Oleh : Fauziyah Ali
Pertengahan Desember 2019, Azura Luna, Sosialita Hongkong asal Indonesia yang melakukan penipuan kelas kakap menjadi buronan polisi. Namanya terpampang beberapa hari di media online. Tapi kejahatan Azura Luna tak membuat dirinya seterkenal Reynhart Sinaga, predator seks yang telah memperkosa 189 pria di Manchester, Inggris tetapi yang melaporkan hanya 48 orang. Baru keluar beritanya tanggal 7 Januari 2020 jagat medsos geger karena status kewarganegaraan predator ini adalah orang Indonesia.
Mungkin Azura Luna belum tertangkap atau mungkin sudah, saya tidak tahu. Berbeda dengan Reynhart Sinaga, proses hukum yang dijalaninya telah selesai. Dia didakwa atas 136 dakwaan dengan 4 kali persidangan yang berbeda. Sidang terakhir digelar Desember 2019. Penangkapan sudah dilakukan sejak tahun Juni 2017. Kasus baru dinyatakan selesai di tahun Desember 2019. Jadi membutuhkan waktu 2 tahun untuk proses penyidikan dan pengadilan kasus ini.
====
Beda Azura Luna dengan Reynhart Sinaga. Perbedaan diantaranya Azura Luna bukan asli dari kalangan atas. Demi memenuhi gaya hidupnya yang 'high class', Azura menipu sana- sini dengan berbagai modus. Cara-cara untuk menipu diantaranya dengan mengaku-ngaku anak orang kaya agar para korbannya percaya dan mau meminjamkan uang atau barang berharga yang dimiliki korban. Berbeda dengan Reynhart Sinaga, dia berasal dari keturunan orang kaya. Tanpa bekerja apalagi menipu bisa hidup di luar negeri dan menimba ilmu selama bertahun-tahun. Ayahnya seorang bankir yang membiayai biaya hidup Reynhart Sinaga selama pendidikan di Inggris. Rumah keluarga mereka di Indonesia berdiri di atas tanah seluas 3 hektar.
Azura Luna korbannya tak sebanyak Reynhart Sinaga. Korban yang ditarget orang-orang kaya. Anda tidak kaya, anda mungkin tak akan jadi korban Azura. Kerugian berputar pada materi. Tapi kejahatan seksual yang dilakukan Reynhart Sinaga berefek jauh lebih jahat. Orientasi seksualnya membutuhkan orang lain sebagai pelampiasan. Jumlah korban luar biasa besar. Kasus ini disebut kasus perkosaan terbesar di Inggris. Korban-korban pun mengalami trauma yang luar biasa, depresi, bahkan ada yang ingin bunuh diri. Bayangkan ada pria yang diperkosa selama 8 kali dalam 15 jam. Ini benar-benar tindakan yang biadab.
Yang berbeda dengan kasus perkosaan yang lain, korban rata-rata tidak tahu kalau dirinya menjadi korban perkosaan. Korban baru mengetahuinya setelah didatangi dan diberitahu polisi bahwa dirinya adalah korban melalui video yang ditunjukkan polisi.
Dan lihatlah walaupun Sinaga sendiri mengakui kalau dirinya seorang gay, apakah korban-korbannya hanya dari kalangan homo seksual saja. Ternyata tidak, kaum adam heteroseksual pun menjadi korban. Sinaga tak pandang bulu. Ketika ingin menyalurkan hasrat bejatnya, dia menemui siapa saja dan memperdayanya bahkan hanya dalam hitungan 60 detik.
Entah lulusan mana, yang jelas Azura sering membohongi pada para korbannya bahwa dia lulusan universitas terbaik tingkat dunia. Tapi Reynhart Sinaga, bukti valid menyatakan bahwa dia adalah lulusan Universitas terbaik di Indonesia, meraih 2 gelar master di Inggris dan sekarang sedang menempuh gelar doktor di Inggris. Jadi jelas bahwa Reynhart Sinaga adalah orang mapan dan berpendidikan tinggi.
====
Apa yang terjadi pada Azura Luna dan Reyhart Sinaga adalah buah dari sistem pendidikan sekuler dan liberal yang memisahkan agama dari aktivitas kehidupan. Bukankah Reyhart sendiri adalah seseorang yang rajin ke gereja. Ternyata sistem sekuler menjadikan sosok-sosok bermuka dua. Sosok yang terlihat religius, cerdas, terpandang tapi juga berbahaya.
Sistem kehidupan bebas yang diagungkan pun menjadi celah untuk merusak kehidupan orang lain. Yang dirugikan bukan hanya dirinya sendiri. Tapi juga orang-orang lain. Demi hidup bahagia dengan standar materi mereka tak segan menipu, merugikan orang lain bahkan menyakit. Bukan tidak mungkin, para korban perkosaan dan pelecehan seksual menjadi pelaku bahkan predator seksual. Ini adalah mata rantai yang tidak pernah putus.
Lantas apa kita masih punya alasan untuk membela aktivitas L9bete dengan alasan kemanusiaan. Bukankah akan jauh lebih arif jika kita menjaga masyarakat yang ingin hidupnya baik, berkah, selamat. Selamat baik hidup di dunia dan akhirat. Sistem Islamlah yang bisa mewujudkan keselamatan ini. Lantas bagaimana dengan para pelaku L9bete? Mereka dihukum mati saja (kecuali bagi yang ingin bertaubat). Bagaimanapun kita harus berani memutuskan rantainya. Anda berani?[]