Berkumpul dan Berpisah Karena Allah


Oleh: Muzayyanah (Indramayu)

Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk sosial. Ia memiliki kebutuhan untuk berkumpul dengan sesamanya. Manusia tak bisa hidup seorang diri. Ia tak mungkin bisa memenuhi semua kebutuhan hidupnya seorang diri. Predikat manusia sebagai makhluk, meniscayakan dirinya bersifat lemah, terbatas, serba kurang. Itulah kenapa, manusia butuh kepada selainnya.

Keadaan ini mendorong manusia bergaul dengan sesamanya. Bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia adalah fitrah manusia. Ada bersama dengan penciptaan manusia.

Allah Sang Pencipta manusia telah mengatur fitrah ini. Aturan yang pasti adil dan menghasilkan kebaikan bagi kehidupan manusia.

Dalam QS An Nahl ayat 89, dinyatakan bahwa Allah menurunkan Alqur'an untuk menjadi penjelas segala sesuatu. Maka tak ada satu pun urusan manusia yang luput dari pengaturan Allah. Termasuk dalam pergaulan.

وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِى كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِمْ مِّنْ أَنْفُسِهِمْ ۖ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلٰى هٰٓؤُلَآءِ ۚ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتٰبَ تِبْيٰنًا لِّكُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرٰى لِلْمُسْلِمِينَ

(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS An Nahl ayat 89)

Dalam aturan Islam, berkumpulnya manusia itu dalam rangka ta'awwun (tolong menolong). Namun Islam juga membatasi tolong menolong hanya dalam kebaikan. Sementara kebaikan adalah segala sesuatu yang dinyatakan baik oleh Allah Sang Pencipta dan Pengatur.

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰى ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوٰنِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Al Maidah : 2).

Ini sejalan dengan tujuan penciptaan manusia, yaitu untuk beribadah kepada Allah. Ibadah yang bermakna tunduk patuh kepada semua aturan Allah. Sebagaimana diterangkan dalam QS Adz-dzariyat ayat 56. Begitu pula dalam QS Al Mulk ayat 2 diterangkan bahwa Allah menjadikan mati dan hidup untuk menguji siapa yang terbaik amalnya.

Seorang muslim yang beriman kepada Allah niscaya ia akan tunduk patuh kepada aturan yang ditetapkan  Allah. Sikap ini adalah konsekuensi dari syahadatnya. Dalam syahadatnya ia mengikrarkan bahwa tiada tuhan yang patut disembah melainkan Allah. Ia pun berikrar bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

Maka sudah sepantasnya manusia melakukan perbuatan apapun karena Allah. Mencintai dan membenci karena Allah. Begitu pun dalam pergaulan. Hendaknya manusia berkumpul dan berpisah karena Allah.

Keimanan kepada Allah meniscayakan manusia menjadikan Allah sebagai tujuan dalam hidupnya. Orientasi hidupnya adalah mengabdi kepada Allah. Menjadikan Allah sebagai sumber hukum dalam hidupnya. Allah dulu, Allah lagi dan Allah terus.

Seringkali manusia hanya mengikuti persangkaan dalam memutuskan sesuatu. Cinta dan benci hanya didasarkan pada perasaan. Padahal perasaan manusia cenderung labil, mudah berubah. Maka jika dijadikan pemutus, berpotensi tidak menghasilkan kebaikan.

Berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah, berarti menjadikan aturan Allah sebagai tolok ukur keberadaan dirinya dalam suatu perkumpulan. Berkumpul untuk mengagungkan asma Allah, meninggikan hukum Allah. Jika didapati perkumpulan dimana ia bergabung di dalamnya melakukan kegiatan yang melanggar syariah Allah, ia akan tinggalkan.

Misal selama ini tergabung dalam komunitas yang tidak syar'i karena di dalamnya kental dengan ikhtilat. Atau mengandung transaksi ribawi dan akad yang batil. Maka tak ada pilihan lain sikap yang harus diambil kecuali meninggalkan keterlibatan di komunitas itu.

Memang kadang tak mudah untuk memutuskan berpisah. Seringkali perasaan bermain, hingga diri  tak enak membuat keputusan. Tapi jika telah dipahami kewajiban untuk tunduk patuh kepada hukum Allah, maka ia tunaikan kewajiban itu dengan berat ataupun ringan.

Belum lagi jika teman-teman dalam komunitas itu kadang turut mempengaruhi. Dengan alasan kebersamaan, sayang karena ada keuntungan materi, atau kadang alasan silaturahmi. Maka keteguhan hati untuk taat kepada aturan Allah harus dijaga agar tak goyah langkah dalam hijrah menuju ridha Allah.

Sebagai gantinya ia bisa bergabung dalam komunitas yang akan meningkatkan kualitas iman dan amalnya sebagai seorang muslim. Komunitas atau jamaah yang akan mendukungnya dalam mewujudkan berbagai kewajiban. Yang akan semakin mendekatkan dirinya kepada Allah, dekat dengan ridha-Nya. Dan menjaganya agar jauh dari bermaksiat kepada Allah, jauh dari murkanya.

'Tombo ati iku limo perkarane. Kaping siji moco qur'an sak maknane. Kaping pindho sholat wengi lakonono. Kaping telu wong kang sholeh kumpulono. Kaping papat iku weteng ingkang luwe. Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe. Salah sawijine sopo biso ngelakoni. In syaa Allah Gusti Allah nyembadani.'

Yess...berkumpul dengan orang-orang shalih akan membawa kita dekat dengan Allah. Saling menasihati, menyemangati, menguatkan untuk senantiasa melangkah di jalan taqwa. Saling menegur, mencegah, menjauhkan dari jalan maksiat apabila kita lengah. Tetaplah berada di jamaah yang aktivitasnya adalah amar makruf nahi munkar. Yang senantiasa melingkupi kita dengan atmosfir keimanan. Hingga hidup berakhir dalam husnul khatimah.


*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم