Oleh: Kunthi Mandasari
(Member Akademi Menulis Kreatif)
Hijrah. Belakangan ini menjadi kata yang cukup fenomenal. Hampir menyentuh seluruh kalangan. Pasalnya, yang jadi lakon utamanya bukan dari kalangan biasa saja. Para artis yang biasa wara-wiri di layar kaca, kini juga mulai berduyun-duyun datang ke pengajian. Meninggalkan kemewahan dan ketenaran untuk mencari sebuah ketengan.
Ada berbagai kisah proses hijrah. Namun, dibalik itu semua pasti ada sebab musabab yang melatarbelakangi gelombang hijrah. Yaitu para penggiat dakwah yang melihat potensi besar dakwah melalui media sosial. Karena hampir setiap orang memiliki medsos. Saat ini media sosial bukan hanya sebagai sarana komunikasi saja. Tetapi telah berkembang sebagai sumber informasi guna pembentukan diri. Ada banyak informasi yang tersaji. Informasi juga dengan cepat melesat ke ruang privat maupun publik.
Para penggiat dakwah tidak melewatkan kesempatan ini. Bahkan ustadz-ustadz memiliki tim media untuk berdakwah di medsos. Dengan menawarkan konten, visual dan materi yang diracik dengan apik dan menarik. Maka tak heran jika kini mulai banyak yang tertarik.
Kajian juga tak melulu dilakukan di dalam masjid dengan gaya kaku dan membosankan. Tetapi dikemas melalui berbagai kegiatan yang menarik, seperti kajian di alam terbuka, melakukan outbond, bazar dan lain sebagainya dengan model yang kekinian. Maka tak heran jika kajian bukan lagi sesuatu yang menyeramkan. Tetapi bagian yang justru dinanti-nantikan.
Jika dakwah yang dilakukan melalui personal maupun kelompok mampu membawa perubahan secara signifikan. Apa jadinya jika dakwah diemban oleh sebuah negara? Tentu saja Islam rahmatan lil 'alamin bukan hanya dirasakan oleh individu atau kelompok saja. Tetapi dirasakan oleh masyarakat luas.
Oleh karenanya hijrah merupakan buah dari dakwah. Peranan dakwah tidak bisa dinafikkan. Dakwah sendiri merupakan sebuah kewajiban bagi kaum muslim. Sudah semestinya kita mengambil bagian dari perjuangan para penyeru agama Allah. Agar aturan sang pencipta segera diterapkan di muka bumi ini.
"Siapakah orang yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru manusia menuju jalan Allah" (QS. Fushilat: 33).
Wallahu 'alam bishowab.[]