Oleh: Dede Yulianti
(Member Revowriter Bogor)
Tak lama setelah detik-detik pesta menggelegar, kembang api dan petasan dibakar. Bumi Indonesia diguyur hujan besar. Hanya sekejap, keriuhan pergantian tahun berubah menjadi awan hitam kelam.
Negeriku diselimuti duka mendalam. Banjir serentak menyergap ibukota dan wilayah sekitarnya. Juga beberapa kota di Jawa Barat, seperti Bandung, Tanggerang dan Kabupaten Bogor. Bekasi lumpuh total. Kemacetan di jalan tol memakan waktu berjam-jam, hingga 7 jam lebih. Suasana mencekam bertambah kala macet total, lampu padam, was-was kalau tiba-tiba banjir menerjang. Transportasi KRL mengalami hambatan, untuk sementara tak bisa beroperasi.
Sungguh memilukan, ribuan rumah tenggelam dalam luapan air. Ada yang semeter, bahkan ada pula yang genteng rumahnya terendam. Sebuah video amatir memperlihatkan mobil-mobil dan motor di jalan raya terseret banjir hingga beberapa meter. Duka semakin menjadi, karena banjir menelan korban jiwa. Sembilan orang meninggal, ada yang terbawa air, tenggelam dan juga tersengat aliran listrik.
Terbayang bagaimana kesulitan yang harus dialami para korban banjir. Barang-barang terendam, aktivitas terhambat. Apalagi yang memiliki balita. Terbayang jika pakaian tak ada, stok makanan menipis. Sementara banjir belum juga surut, maka evakuasi pun harus dilakukan. Lansia, anak-anak dan balita diutamakan. Semoga banjir segera berakhir. Para korban diberi kesabaran dan ketabahan menerima musibah ini. Sementara bagi kita yang tidak terkena bencana, ingatlah untuk menyisipkan doa bagi korban dan untuk keberkahan negeri ini.
Innalilahi wa innailaihi rooji'un. Kalimat yang diperintahkan bagi orang yang beriman saat mendapati musibah. Sesungguhnya segalanya dari Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya. Pada saat itu manusia hanyalah makhluk kecil yang tak sanggup melawan air sekalipun.
Maka sungguh kembali kepada Allah SWT, bukan sekadar mengingat kebesaran-Nya. Namun juga kembali menjalankan syariat-Nya. Meninggalkan semua kemaksiatan dan penentangan pada syariat-Nya. Tak perlulah menunggu peringatan yang lebih dahsyat. Cukup dengan membuka mata hati, kembali pada fitrah, berbenah diri sebagai hamba-Nya. Sehingga duka berubah menjadi asa. Ketaatan akan berbuah ampunan dan keberkahan hidup. Semoga kita mampu mengambil pelajaran.[]