India Sedang Menunggu Adzab



Endah Sulistiowati
Dir. Muslimah Voice

Ketika tulisan ini dibuat setidaknya  30 orang tewas dan ratusan luka akibat kerusuhan di New Delhi, India sejak 23 Februari 2020. Bentrokan ini dipicu serangan terhadap kelompok Muslim penolak Undang-Undang Citizienship Amendement Bill (CAB) oleh kelompok Hindu pendukung UU tersebut di tengah kunjungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Bentrokan meluas, massa mulai membakar masjid-masjid. Dalam sebuah video viral yang diunggah pegiat HAM India @arjunsethi18 di media sosial, seorang pemuda bahkan sempat mencabut simbol bulan bintang di sebuah masjid. Bersamanya, seorang laki-laki mengibarkan Bendera Saffron, lambang kelompok sayap kanan Hindu India.

Semua berawal sejak dua bulan lalu ketika Perdana Menteri Narendra Modi meloloskan Undang-Undang (UU) Anti-Muslim atau UU Amandemen Warga Negara atau "Citizenship Amendment Bill" (CAB). Tak ayal, UU ini menjadi kontroversi di publik, khususnya warga India.

Bahkan, sejumlah aktris Bollywood ramai-ramai menyuarakan protes terhadap UU CAB, yang dianggap anti-Muslim. UU CAB salah satunya berisi soal kemungkinan para imigran ilegal dari Afghanistan, Bangladesh dan Pakistan untuk mendapatkan kewarganegaraan, terkecuali mereka yang beragama muslim, demikian sebagaimana diberitakan BBC.

Bentrokan itu terjadi sepanjang tiga hari berturut-turut dan hingga kini telah menewaskan lebih dari 30 orang dari kedua belah pihak maupun polisi. Bentrokan meluas, massa mulai membakar masjid-masjid. Dalam sebuah video viral yang diunggah pegiat HAM India @arjunsethi18 di media sosial, seorang pemuda bahkan sempat mencabut simbol bulan bintang di sebuah masjid. Bersamanya, seorang laki-laki mengibarkan Bendera Saffron, lambang kelompok sayap kanan Hindu India.

Entah bagaimana muasalnya, kerusahan ini bukan lagi tentang kewarganegaraan melainkan menjadi isu sektarian. Banyak orang diserang lantaran agamanya. Tak heran jika kerusuhan kemudian menjadi kekerasan berbasis agama terburuk yang terjadi selama beberapa dekade di negeri itu.

/UU Kontroversial Anti-Muslim Menjadi Biang Keladi/
Semua berawal sejak dua bulan lalu ketika Perdana Menteri Narendra Modi meloloskan Undang-Undang (UU) Anti-Muslim atau UU Amandemen Warga Negara atau "Citizenship Amendment Bill" (CAB). Tak ayal, UU ini menjadi kontroversi di publik, khususnya warga India.

Bahkan, sejumlah aktris Bollywood ramai-ramai menyuarakan protes terhadap UU CAB, yang dianggap anti-Muslim. UU CAB salah satunya berisi soal kemungkinan para imigran ilegal dari Afghanistan, Bangladesh dan Pakistan untuk mendapatkan kewarganegaraan, terkecuali mereka yang beragama muslim, demikian sebagaimana diberitakan BBC.

Di bawah UU ini, umat Muslim India juga akan wajib untuk membuktikan bahwa mereka memang adalah warga negara India. Sehingga ada kemungkinan warga Muslim India justru akan kehilangan kewarganegaraan tanpa alasan.

Al Jazeera menulis, partai oposisi Kongres Nasional India berpendapat hukum ini sangat diskriminatif untuk umat muslim, terlebih diberlakukan di negara sekuler dengan penduduk 1,3 miliar yang mana 15 pesen di antaranya adalah masyarakat Islam.

Yang dikritik dari UU CAB adalah langkah itu bagian agenda supremasi Hindu di bawah pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi sejak berkuasa hampir 6 tahun lalu. Bahkan dalam sebuah video yang viral Modi menyebut Muslim adalah pengkhianat dan akan menguliti mereka.

UU CAB pertama kali diperkenalkan di Parlemen pada Juli 2016, yang merupakan amandemen UU Kewarganegaraan Citizenship Act 1955 yang menjadikan agama sebagai dasar kewarganegaraan.

Sementara, UU sebelumnya tidak menjadikan agama sebagai kriteria kelayakan untuk menjadi warga negara. Kontroversi utama UU CAB adalah peraturan ini dapat dipakai untuk menghalangi Muslim dalam mencari kewaranegaraan, satu hal yang mirip dengan peraturan Donald Trump soal pelarangan umat Islam dalam mencari suaka di AS.

/India Lupa di Atas Langit Masih Ada Langit/

Ketika penduduk muslim menjadi minoritas disebuah negara atau daerah bisa dipastikan mereka akan menjadi bulan-bulanan, diintimadasi, dikucilkan, bahkan didzolimi. Uighur di Xinjian China, Rohingya di Myanmar, Moro di Philipina, Muslim di Australia, terakhir Muslim di India, bahkan di Indonesia sendiri, ataupun ditempat-tempat lain dimana mereka adalah minoritas perlakukan-perlakuan miring bahkan bengis dan kejam sering mereka terima.

Para pemimpin negara-negara tersebut harusnya belajar dari China. Ketika Allah Sang Maha Pencipta sudah menurunkan adzab nya. Siapa sangka corona yang sekilas mirip influenza ini menjadikan China harus terisolasi secara internasional, sehingga merugikan perekonomian mereka, hanya dengan sebuah virus.

Seorang muslim bisa jadi mereka tidak bersenjata, tidak punya apa-apa, tapi satu yang tidak diperhitungkan musuh-musuh Islam. Bahwa muslim punya Allah, yang akan memberika pertolongan dan balasan pada orang-orang dzolim itu dari arah yang tidak disangka. Wahai pemimpin India, tunggulah adzab Allah untuk kalian!

/Umat Butuh Perisai/

Sudah 96 tahun sejak 3 Maret 1924 umat Islam hidup terlunta-lunta tanpa Khilafah. Tepat tanggal tersebut Khilafah telah dihapus oleh Kemal Pasha laknatullah. Sehingga saat ini diseluruh penjuru bumi umat Islam terdzolimi dari segala sisi.

Bagaimanapun umat butuh Khalifah, butuh Khilafah, yang akan menjadi tameng, pelindung, perisai, serta penjaga dari segala serangan dan kedzoliman. Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan hadits dari jalur Abu Hurairah radhiya-Llahu ‘anhu, bahwa Nabi shalla-Llahu ‘alaihi wa Sallama, bersabda:

إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدْلٌ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ ، وَإِنْ يَأْمُرُ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ [رواه البخاري ومسلم]

“Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” [Hr. Bukhari dan Muslim].

Sudah saatnya umat bersatu, berjuang bersama, menegakkan Khilafah. Sehingga tidak terjadi lagi segala kedzoliman,  berakhir segala keterpurukan umat, dan pada akhirnya umat bisa hidup sejahtera, aman, dan damai. Wallahu'alam. []

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم