Edisi 'Ngowoh' Melihat Kalimantan Begitu Kaya



Oleh : Fauziyah Ali

Ketika kita melakukan perjalanan ke Kaltim, begitu keluar dari bandara kita akan jadi kayak orang yang 'ngowoh'. This is the real of Kalimantan. Tiap lewat satu tempat tergumun-gumun. Serba waaw...Takjub. Waaah.. ini daerah kaya benar begini. Kaya dengan sumber daya alam. Melimpah ruah  pokoknya. Hutan terhampar luas. Tahu kan bagaimana hijaunya kalau dizoom dari atas langit. Hijau terhampar luas.  Rumah tidak berdempet-dempetan. Bener-bener 'gumun' saya. Kagum.

Hutan melimpah. Kekayaan milik negara. Seharusnya untuk rakyat. Tapi koq aneh ya. Sebagai rakyat koq kayak nggak berasa aja kekayaan alam itu. Padahal hanya dari hasil hutan aja, Indonesia bisa bayar utang lho. Itu lho, utang yang ribuan trilyun.  Baik,  itu soal lain, kita lanjut soal Penajam, calon ibukota negara.

===

Waktu awal saya lewat Penajam. Saya heran, ini daerah luas benar begini. Koq saya dari Balikpapan (Kaltim) mau ke Kabupaten Paser (Kaltim) kenapa di tengah-tengah ada provinsi Kalimantan Utara. Eh, ternyata saya salah lihat bukan Kalimantan Utara tapi Penajam Paser Utara. Emang seluas itu. Jadi kalau dibanding di Jawa. Kabupaten ibarat provinsi, kecamatan ibarat kabupaten luasnya. Begitulah.

Kami melawati jalan trans Kalimantan yang kalau diurut terus akan sampai ke provinsi Kalimantan Selatan. Sepanjang perjalanan yang dipandang hamparan hijau hutan. Baik itu hutan asli atau hutan yang sudah berubah fungsi jadi perkebunan kelapa sawit. Kepemilikan individu atas hutan-hutan itu bisa mencapai puluhan hektar. Tapi yang dimiliki atau dikelola pengusaha termasuk asing bisa sampai ribuan hektar.

Tidak hanya hutan, batubara pun jadi komoditas yang tersedia banyak. Tapi kalau berdasarkan cerita orang sekitar, untuk batubara lebih cenderung dimiliki asing. Kadang untuk mengecoh. Secara surat perizinan seolah-olah dimilik oranh lokal dengan nama orang Indonesia tapi faktanya pemimpin tertinggi ya orang-orang asing.  Itu lho, mereka yang berkedok investasi.

Lubang-lubang galian bekas eksploitasi batubara ada yang berubah jadi danau, hutan wisata, penangkaran rusa tapi banyak yang dibiarkan begitu saja. Hanya cekungan besar yang isinya air hujan. Tidak lebih.

Selain meninggalkan lubang galian, aktivitas eksploitasi batubara juga meninggalkan anak-anak yang kemudian ditinggalkan oleh ayah-ayah mereka. Ayah-ayah mereka itu  pegawai perusahaan-perusahaan tambang batu bara. Pegawai-pegawai ini melakukan pernikahan dengan penduduk sekitar tambang. Tapi tak jarang juga ada yang tidak menikah. Sampai saat ini, anak-anak yang ditinggalkan rata-rata usia belasan tahun. Anak-anak itu saat ini sebagian besar diasuh ibunya, yang tercatat sebagai 'single parents'.

Ya, sebagaimana yang diketahui orang banyak, kalau eksploitasi tambang termasuk batubara adalah kegiatan berpindah. Eksplotasi bertambang akan pindah jika di tempat itu keberadaan tambang batubara sudah habis. Sayang beribu sayang, eksploitasi batubara ini tidak hanya meninggalkan cekungan tapi juga meninggakan anak-anak yang ayah-ayah mereka tidak bertanggung jawab atas mereka.

====

Tujuan utama kami memang Kabupaten Paser. Untuk menuju Kabupaten Paser melewati Penajam. Ya, karena sekarang diprediksi jadi ibu kota baru sering disebut dalam nama lengkapnya, Penajam Paser Utara. Penajam ini pada awalnya sebuah kecamatan, bagian dari Balikpapan. Namun jika diurut dari sejarah,  pada awalnya Penajam Paser Utara ini termasuk bagian dari Kesultanan Paser. Tapi kalau saya membaca sekilas, Penajam ini berkali-kali mengalami perubahan status kewilayahan. Yang terakhir sekarang ya menjadi salah satu kabupaten di Kalimantan Timur. Secara wilayah berbatasan via darat dengan Kabupaten Paser, Kutai Kartanegara. Dan dipisahkan teluk jika mau Ke Balikpapan.

Mungkin karena akses ke Balikpapan mudah, menjadikan Penajam Paser Utara ini terlihat lebih maju. Benar kata Dahlan Iskan, jika jadi mau dibuat ibukota di sana tidak perlu dibuat bandara. Karena dari bandara internasional yang ada di Kota Balikpapan jaraknya tidak jauh dan aksesnya mudah.

Selain itu, untuk transportasi air bisa via Teluk Balikpapan. Air teluk itu dalam tapi tenang. Teluk itu tidak pernah mengalami pendangkalan dan juga tidak ada sungai yang bermuara ke teluk.

Dulu, zaman kepemimpinan Suharto,  di sekitar Penajam ada hutan yang menghasilkan gelondongan kayu yang besar-besar. Kawasan hutan ini dikatakan kawasan emas hijau karena menghasilkan dolar yang begitu banyak. Kayu itu sendiri diekspor melalui teluk ini oleh perusahaan asing yang namanya ITCI (International Timber Coorporation) yang kantornya berpusat di Oregon. Sekarang kawasan hutan yang dikelola ITCI berganti menjadi milik Prabowo Subianto.

====

Selain berada di tengah wilayah Indonesia Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara adalah daerah dengan nilai urban yang cukup tinggi. 60% penduduknya adalah transmigran  yang berasal dari Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan Selatan. Walaupun banyak pendatang daerah minim konflik. Wilayahnya tenang dan cenderung aman. Konflik-konflik antar penduduk asli biasanya tidak akan sampai berbuntut panjang. Masalah segera bisa diselesaikan. Masyarakat Kaltim baik dalam menerima pendatang.

Akan tetapi yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana hutan-hutan yang menjadi paru-paru dunia dan menjadi tempat mata pencaharian warga asli Kaltim, Dayak Paser tetap bisa dilestarikan walaupun akan dibangun ibukota.

Dan juga, walaupun pada dasarkan pindah ibukota itu boleh-boleh saja tapi jika secara keuangan negara belum mampu ya tidak perlu dipaksakan. Bisa ditunda dalam jangka waktu yang dirasa lebih tepat. Dan tidak perlulah mengundang investor asing. Kita mau bangun rumah utama negeri ini. Masa dibangunkan negara tetangga, kan seperti kontrak rumah dong.

Demikian. Wallahu a'lam Bisshowab.[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم