Novianti
Praktisi dan Pengamat Pendidikan
Adalah sebuah kebodohan jika keledai jatuh ke dalam lubang yang sama. Apalagi jika keledai itu justru menyalahkan lubang. Kenapa ada lubang disitu? Ini akan menjadi suatu malapetaka karena hidupnya tak akan pernah keluar dari timbunan masalah. Jatuh lagi jatuh lagi.
Inilah fakta yang terjadi pada kaum melambai, penyuka sesama jenis. Baru-baru ini dunia dihebohkan oleh ulah Reynhard Sinaga, pembunuh berdarah dingin yang telah memperkosa kurang lebih 190 laki-laki. Julukan yang pantas karena ia telah membunuh masa depan laki laki yang diperkosanya tanpa merasa bersalah dengan dalih dilakukan suka sama suka. Padahal bukti menunjukkan sebelum melakukan perbuatan bejatnya, ia mencari mangsa setiap malam.
Kaum pembela HAM yang masih getol membela LGBT patut dipertanyakan letak otaknya ada dimana. Karena peristiwa kekejian dari seorang pelaku homoseksual sudah terjadi berulang kali bahkan tak terhitung. Dampaknya pun mengerikan. Tidak hanya melakukan pemerkosaan tapi juga pembunuhan. Masih ingat kasus pembunuhan berantai oleh Ryan tahun 2008. Dan penderita HIV/AIDS meningkat di beberapa tempat di Indonesia dan kaum penyuka sesama jenis yang mendominasi.
Budaya hedonisme dan liberalisme yang merupakan anak kandung sekuler dimana budaya seperti LGBT, pergaulan bebas akan terus dibiarkan. Sebab dalam ideologi sekuler tidak mengenal istilah halal dan haram. Agama urusan pribadi yang tak boleh dibawa bawa dalam ranah publik. Itu urusan dirinya dengan tuhan. Perbuatan hanya berdasarkan manfaat meski nyatanya justru mudharat.
Padahal dalam pandangan Islam, sistem sekuler adalah sistem yang bertentangan dengan hukum Allah dan pasti akan mendatangkan kesengsaraan. Allah berfirman, “Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta". (QS Thaha : 124).
Dalam sistem Islam, seluruh aspek kehidupan tidak boleh lepas dari iman dan taqwa. Iman maknanya adalah percaya akan keberadaan Allah dan seluruh aturannya. Sementara taqwa ditunjukkan dengan ketundukkan pada seluruh syariah Islam dalam semua aspek kehidupan. Iman yang menuntun seseorang selalu terikat dengan hukum dan aturan Allah. Tak ada perbuatan atau satu aspek pun yang bebas nilai. Hidup manusia tidak berada dalam zona yang netral. Semuanya harus ditarik pada cara pandang Islam. Tidak hanya perbuatan bahkan hingga berpikir dan perasaan.
Islam mengatur perbuatan harus berdasarkan hukum syara’. Jelas mana yang haram dan halal. Perbuatan terklasifikasi dalam wajib, sunnah, makruh, mubah dan haram. Tidak ada akal manusia sebagai penimbang dalam menentukan hukum perbuatan terkecuali ada dalil dalilnya.
Semestinya manusia sudah sadar, kasus Reynhard Sinaga akan terus berulang jika nafsu syahwat dibiarkan liar mengatur kehidupan manusia. Kita akan berada dalam ancaman kemanusiaan yang menurunkan martabat bahkan hingga lebih rendah dari hewan. Kelangsungan kehidupan manusia terancam oleh kepunahan. Bayangkan jika generasi muda terkena HIV/AIDS masal. Masa produktifnya hilang , negara harus menanggung beban biaya pengobatan yang teramat besar.
Jelas sistem sekuler bersifat destruktif menimbulkan berbagai kerusakan. Seharusnya kita sudah membuang jauh-jauh ideologi sampah sekuler. Manusia harus beralih pada alternatif lain yang dijamin tidak gagal. Sudah terlalu banyak korban berjatuhan. Tidak hanya manusia tapi juga alam, tumbuhan dan hewan juga jadi korban. Sistem yang konstruktif membangun peradaban manusia yang menjadi rahmat bagi alam semesta harus segera diterapkan.
Saat ini pilihannya hanya ada 3 yaitu sekuler, komunis atau islam. Karena tiga sistem kehidupan inilah yang memancarkan aturan. Sekuler dan komunis sudah terbukti gagal. Tak ada satu negara pun yang bisa menjadi acuan keberhasilan penerapannya. Dan saat ini tak ada satu negara pun yang menerapkan sistem islam. Namun ia pernah ada bahkan menjadi pemimpin peradaban selama hampir 13 abad lamanya dengan banyak meninggalkan bukti sejarah dari masa kegemilangannya. Di masa itu, hukum Allah ditegakkan.
Argumennya sederhana, karena alam semesta, bumi dan Indonesia ini adalah milik Allah, maka saat manusia menggunakan hukum Allah sudah dijamin aman. Sehingga sudah seharusnya manusia kembali menggunakan aturan Allah dalam menata hidupnya sebagai bentuk keimanan dan ketaqwaan karena Allah Maha Tahu yang paling baik untuk manusia . Negeri ini akan berkah saat ada dalam ketaatan kepada Allah sementara jika jauh dari hukum Allah kesengsaraan adalah suatu kepastian.[]