Solusi Tuntas Penjajahan Zionis Terhadap Palestina Hanya Jihad Dan Tegaknya Khilafah

 


Oleh D. Leni Ernita


Voaindonesia.com Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan bahwa serangan Israel di wilayah Palestina tersebut telah menewaskan sedikitnya 23 orang pada Minggu (5/1). Militer Israel mengatakan telah menargetkan lebih dari "100 target teror" dalam dua hari terakhir.


Setidaknya 11 tewas dalam serangan udara di sebuah rumah di wilayah Sheikh Radwan, Gaza utara pada Minggu pagi, kata juru bicara pertahanan sipil Mahmud Bassal. Ia menambahkan bahwa korban tewas termasuk perempuan dan anak-anak.


"Tim penyelamat masih mencari lima orang yang terjebak di bawah reruntuhan rumah. Tim ini menggunakan tangan kosong karena kami kekurangan peralatan yang memadai," kata Bassal.


Ia menuduh pasukan Israel "mengarahkan serangan udara ke rumah-rumah tempat orang-orang terlantar berlindung, dengan mengeklaim bahwa mereka menarget pejuang perlawanan".


Dalam serangan terpisah, lima tewas ketika rumah keluarga Abu Jarbou diserang di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah, kata pertahanan sipil. Serangan lain menewaskan empat orang di Kota Jabalia, badan tersebut menambahkan.


Militer Israel, pada hari Minggu, mengatakan bahwa mereka menyerang lebih dari 100 "target teroris" di Jalur Gaza dalam dua hari terakhir. Sebagian serangan menarget lokasi tempat militan Palestina telah menembakkan proyektil ke Israel dalam beberapa hari terakhir, kata militer


Palestina terus mendapat serangan bertubi-tubi dari zionis yshudi laknatullah. Banyak korban berjatuhan mayoritas perempuan dan anak- anak. Namun dunia termasuk negeri-negeri muslim tetap diam dan sibuk dengan dialog Sana sini tanpa ada solusi yang tepat. Upaya mediasi namun tak pernah ada hasil yang berarti.


Penguasa negeri-negeri muslim hanya sekedar pencitraan ketika menyerukan pembelaan terhadap Palestina. Apalagi solusi yang di yang ditawarkan mengikuti usulan barat. Dunia Internasional pun termasuk lembaga dunia hanya sekedar memberi kecaman.


Kita sebagai umat muslim menyaksikan betapa kejamnya yang dilakukan entitas zionis terhadap anak-anak dan  warga muslim di Gaza, sangat diluar batas kemanusiaan. Kejahatan yang dilakukan puluhan tahun dan makin intens dilakukan dua tahun terakhir ini, tentu kita sebagai muslim tidak tidak bisa memaafkan tindakan yang kejam dan  sadis.Mereka telah melakukan genosida di Palestina. Lalu apakah kaum muslimin memilih menyerah dan pasrah dengan kenyataan saat ini anak-anak Gaza dan warga sipil di palestina trus merasakan ancaman kematian dan tidak ada kenyamanan keadilan.


Penderitaan warga sipil dan anak-anak Gaza akan terus menimpa mereka karena tidak ada solusi yang membuat mereka,  merasakan ketentraman, keadilan hidup yang layak sebagaiman anak anak yang pada umumnya. Ancaman rudal dan bom kelaparan, kedinginan hingga kematian menjadi penderitaan yang sangat berkepanjangan.


Sikap penguasa negeri- negeri muslim hari ini terhadap umat Islam yang tertindas di Palestina tidak jauh berbeda dengan bagaimana mereka memperlakukan rakyatnya.Mereka telah mengkhianati rakyatnya, mengkhianati umat Islam, dan mengkhianati rakyat Palestina khususnya.


Sejak Khilafah Islam yang beribu kotakan di Turki Utsmani runtuh tahun 1924, pemimpin negeri-negeri muslim yang telah terpecah belah merupakan antek Barat. Mereka tidak terpilih kecuali atas izin negara adidaya (negara berideologi kapitalisme), Inggris maupun Amerika Serikat (AS) hari ini. Oleh karena itu, mereka akan selamanya menjadi pelayan tuannya (Amerika Serikat). Sedangkan AS telah mengakui negara Yahudi pada tahun 1948, mendukung pendudukan negara Yahudi di atas tanah Al-Quds, dan mensupport dalam bentuk dana maupun persenjataan.


Fakta ini bukan tidak dipahami oleh pemimpin negeri-negeri muslim. Keengganan mereka untuk menggerakkan pasukan mereka untuk memerangi Yahudi sekaligus demi mengembalikan bagian dari Palestina menunjukkan keloyalan pemimpin negeri-negeri muslim terhadap tuannya Amerika Serikat, sekaligus menunjukkan pengkhianatan hakiki terhadap umat Islam.


Di samping itu, pemimpin hari ini adalah pemimpin yang lahir dari kepemimpinan sekuler yang memisahkan peran agama dari kehidupan. Dalam sistem ini, penguasa terpilih atas dukungan modal dan pemilik modal. Sehingga, saat berkuasa mereka tidak peduli dengan kondisi rakyatnya, bahkan cenderung antipati dengan penderitaan rakyatnya. Jika rakyatnya saja  yang notabenenya adalah tanggung jawabnya, dan rakyat memilihnya secara formal, bagaimana dengan yang bukan rakyatnya sebagaimana warga Palestina? Tentu mereka lebih tidak peduli lagi. Sungguh penguasa yang lahir dari rahim demokrasi sarat dengan sikap zalim, berkhianat, antipati terhadap rakyat, bahkan tidak manusiawi. Apalagi mereka diberi wewenang membuat aturan, di sinilah celah munculnya kebijakan sewenang-wenang dan jauh dari syariat Allah Subhanahu wa Taala.


Hal ini diperparah dengan sekat nasionalisme yang terbentuk setelah Khilafah Islam runtuh. Sekat-sekat imajiner negara buatan penjajah ini telah menjadikan umat ini lemah dan tercerai-berai. Alhasil, pemimpin negeri-negeri muslim tidak menganggap persoalan Palestina sebagai persoalan mereka, tetapi menganggapnya sebagai persoalan bangsa lain. Kalaupun ada bantuan yang diberikan, hanya bersifat kemanusiaan tanpa peduli apakah bantuan itu akan menyolusi persoalan palestina dengan tuntas atau tidak. Mereka malah menyuarakan solusi dua negara yang ditawarkan PBB dan negara-negara Barat, solusi yang tidak adil bagi rakyat Palestina. Sebab PBB dan negara-negara Barat tidak lain adalah pembuat masalah _(trouble maker)_ di Palestina.


Pemimpin-pemimpin negeri-negeri muslim tidak bisa diharap sama sekali dalam menyelesaikan masalah Palestina, maka saatnya umat Islam memilih agenda sendiri yang dituntun oleh syariat Islam, yakni solusi jihad fii sabilillah. Hanya saja jihad membutuhkan komando dari seorang khalifah. Sehingga kehadiran Khilafah di tengah-tengah umat sangat urgen. Khilafahlah yang akan mempersatukan kaum muslim dan menerapkan syariat Islam secara kaffah. Khilafah bertanggung jawab terhadap setiap nyawa kaum muslim, sehingga khalifah akan melindunginya dari segala hal yang mengancam jiwa dan penghidupan mereka.


Saat ini, anak-anak Palestina adalah yang paling merasakan dampak terburuk akibat genosida entitas zionis. Mereka dalam ancaman kelaparan, kedinginan, hingga pembunuhan. Setiap hari mereka ketakutan.Tidak sedikit yang telah kehilangan ayah/ibu atau mungkin sudah menjadi yatim piatu. Hati siapa yang tidak iba melihat anak yang seharusnya mendapatkan hak berpendidikan, hak mendapatkan gizi yang baik, hak mendapatkan kesehatan, hak bermain, hingga hak untuk hidup, malah harus merasakan kebiadaban zionis laknatullah? Mereka tak punya dosa, lalu mengapa mereka harus jadi korban? Inilah yang mungkin terbersit dalam pikiran para ibu yang berniat mengadopsi anak-anak Palestina untuk ‘setidaknya’ meringankan penderitaannya dan mendapatkan suaka di negara pengadopsi.


Jalur Gaza adalah wilayah yang terisolasi akibat blokade entitas zionis dengan alasan keamanan. Hanya ada satu jalur yang memungkinkan mereka keluar masuk Gaza selama ini, yakni pintu Rafah. Namun, pasca mencetusnya perang di Palestina pada 7 Oktober 2023, Mesir telah menutup pintu Rafah. Hal ini dikarenakan Mesir tidak bersedia untuk menerima para pengungsi Palestina untuk berlindung di Mesir. Padahal Rafah adalah satu-satunya pintu masuk pengiriman bantuan internasional bagi pengungsi Palestina di wilayah itu.


Fakta kezaliman yang ada di mana-mana, termasuk kezaliman yang menimpa anak-anak Gaza yang membuat hati tak kuasa menyaksikan, walau hanya melalui sosial media. Sebagai seorang muslim tentu kita diwajibkan menyikapi segala fakta yang ada di sekitar kita sesuai dengan hukum syariat. Salah satu kaidah syara' menyatakan bahwa, “Hukum asal perbuatan adalah terikat dengan hukum syariat.” Oleh karena itu menyikapi pembantaian anak-anak Gaza dan warga sipil hari ini juga harus kita sikapi sesuai syariat Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.


Tidak cukup hanya berdoa saja. Meski doa adalah salah  satu hal yang harus dilakukan sebagai seorang mukmin yang yakin bahwa segala yang terjadi di dunia ini adalah atas izin Allah Subhanahu wa Taala. Doa khusus untuk saudara-saudara kita di Palestina agar dibebaskan dari genosida dan agar bumi Syam kembali ke pangkuan kaum muslim tentu saja harus kita panjatkan setiap hari.


Hanya saja perlu dipahami bahwa doa adalah amalan yang bersifat fikrah, sedangkan untuk menghancurkan entitas zionis dan mengusirnya dari bumi Syam yang merupakan tanah _kharajiyyah_ wajib menggunakan metode (thariqah) yang sudah ditetapkan syariat, yakni jihad fii sabilillah dan Khilafah. Oleh karena itu, di sinilah peran utama kita sebagai umat Islam, yakni terus menyuarakan solusi sahih atas persoalan Palestina melalui aktivitas dakwah. Sudah terlalu banyak energi umat yang terbuang untuk mengamalkan solusi lain yang tidak bersumber dari syariat Islam. Atau bahkan memilih diam pasrah dengan keadaan. Padahal, diamnya kita akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah di hari akhirat.


Penjajahan fisik yang menimpa saudara-saudara kita di Palestina merupakan persoalan cabang dari persoalan utama umat. Persoalan utama umat hari ini adalah adalah belum terwujudnya Islam dalam kehidupan bernegara, yang kelak akan menyebarluaskan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia. Jika kita fokus pada persoalan utama, seluruh persoalan cabang akan terselesaikan. Sedangkan jika kita fokus pada persoalan cabang, maka persoalan akan terus bermunculan, sebab persoalan utamanya tidak diselesaikan.


Jihad dan tegaknya khilafah merupakan satu-satunya solusi yang harus ditempuh kaum muslim menghadapi kaum kafir yang secara jelas memerangi umat Islam. Allah Subhanahu wa Taala berfirman,


“Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian."_(QS Al Baqarah: 191).


Hal ini pula yang telah dilakukan oleh Rasulullah sebagai pemimpin umat Islam saat menghadapi kaum kafir yang menganiaya, melukai, atau bahkan membunuh umat Islam. Beliau mengeluarkan pasukan untuk memerangi mereka. Sebab satu nyawa umat Islam lebih berharga dari dunia dan seisinya dalam kacamata syara'. Aktivitas jihad ini dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin, dan khalifah-khalifah setelahnya. Hingga menjelang runtuhnya Khilafah, aktivitas jihad masih dijadikan metode untuk mengemban Islam ke seluruh penjuru dunia dan melindungi jiwa dan kehormatan kaum muslim.


Semangat jihad yang didorong atas keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya masih terpaut dalam jiwa sebagian kaum muslim hari ini. Tak sedikit umat Islam yang ingin berangkat jihad ke Palestina untuk menghilangkan penderitaan kaum muslim Palestina.


Aktivitas jihad dan hukum-hukum syariat lainnya telah ditetapkan ketentuannya masing-masing oleh syara'. Dalam aktivitas jihad, Allah Subhanahu wa Taala tidak hanya memerintahkan kaum muslim berangkat jihad, akan tetapi ada kewajiban menyiapkan kekuatan sepadan untuk mengalahkan musuh-musuh Allah. Saat ini, yang bisa melakukannya hanyalah pemimpin negeri-negeri muslim dengan kekuatan tentara dan militernya. Akan tetapi, tentu kita sudah tidak bisa berharap lagi dengan mereka yang merupakan antek Amerika Serikat (penjajah).


Di sinilah pentingnya kehadiran negara Khilafah yang akan mempersenjatai kaum muslim dalam melancarkan jihad. Jihad dan Khilafah memang dua kata yang dibutuhkan saudara-saudara kita di Palestina hari ini. Jihad artinya perang di jalan Allah untuk melawan orang kafir. Perang inilah yang sekarang dibutuhkan yang menjadi solusi untuk melawan entitas zionis yang menyerang negeri kaum muslim.

.

Solusi tuntas harus Khilafah. Khilafah adalah sistem pemerintahan Islam, yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ, yang dilanjutkan oleh para khalifahnya. Ketika Khilafah tegak, maka Khilafah akan menjadi kekuatan yang seimbang untuk menghancurkan entitas zionis.


Khilafah adalah negara yang akan menyatukan seluruh negeri-negeri muslim dalam satu kepemimpinan. Ketika Khilafah tegak maka tentara-tentara muslim yang berasal dari lebih dari 50 negara akan bersatu. Di sinilah pentingnya aktivitas dakwah menyadarkan umat akan pentingnya jihad dan Khilafah sebagai solusi menyelesaikan persoalan Palestina. Tidak peduli berapa lama waktu yang harus dilalui untuk dakwah mengembalikan kembali kehidupan Islam, tetapi energi umat harus diarahkan pada solusi ini. 


Selain itu kehadiran kelompok Islam ideologis yang akan menuntun umat mewujudkan solusi ini. Insya Allah, jika kita percaya dan yakin akan janji Allah akan kemenangan kaum muslim, kita tidak membiarkan waktu kita berlalu begitu saja tanpa aktivitas dakwah mengembalikan kehidupan Islam.


Wallahu'alam Bishshawwab.[]

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama