Oleh: Riri
Naiknya sejumlah harga bahan kebutuhan pokok di Indonesia menjadi isu klasik yang terus terjadi, berulang setiap pergantian tahun. Tak terkecuali pada jelang ramadhan dan idul fitri kali ini. Kebutuhan pokok masyarakat naik, dari mulai minyak, beras, telur, daging, bawang dan lainnya. Masyarakat tak mampu berbuat banyak, dalam menyikapi siklus kenaikan bahan pokok tersebut. Kondisi perekonomian yang semakin berat dirasakan oleh banyak pihak.
RUBICNEWS.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan peringatan dini terkait potensi kenaikan harga sejumlah komoditas pangan menjelang bulan Ramadan 2025.
Adapun komoditas pangan yang menjadi perhatian utama adalah telur ayam ras, daging ayam ras, cabai merah, cabai rawit, dan minyak goreng.
Pasalnya, sejumlah pangan tersebut diprediksi akan mengalami lonjakan harga akibat meningkatnya permintaan selama bulan puasa dan menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar juga mengungkapkan kekhawatiran ini dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah di Jakarta, Selasa (4/2/2025).
Ia menyoroti bahwa telur ayam ras dan daging ayam ras sering digunakan dalam pembuatan kue dan hidangan khas Ramadhan, sehingga permintaannya cenderung meningkat.
“Telur ayam ras dan daging ayam ras perlu diwaspadai karena sebentar lagi memasuki bulan Ramadhan. Telur biasanya untuk membuat kue-kue, yang mulai banyak diproduksi saat Ramadan,” katanya.
Amalia menambahkan, pemerintah perlu mewaspadai harga beras, bawang putih, dan bawang merah karena permintaan yang tinggi menjelang puasa dan Lebaran berpotensi mendorong kenaikan harga.
“Kita juga perlu mewaspadai beras, meskipun produksinya akan tinggi, permintaan menjelang puasa dan lebaran tetap bisa mendorong kenaikan harga,” ujar Amalia.
Ia menekankan perlunya pemantauan dan pengendalian harga komoditas-komoditas ini dalam beberapa minggu ke depan, terutama menjelang bulan Ramadan.
Tidak bisa dipungkiri, kenaikan harga kebutuhan pangan akan berdampak pada kehidupan masyarakat, dan rumah tangga adalah pihak yang paling merasakan dampak kenaikan ini, jika harga naik secara otomatis pengeluaran kebutuhan rumah tangga akan bertambah karena kebutuhan pangan merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa dihindari sehingga pengeluaran rumah tangga akan terfokus untuk membeli kebutuhan pangan.
Alih-alih memperbaiki perekonomian, langkah antisipasi dari pemerintah nyatanya belum mampu untuk mengatasi masalah kenaikan harga bahan pokok di pasaran. Di tengah kondisi masyarakat yang berat, hal ini semakin memberi masalah yang berkelanjutan.
Menurut sistem kapitalis kenaikan harga kebutuhan pangan disebabkan kurangnya ketersediaan bahan pangan komoditas tertentu. Kondisi seperti ini dianggap sebagai permasalahan ekonomi karena harga ditentukan berdasarkan supplay (penawaran) dan demand (permintaan) terhadap barang tersebut. Karena itu, jika barang yang ditawarkan jumlahnya melimpah, sedangkan permintaannya sedikit, maka harga akan turun. Jika barang yang ditawarkan jumlahnya sedikit, sedangkan permintaannya besar, maka harga akan naik.
Mengapa Terjadi?
Sistem ekonomi yang diterapkan hari ini yakni ekonomi Kapitalis, berkaitan erat dengan pemilik modal. Harga pasar sangat bergantung kepada kuantitas dan permintaan di pasar.
Jika jumlah ketersediaan barang di lapangan langka, sementara permintaan di pasar tinggi, akan berimbas pada tingginya penetapan harga. Inilah yang menyebabkan harga menjadi naik melambung tinggi, ketika permintaan tidak sesuai dengan stok pasar.
Di sisi lain, terjadi permainan nakal dari para pemilik modal dengan cara menimbun stok pangan yang bertujuan untuk menciptakan kenaikan harga di tengah masyarakat.
Solusi Islam
Dalam sistem Islam, negara bertanggung jawab penuh atas kebutuhan (sandang, pangan, papan) seluruh masyarakat yang hidup di dalamnya. Kebutuhan dasar ini adalah sebuah fitrah yang wajib dipenuhi oleh penguasa kepada umat secara individu per individu dengan adil.
Pemimpin adalah ra’in, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Saw, “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban.” (HR. Bukhari Muslim)
Makna ra‘in (pemimpin) dalam hadits tersebut adalah “penjaga” dan “yang diberi amanah” atas bawahannya. Sudah semestinya seorang pemimpin menjaga amanah dari Allah SWT. dalam mengurus seluruh umat dari segala kesulitan.
Selain itu pemerintah harus mengupayakan kestabilan perekonomian yang merupakan tonggak kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah juga perlu memastikan keamanan transaksi yang dilakukan oleh para pengusaha dan masyarakat sesuai dengan syariat Islam. Jangan sampai negara hanya menjadi regulator atau perpanjangan tangan dari para pemilik modal, demi meraup sebuah keuntungan serta membebaskan pasar dari monopoli segelintir orang. Karena ini membuat posisi negara lemah di bawah kuasa Kapitalis yang menjunjung tinggi materi semata.
Karena masalah kenaikan harga pangan ini bersifat sistemis, maka butuh perubahan yang sistemis pula untuk merombak paradigma Kapitalisme dalam menjalankan pelayanan terhadap rakyat.
Dalam hal ini, Islam adalah satu-satunya solusi alternatif yang paling tepat untuk mengganti Kapitalisme dalam menyelenggarakan pemenuhan kebutuhan rakyat secara hakiki dan menyeluruh.
Mekanisme ini hanya bisa terwujud jika negara menerapkan aturan Islam kaffah dan kesejahteraan mampu diwujudkan.
Wallahu ‘alam bishshawab.[]