Generasi Rapuh Tanpa Islam yang Utuh



By : Verdina Parasmita

Laporan dari KPAI menunjukkan meningkatnya pengaduan tindakan bullying selama 9 tahun terakhir ini. Tercatat mulai dari tahun 2011 sampai tahun 2019 menunjukkan jumlah yang fantastis yaitu 37.381 pengaduan. (www.inilahkoran.com). Beberapa kasus bullying yang viral beberapa waktu yang lalu ialah kasus seorang siswa korban bully di malang yang jarinya harus diamputansi, ditemukannya mayat seorang siswi di gorong-gorong sekolahannya yang di duga korban kekerasan, dan siswa di sumatera yang ditendang hingga tewas oleh temannya karena saling ejek. Bullying terkadang dilakukan dengan kontak fisik secara langsung, sehingga korbannya banyak yang mengalami cacat fisik dan bahkan kehilangan nyawa.


Tercatat 2.473 laporan bullying yang terjadi di media sosial dan dunia pendidikan. Bullying disebabkan karena adanya gangguan perilaku yang dialami oleh seorang anak, sehingga mereka memiliki sifat arogan dan kasar dalam menghadapi setiap permasalahan. Oleh karena itu, ketika anak memiliki masalah dengan temannya mereka akan lebih mudah marah dan menyelesaikannya melalui jalur pintas dengan kekerasan maupun membully temannya.


Penyebab anak memiliki gangguan perilaku diantaranya ialah :

Pertama, tontonan kekerasan yang mudah dan sering dipertunjukkan baik di dunia nyata maupun dunia maya.

Kedua, dampak negatif dari gawai. Kemudahan akses dalam memainkan gawai menjadikan anak mampu mengakses apapun dan dimanapun tanpa batas. Misalnya penggunaan gawai untuk bermain game online yang berbau kekerasan sangat berpengaruh pada perkembangan jiwa seorang anak, dan anak cenderung mudah meniru kekerasan yang dimainkan di gawainya.

Ketiga, melemahnya peran keluarga dalam penjagaan perilaku anak. Dimana keluara kini kurang mampu memberikan tuntunan dan bimbingan yang baik dalam bersikap dan berinteraksi dengan sesama, kurang memberikan kasih sayang kepada anak dan kurang perhatian dalam tumbuh kembang anak. Para orang tua kini disibukkan dengan pemenuhan kebutuhan hidup ditengah-tengah himpitan ekonomi.


Bullying atau perundungan sudah lama menjadi pekerjaan rumah bangsa ini yang belum mampu dituntaskan hingga detik ini. Hal tersebut membuktikan bahwa bangsa ini masih gagal dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) menuju yang lebih baik lagi. Bahkan semakin tahun terkesan semakin mundur kualitas SDM bangsa ini, karena semakin banyak permasalahan yang mucul setiap tahunnya.


Sekulerisme-lah sumber dari permasalahan besar SDM bangsa, bangsa ini telah lama dibangun dengan memisahkan agama dengan kehidupan. Agama tidak dijadikan pondasi di seluruh lini kehidupan, padahal hanya agama yang mampu menjaga keberlangsungan hidup manusia. Kita bisa mengamati dari sisi pendidikan saat ini, dimana tujuan pendidikan sekarang hanya sekedar memenuhi tuntutan prestasi akademik saja. Kenyataanya ketika anak memiliki prestasi yang tinggi tetapi tidak menjamin mereka mampu menyelesaikan masalah pribadinya dan mampu berinteraksi dengan lingkungan dengan baik. Hal tersebut nampak dari meningkatnya kasus bullying, kasus bunuh diri di kalangan remaja, kasus penggunaan obat-obatan terlarang dan kasus-kasus kenakalan remaja lainnyanya. Terlihat jelas rapuhnya kepribadian remaja saat ini, dilihat dari sisi akademiknya bagus namun dilihat dari sisi kepribadiannya sangat rapuh.


Islam sebagai agama yang utuh memiliki seperangkat aturan yang sempurna dalam menyelesaikan segala problematika umat saat ini. Islam memiliki kebijakan yang sistemik untuk mengatasi bullying ini. Hanya dengan sistem islam lah akan mampu menyelesaikan bullying sampai ke akar-akarnya.

Sistem Islam yang diterapkan oleh institusi negara mempunyai wewenang untuk mengontrol beberapa sendi di dalam kehidupan masyarakat yang mampu mengatasi kasus bullying.


Sendi pertama ialah menanamkan kepribadian islam sejak dini. Kepribadian islam ini terbentuk ketika pola pikir dan pola sikap sudah sejalan dengan islam. Inilah yang menjadi dasar tujuan pendidikan di dalam sistem islam yaitu kepribadian islam, pendidikan tidak hanya berfokus pada nilai akademik saja tetapi lebih menekankan kepada kepribadian islam yang harus dimiliki oleh setiap siswa.


Sendi kedua ialah penataan media. Media baik cetak maupun elektronik akan ditata dengan baik, dimana konten-konten yang berpeluang merusak kepribadian generasi islam akan di cegah masuk atau tayang. Sedangkan konten-konten yang berpeluang meningkatkan kepribadian islam akan dibuat dan disuburkan oleh institusi yang berwenang.


Sendi ketiga ialah pendidikan di dalam keluarga. Mengembalikan peran keluarga sebagai sekolah pertama bagi anak. Keluarga tidak hanya dijadikan sebagai mesin pencetak uang, namun dari keluargalah akan tercetak peradaban bangsa. diawali dari lini terkecil di dalam kehidupan masyarakat inilah, yaitu mengembalikan peran keluarga sebagai sekolah awal bagi para generasi muda. Dimana keluarga akan selalu memberikan teladan yang baik, perhatian dan kasih sayang kepada para generasi muda sehingga tidak mudah rapuh jiwanya. Mengembalikan fungsi keluarga sebagai tempat pendidikan pertama harus didukung dengan peningkatan perekonomian, sehingga tidak memaksa para ibu untuk bekerja dan meninggalkan tugas mulianya sebagai al - ummu madrasatul ulla.


Sistem Islam tidak bisa berdiri sendiri, namun semua sisi kehidupan saling berkaitan dan saling mempengaruhi, sehingga penerapan sistem islam yang utuh lah yang mampu mengatasi generasi yang rapuh saat ini. Wallahu 'alam bishawab.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم