Oleh: Yuyun Rumiwati
Baru mejabat sudah bikin gaduh. Itulah kesan perdana kinerja Yudian ketua BPIP di rezim ini. Pernyataan kontroversialnya, dengan menganggap agama sebagai musuh besar pancasila, pun menuai kritik dari berbagai kalangan.
Entah ia lupa bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat religius. Atau memang sengaja untuk memancing respon masyarakat dengan pernyataan kontroversial tersebut. Sungguh memprihatinkan.
Setelah berbagai kritik datang, baik dari ormas mapupun tokoh individu. Semisal MUI, tokoh dari Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama. Bahkan, sempat trending topik #BubarkanBPIP pun muncul. Seperti biasa dan bisa diduga klarifikasi akan muncul. Bahkan, cawapres pun meminta ketua BPIP mengklarifikasi pernyataan kontroversinya.
Ia mengklarifikasi bahwa ia tidak bermaksud mempertentangan pancasila dengan agama. Karena nilai-nilai pancasila terkandung dalam kitab 6 agama yang ada.
Klarifikasi tersebut tentu tidak mudah untuk mudah mengubah apa yang menjadi pernyataannya sebelumnya. Terlebih dalam pernyataannya sangat rawan untuk memecah belah ukhuwah di tengah umat Islam.
Sebagaimana ia sampaikan yang dimaksud maksud berbahaya adalah minoritas yang mengaku mayoritas. Kelompok ini beda dengan kelompok mayoritas NU dan Muhammadiyah yang mendukung pancasila. Sedang kelompok minoritas ini melawan pancasila (m.detik.com, 12/2/2020)
Ia mencontohkan ijtima' ulama' yang menetapkan wakil cawapres dari ulama' padahal itu tidak mewakili ulama' dari yang mayoritas. Dalam hal ini yang dimaksud mayoritas adalah Ormas besar NU dan Muhammadiyah.
Dari pernyataan di atas Yudian berusaha membuka jurang perbedaan antar kelompok di tengah umat. Dengan melebeli sebagian ormas mendukung pancasila dan sebagian melawan pancasila.
Pernyataan ini amat berbahaya. Yang berpeluang memecah belah umat dan menimbulkan saling tuding dan cap ini Ormas Islam pendukung pancasila dan Ormas pelawan pancasila.
Karenanya sikap bijak yang harus ditempuh oleh umat Islam maupun Ormas sebagai berikut:
Pertama: Mengmbalikan tiap perbedaan pada satu asas akidah Islam. Dengan asas ini benteng pertahanan umay akan kokoh. Karena hakikatnya mereka satu secara keimanan.
Kedua: Menjadikan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai pemutus atas tiap perbedaan. Dengan menjadikan dua sumber ini sebagai jawaban atas masalah akan melahirkan sikap tepat dalam memandang perbedaan. Selama perbedaan bukan hal yang ushul (pokok) maka sikap menghormati adalah langkah terbaik yang diambil umat.
Ketiga: Menggiatkan silah ukhuwah diantara umat. Saling mengunjungi adalah bentuk syariatb Islam yang mulia. Bahkan aplikasi saling mengunjungi bisa mengantarkan saling mencintai dan memperkokoh persaudaraan. Bahkan melahirkan doa dari para penduduk langit terhadap mereka yang mengunjungi karena Allah.
Keempat: Merapatkan barisan dan misi perjuangan. Betapa umat harus menyadari bahwa segala problem dan carut marutnya bangsa adalah ditinggalkannya syariat Allah dalam kehidupan.
Karenanya, sebagai wujud kecintaan terhadap negeri sekaligus dorongan keimanan. Maka pilihsnnterbaik untuk mencari solusi dari krisis multidimensi adalah kembali kepada aturan Allah yang sempurna dan paripurna.
Semoga sinergi umat bisa melahirkan potensi berharga dalam menyongsong Indonesia menuju baldatun toyibatun wa ghafur. Dan menjaga tiap celah pemikiran liberal yang berusaha menacak-ngacak persatuan umat.[]