Lahirnya Sarjana Ulul Albab


Oleh: Puji Ariyanti
(Pemerhati Generasi)

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD saat menyampaikan stadium generale pada acara wisuda 750 sarjana dan magister Universitas Islam Kadiri, di Kediri, Jawa Timur. Mahfud MD menyebutkan bahwa, dunia Perguruan Tinggi (PT) sedang menjadi “terdakwa” dari kekacauan tata kelola pemerintahan dan munculnya korupsi di mana-mana. (VIVAnews 21/12/'19)

Menurut Mahfud pada umumnya pelaku korupsi adalah sarjana yang merupakan produk dari Perguruan Tinggi. Pelaku korupsi umumnya sarjana tukang. “Keahliannya bisa diperdagangkan sesuai pesanan," ujar Mahfud seperti dikutip dari keterangan tertulis saat itu.

Saat Mahfud MD memberikan arahan agar lulusan Perguruan Tinggi Indonesia bisa menjadi kaum intelektual yang kaya ilmu dan wawasan. Mahfud juga berharap perguruan tinggi tidak hanya menghasilkan sarjana, tapi juga mencetak intelektual. “Jadilah ulul albab, orang yang cerdas dan mulia akhlak. Ini sebuah tantangan bagi perguruan tinggi,” ujarnya.

Pertanyaannya, mampukah sistem pendidikan kapitalis mencetak ulul albab? Bukankah sistem ini justru menciptakan sebuah demensi  pencetak para pekerja, bukan pencetak ulul albab.

Sistem dan tatanan pendidikan di era kapitalis saat ini tidak memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan memajukan pemikiran manusia, tetapi hanya mencetak calon tenaga kerja sesuai kebutuhan para kapitalis. Selain itu juga mencetak calon tenaga kerja yang patuh dan hormat kepada tatanan masyarakat kapitalis dan hanya menjadikan dunia pendidikan sebagai tempat akumulasi modal saat dikeluarkan.

Dengan demikian tidak keliru jika yang terlahir adalah generasi yang kering ruhnya. Sebab ada yang terputus antara tanggung jawab akhirat dan perolehan materi. Sehingga pendidikan di negeri ini jauh dari membentuk ketakwaan, akhlak mulia dan kepribadian Islami.

Tujuan membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa dan berakhlak mulia memang disebutkan di dalam UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Namun kalimat tersebut hanya semacam ungkapan saja, sebab rincian sistem dan prakteknya justru jauh dari nilai-nilai keimanan dan ketakwaan.

Jika menurut Menristek: banyaknya lulusan Perguruan Tinggi yang jadi tukang ojek karena pilih jurusan yang tidak diminati adalah pernyataan yang keliru. Sejatinya  negaralah yang tidak mampu menyediakan pekerjaan yang sesuai dengan keilmuannya.

Masih menurut beliau, bahwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dari tahun 2018-2019 lulusan yang bekerja tidak sesuai keilmuan mengalami penurunan. Namun begitu kurang signifikan. Harusnya mampu 100 persen terserap industri. Menurutnya "pendidikan tinggi harus berkolaborasi dengan industri."

Seperti halnya kisah Zulkarnain, tukang parkir di Duri yang ternyata  menyandang status sarjana muda (D-III). Dari sulitnya kehidupan yang dijalani ia lulus dari salah satu perguruan tinggi manajemen dan ilmu komputer di Dumai, Riau, tahun 2004.
Ketika sistem kapitalis telah menguasai di setiap dimensi kehidupan, pendidikan yang seharusnya merupakan "kebesaran" sebuah peradaban manusia, hal ini pun semakin tersingkir karena kebutuhan pasar industri semata.

Masyarakat pun juga demikian menikmati barang-barang hasil dari ekonomi kapitalis yang memang rata-rata menyuguhkan suatu kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Hal ini membuat peran pemain kapitalistik untuk berusaha meningkatkan produksinya yang dinikmati oleh masyarakat.

Sejatinya pendidikan merupakan instrumen terpenting dalam kemajuan sebuah peradaban. Oleh karena itu pendidikan adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari campur tangan negara.

Demikian halnya pendidikan dalam Islam, adalah untuk membentuk kepribadian islami (syakhshiyah islamiyah) setiap muslim serta membekali dirinya dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan.
Hal ini akan mampu mencetak peserta didik yang menghiasi segenap aktivitasnya dengan akhlak mulia dan memandang Islam sebagai  satu-satunya sistem kehidupan yang benar. Sehingga terciptalah keimanan dan ketakwaan, pada saat yang sama negara mampu mencetak generasi ulul albab yakni orang yang cerdas dan mulia akhlak.

[]Wallahu'alam bissawab[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم