Reformasi, Sudah Cukupkah?



Oleh: Rina Yulistina S. E
(Kontributor Muslimah Voice)

Kondisi Indonesia diambang kehancuran, bukan hiperbola namun ini adalah fakta. Hanya orang-orang yang menutup telinga, mata dan hati yang tak bisa melihat kenyataan ini. Kelucuan lebih tepatnya dagelan disajikan terang-terangan di negeri ini. Kasus asap disolusi dengan sepatu kotor milik orang nomer satu di negeri ini, RUU KUHP yang membuat geli rakyat, revisi UU KPK yang membuat koroptor melenggang bak foto model diatas catwalk, kran impor ugal-ugalan, defisit keuangan RI, hutang menggunung tapi ngebet ingin pindah ibu kota.

Siapa yang tak miris melihat kondisi ini? Pastinya para pahlawan kemerdekaan yang mengorbankan darah mereka demi Indonesia merdeka menangis melihat semua ini.

Rakyat telah muak. Tak hanya Mahasiswa yang turun ke jalan, anak STM pun menyita perhartian publik. Unicef menegaskan untuk memberikan hak bersuara bagi siswa STM, media internasional pun ikut meliput untuk membuka mata dunia. Namun sayang kepedulian pihak internasional tak seindah kenyataan di dalam negeri, aksi demo dibalas dengan aksi konser musik. Sangat tidak manusiawi bukan?

Dua nyawa anak bangsa melayang, ratusan penerus bangsa menjadi pesakitan dan seperti biasa penguasa malah sibuk mencari kambing hitam. Mereka hanya meminta keadilan di negeri ini, namun apalah daya keadilan bak pepesan kosong di negeri yang katanya terdemokrasi nomer tiga di dunia.

Lalu menjadi pertanyaan apakah Indonesia masih layak disebut sebagai negara terdemokrasi? Atau jangan-jangan keadilan tidak akan pernah ada di sistem demokrasi itu sendiri. Jika di dalam demokrasi ada keadilan, seharusnya suara rakyat didengarkan bukankah suara rakyat adalah suara Tuhan? Mayoritas rakyat tidak puas dengan kinerja penguasa lalu kenapa masih saja dilantik? Suara siapa yang didengar oleh pengauasa? Suara rakyat ataukah suara kepentingan kekuasaan? Mungkin kita lupa bahwa Aristoteles telah memperingatkan kita bahwa "Demokrasi adalah pemerintahan yang menyimpang, karena terjadi kemanfaatan kepentingan hanya untuk (beberapa kalangan) orang-orang saja." 

Oh, mungkin masih saja ada yang tidak bisa menerima kenyataan bahwa demokrasi adalah produk cacat. Maka mari kita berfikir kembali, bukankah reformasi telah kita jalani selama 21 tahun namun apa perubahan yang signifikan untuk negeri ini? Tidak ada. SDA tetap dijarah oleh asing maupun aseng, tak hanya garam yang impor rektor pun ingin di impor, pajak makin mencekik, TDL tak pernah absen naik, kesehatan menjadi barang elit dinegeri ini. Tak inginkah kita berubah menjadi lebih baik dari reformasi?

Tak jemukah kita hidup dalam sebuah kubangan hitam? Tak lelahkah kita terus di tipu oleh janji janji manis? Keledai saja enggan untuk masuk kelubang yang sama berulang kali. Apalagi manusia yang diberi akal tentunya bisa digunakan untuk berfikir. Tidak ada satupun rakyat yang menginginkan hidup menderita, semua ingin kesejahteraan, keadilan dan kedaimaan. Bukankah makna kemerdekaan adalah merdeka dari penjajahan? Oleh karenanya kita harus menemukan arah perubahan yang jelas. Supaya cita-cita kemerdekaan tersebut mampu untuk dijewantahkan.

Menemukan arah perubahan bukan pekara mudah tapi bukan pula pekara yang sulit. Sebagai seorang manusia yang diciptakan oleh Allah SWT yang memiliki banyak kelemahan dan kekurangan pastinya kita berharap Allah memberikan petunjuk untuk kita. Bukankah pembuat HP memberikan petunjuk penggunaan HP. Sama halnya manusia, Allah memberikan petunjuk bagi kita untuk menjalani kehidupan di dunia ini. Allah berikan Al Qur'an bukan hanya digunakan untuk melatik para penguasa di negeri ini namun lebih dari itu untuk diterapkan. Rasulullah sebagai kekasih Allah sekaligus suri tauladan bagi kita telah memberikan contoh yang sangat gamblang bagaimana cara Rasul merubah kondisi jazirah Arab yang barbar menjadi jazirah Arab yang dipenuhi cahaya Islam.

Dakwah Rasul yang sangat agung, merubah pola pikir masyarakat Jazirah Arab dari menghamba pada berhala menjadi menyembah Allah. Rasulullah pun mengajarkan bagaimana gigihnya menyebarkan islam tanpa kekerasan, Rasulullah tak jemunya menyeru kepada manusia  memperlihatkan kebusukan sistem batil yang diterapkan oleh kaum Quraisy. Disini jelas apa yang dilakukan oleh Rasulullah bukan hanya dakwah tauhid namun juga dakwah politik.

Rasulullah pun tetap konsisten menyeru islam meski petinggi Quraisy menawarkan berbagai keindahan dunia berupa kekuasaan. Namun semua itu tak mempengaruhi keteguhan Rasul dan para sahabat. Mereka tetap berada dalam jalan yang telah dititahkan, tak sedikit pun terbesit ada keinginan Rasul untuk bergabung dalam lingkaran kekuasaan kaum Quraisy. Hingga Allah terunkan pertolonganNya, Allah mudahkan jalan dakwah Mus'ab bin Muair untuk mengislamkan Madinah. Dan disitulah kemenangan Islam terwujud.

Di Madinahlah seluruh sistem islam diterapkan dengan berbagai macam suku, warna kulit, bahkan penduduk Madinah banyak Yahudi dan Nasrani bahkan Majusi. Iya, sistem Islam merupakan Rahmat bagi seluruh alam semesta bukan hanya untuk kaum muslim saja. Kemuliaan islam terus menyebar hingga seperempat dunia, memeberikan kemulian dan keagungan selama 13 abad lamanya.

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم