah ciptaan Allah dan ummat Rasulullah Muhammad SAW?. Karena di dalam Al-Qur'an disebutkan: "Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasu-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir) merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. (TQS al-Nisa’ [4]: 150-151).”

Maka sikap seorang muslim/muslimah ketika dia sudah kena taklif/beban hukum disebabkan karena dia sudah Aqil baliq yang seharusnya dia lakukan adalah taat, dia mendengar dan dia taat terhadap hukum yang telah Allah bebankan kepadanya. Bukan malah mengingkari atau mengolok²kan hukum tersebut. Dan apabila pada faktanya ada sebagian muslim/muslimah yang tidak mau melaksanakan beban hukum tersebut atau bahkan menolak dan mengolok-olokkannya, maka sungguh orang tersebut telah ikut arus liberalisasi, arus islamophobia, dan orang tersebut berada kejahiliyahan yang nyata.

So, say hijab every time and every day, jangan terbawa arus kampanye no hijab atau pernyataan jilbab tidak wajib, karena hal ini yang akan dapat menjerumuskan pada liberalisme, budaya serba bebas tanpa mau diatur oleh siapapun pun penciptanya. Bebas berekspresi, tanpa menghiraukan orang lain, individualis, sikap permisif, semua serba boleh karena hak asasi manusia yang menjadi dalihnya. []







*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم