ABSURD DAN MUNAFIKNYA POLITIK DEMOKRASI


Oleh: Retno Kurniawati

Analisis Muslimah Voice)



Ada pembahasan yang masih menarik yaitu politik di tahun politik. 2019 merupakan tahun politik yang tidak hanya orang dewasa saja membahas politik, remaja sampai tua pun membahas politik bahkan emak-emak pun tidak kalah membahas politik pula.

Politik memang senantiasa diperlukan oleh masyarakat manapun dan kapanpun terutama di tahun politik.
Politik merupakan upaya untuk memelihara urusan umat di dalam dan di luar negeri. Kalau kita memandang seseorang dalam sosoknya sebagai manusia (sifat manusiawinya), ataupun sebagai individu yang hidup dalam komunitas tertentu, maka sebenarnya ia bisa disebut sebagai seorang politikus. Di dalam hidupnya manusia tidak pernah berhenti dan mengurusi urusannya sendiri, urusan orang lain yang menjadi tanggung jawabnya, urusan bangsanya, ideologi dan pemikiran-pemikirannya. Oleh karena itu setiap individu, kelompok, organisasi ataupun negara yang memperhatikan urusan umat (dalam lingkup negara dan wilayah-wilayah mereka) bisa disebut sebagai politikus.

Absurd dan munafik, begitulah kira-kira fenomena politik di negara Indonesia yang menganut demokrasi. Absurd adalah koyol dan menggelikan.
Misalnya saja kita ambil contoh dalam hal kenaikan harga BBM. Dahulu, saat Presiden SBY masih menjabat lalu membuat kebijakan menaikkan harga BBM maka ramai-ramai pendukung partai oposisi waktu itu menggeber demo besar-besaran dan membully pemerintah maupun pendukungnya.
Dan juga saat situasi berbalik, dimana sang oposisi menjadi pemegang tampuk pemerintahan, ternyata tidak bisa menghindari untuk membuat kebijakan yang serupa dengan pemerintah yang dulu mereka demo dan bully itu. Bahkan bukan hanya menaikkan harga BBM, melainkan juga menaikkan tarif listrik, dan biaya STNK & BPKB dalam waktu yang nyaris bersamaan.

Maka demikian politik tidak bisa menyembunyikan jati dirinya dari sifat absurd dan penuh kemunafikan.
Tampak jelas pembuktian bahwa "aksi keprihatinan" oposisi yg diekspresikan melalui aksi demo dulu itu sama sekali bukan merupakan wujud EMPATI atas beratnya beban yang diderita rakyat saat ada kebijakan kenaikan harga BBM dan tarif-tarif lainnya, melainkan  itu semua hanya bagian dari skenario MEREBUT KEKUASAAN belaka.

Mungkinkah fenomena ini gejala bahwa  politik kita sudah makin dewasa ? Ataukah partai oposisi berpikir bahwa rakyat sudah makin cerdas sehingga tidak perlu diprovokasi seperti yg dilakukan parpol oposisi di era pemerintahan sebelumnya?

Dalam islam, politik atau siasah merupakan salah satu aspek yang penting dalam Islam. Hal ni karena politik memainkan peranan utama dalam penerapan syariat. Tanpa pengendali kekuasaan ( dalam hal ini adalah negara), politik dalam islam tidak akan terlaksana sebagaimana semestinya. Padahal hukum-hukum islam bisa di terapkan secara sempurna jika di terapkan pula oleh negara.

Dalam islam Nabi Muhammad saw menganjurkan ummat islam paham politik dan jangan di pisahkan agama dengan politik, berpolitik mengikuti tuntunan rasulullah dan berahlaqul karimah. Tidak sembarangan dalam berpolitik. Sudah saatnya belajar islam kaffah, biar mempunyai bekal membina generasi islam terbaik, dari tangan kitalah mereka lahir, tumbuh dan besar, Allah juga memberikn kesempatan besar kepada kita untuk meraih pahala terbaik dalam perjuangan mendidik ummat.
Terutama peran seorang ibu dalam berpolitik. Paham politik tidak harus  terjun menjadi penguasa, paham politik membuat kita bisa membedakan mana yang haq dan mana yang bathil.
Mewujudkan Islam rahmatan lilalamiin. Politik dalam negara islam adalah melaksanakan hukum-hukum islam di dalam negeri. Daulah islam memberlakukan hukum-hukum islam di negeri-negeri yang tunduk pada kekuasaannya.

Sudah jelas, politik dalam negeri daulah islam itu  yang menyatukan juga tidak memberangus keberagaman malah memberikan semua warga negara hak dan kewajiban. Dan non muslim pun merasakan kedamaian. Hanya metode yang islam bawa yang layak di terapkan. Masihkah ada keraguan penerapan politik islam?[]

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم