Oleh: Sherly Agustina M.Ag.
(Member Revowriter Cilegon)
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
" Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. " (QS.Ali Imron: 110).
Melihat kondisi umat Islam di Indonesia dan seluruh dunia sangat miris dan menyedihkan. Selalu jadi korban dan kambing hitam. Di Indonesia, pemerintah sibuk menangani radikalisme. Dan radikalisme yang dimaksud adalah Islam dan umat Islam yang mencoba memberi solusi atas semua masalah yang terjadi di negeri ini. Kebijakan yang dibuat lewat Menteri agama banyak yang menyerang ajaran Islam. Mulai dari pelarangan cadar dan celana cingkrang, penghapusan materi jihad dan khilafah yang akhirnya tidak jadi, akan memindahkan materi jihad dan khilafah dari materi fikih ke sejarah. PAUD, sekolah menengah dan kampus terpapar radikalisme seakan-akan harus diperangi.
Impor beras padahal beras di dalam negeri banyak. Dan ribuan ton beras akhirnya harus dibuang karena sudah tidak layak untuk dimakan. Sementara masih ada rakyat yang tak mampu membeli beras bahkan sampai kelaparan. Selain itu, ayam dan telur juga sama. Sungguh ironi, kelaparan dan impor di lumbung padi.
Dalam bidang pendidikan, honor honorer yang belum layak. Out put pendidikan yang masih menjadi PR. Terbawa arus liberalisme, dengan life style yang hedonis. Mengutamakan penampilan bukan pendidikan. Mengutamakan materi bukan prestasi. Terjebak dalam kehidupan yang permisif. Membuka aurat dianggap biasa, free sex bahkan aborsi hal yang biasa.
Terperangkap jeratan lingkaran narkoba, baik konsumsi ataupun hanya sekedar menjual demi materi yang dicari. Terbawa arus legebete yang menyalahi fitrah manusia. Seakan tak kenal halal dan haram. Ada yang berprestasi tapi didominasi oleh yang cari sensasi. Terbawa tontonan artis dan dunia gemerlap internasional.
Kualitas pendidik dan pendidikan masih menjadi PR. Para pendidik yang tersibukkan dengan administrasi sehingga tak maksimal mendidik anak didik. Mencari tambahan sampingan ke sana kemari sehingg luntur idealisme.
Hukum yang tumpul ke atas dan tajam ke bawah, seakan menjadi tontonan yang biasa. Para koruptor berlenggak lenggok bebas, sementara rakyat bawah yang butuh sesuap nasi terpaksa mencuri kena hukuman. Para pejuang khilafah yang menjadi bagian ASN dipecat dengan semena-mena memperlakukan seperti kepada para penjahat. Ulama dan ajaran Islam dikriminalisasi. Muslim tapi anti Islam, muslim tapi phobia terhadap Islam. Muslim tapi setengah muslim dan setengah sekuler.
Di bidang ekonomi, hutang semakin tinggi plus bunga yang belum dibayar. Per November 2019 hutang Indonesia sebesar Rp 4.814,31 Triliun. ( Liputan6.com, 19/12/19)
Kesejahteraan jauh panggang dari api. Sejahtera bagi mereka yang punya modal, para kapital, para pengusaha cukong-cukong yang berada di balik kebijakan pemerintah RI. Membeli aset-aset bangsa hingga negeri ini tak memiliki apa-apa. Sebelum pemilu mereka mendekati rakyat berjanji dengan sangat manis, kenyataan tak sesuai harapan. Hidup semakin sulit, PHK dan pengangguran di depan mata. Listrik, bahan bakar minyak naik diikuti oleh harga-harga lain yang naik tapi pemasukan tak naik.
Alih-alih berfikir untuk merealisasikan janji setelah pemilu, yang ada sibuk mengembalikan modal yang terpakai sejak kampanye hingga memenangkan pemilu dengan kelicikan. Semua ini hanya ada dalam sistem demokrasi sistem yang penuh kegelapan. Gelap karena bukan aturan Allah yang diterapkan dan diguanakan. Menyelesaikan masalah dengan masalah. Sehingga tambal sulam masalah.
Sementara umat Islam di belahan dunia juga mengalami nasib yang sama. Palestina negeri yang tak pernah berhenti diserang oleh Israel. Bom dan suara senapan adalah hal yang biasa bagi mereka setiap saat, setiap waktu. Maka tak heran Alah jadikan mereka orang-orang yang kuat. Anak kecil saja sudah berani berperang menghadapi musuh Islam, Israel laknatullah.
Dan kaum muslim di Uighur mengalami nasib yang sama, mereka didzalimii, diculik, disiksa bahkan sampai ada korban jiwa. Dengan alasan melawan separatisme terhadap negara begitu kata China. Omong kosong, mereka hendak merubah muslim Uighur sepeti mereka menjadi komunis tak beragama. Pelanggaran HAM yang terjadi di Uighur tak bisa dimaafkan. Bahkan harus ada dalam bentuk negara yang mampu dan berani head to head dengan China. Tak ada pilihan lain selain umat Islam di seluruh dunia bersatu melawan musuh-musuh Islam di dalam naungan khilafah.
Saatnya umat Islam bersatu dan bangkit agar kembali kepada aturan Allah. Dahulu pernah diterapkan dan sekarang akan diterapkan. Mengubah kegelapan dalam sistem demokrasi-kapitalisme menuju terang benderang dengan aturan Allah, yaitu khilafah. Firman Allah SWT:
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
"Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya." (QS. Al Baqoroh: 257).
Di dalam tafsir Ibnu Katsir, Allah mennjelaskan bahwa Dia memberi petunjuk orang yang mengikuti jalan yang diridhai-Nya ke jalan keselamatan. Untuk itu Dia mengeluarkan hamba-hamba-Nya yang mukmin dari kegelapan, kekufuran, dan keraguan menuju kepada cahaya perkara hak yang jelas lagi gamblang, terang, mudah, dan bercahaya.
Orang-orang kafir itu penolong mereka hanyalah setan. Setanlah yang menghiasi mereka dengan kebodohan dan kesesatan. Setan mengeluarkan mereka dan menyimpangkan mereka dari perkara yang hak kepada kekufuran dan kebohongan.
{أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ}
Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (Al-Baqarah: 257)
Karena itulah dalam ayat ini Allah mengungkapkan lafaz an-nur dalam bentuk tunggal, sedangkan lafaz zalam (kegelapan) diungkapkan-Nya dalam bentuk jamak. Dengan kata lain, disebutkan demikian karena perkara yang hak itu satu, sedangkan perkara yang kufur itu banyak ragamnya; semuanya adalah batil.
Seperti yang diungkapkan oleh ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
{وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ}
"Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepada kalian agar kalian bertakwa." (All-An'am: 153)
Dan ayat-ayat lain yang lafaznya memberikan pengertian ketunggalan perkara yang hak dan tersebarnya kebatilan; dan bahwa perkara yang hak itu satu, sedangkan kebatilan banyak ragamnya.
Dalam bahasa Arab kata cahaya dalam bentuk tunggal (an-Nuur) yaitu Islam yang haq. Sementara bathil atau kegelapan itu dalam bentuk jamak/banyak (ad Dzulumaat) yaitu kekafiran selain Islam.
Sudah saat nya kita tinggalkan kegelapan (adz Dzulumat), sistem demokrasi saat ini. Menuju cahaya (an Nuur) yang terang benderang yaitu Islam. Mari menjadi bagian di dalamnya yang ikut berjuang mewujudkan sistem Islam, khilafah Islamiyah.
Allahu A'lam bi ash Shawab.