Retno Kurniawati (Analis Muslimah Voice)
Seorang pengemis di Kediri berhasil mengumpulkan pendapatan bulanan hingga Rp 40 juta, setara dengan tiga kali lipat Upah Minimum Kabupaten (UMK) setempat. Fenomena ini mendorong Pemerintah Kota Kediri untuk mengimbau masyarakat agar lebih bijak dalam memberikan sedekah, guna mencegah praktik mengemis yang terorganisir dan mengeksploitasi kedermawanan warga.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/02/14/151936578/pengemis-hasilkan-rp-40-juta-di-kediri-pemkot-ingatkan-masyarakat-bijak
Fenomena pengemis yang memiliki uang puluhan juta bisa mencerminkan beberapa masalah dalam sistem sosial dan ekonomi suatu negara. Beberapa kemungkinan yang bisa menjelaskan situasi ini: kurangnya pengawasan dan regulasi, ketimpangan ekonomi dan sosial, kurangnya kesadaran masyarakat
Masyarakat yang dermawan memang baik, tetapi jika donasi diberikan tanpa pertimbangan, bisa memunculkan mentalitas ketergantungan dan bahkan "bisnis pengemis." Sebagian pengemis bisa saja menjadikan ini sebagai pekerjaan tetap, Tidak Efektifnya Program Sosial, Potensi Eksploitasi dan Mafia Pengemis
Kasus seperti ini seharusnya menjadi refleksi bagi pemerintah dan masyarakat agar bantuan sosial bisa lebih tepat sasaran, dan orang yang benar-benar membutuhkan mendapatkan pertolongan yang layak.
Sedangkan dalam Islam, Islam memiliki mekanisme unik untuk menjamin pemenuhan kebutuhan pangan, sandang dan tempat tinggal bagi si miskin, tanpa perlu mereka meminta-minta. Mekanisme tersebut adalah kontrol sosial.
Pengemis dalam sistem Khilafah tidak berkeliaran di jalan, di pasar, di lampu merah. Karena Khalifah betul-betul mengurus kebutuhan masyarakat individu per individu, kepala per kepala. Semua dipastikan semua kebutuhan pokoknya terpenuhi.
Selain itu, menyediakan lapangan pekerjaan adalah tugas negara juga. Termasuk memberikan keterampilan bagi laki-laki agar mereka bisa membuka usaha sendiri, juga memastikan untuk pemberian modal bagi yang membutuhkan. Semua akan dikontrol oleh negara dan dipastikan tidak ada lagi pengemis yang terluntang lantung, apalagi sampai menjadi profesi. []