Oleh: Septa Yunis (Analis Muslimah Voice)
Surabaya, sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Sebagai pusat perdagangan, pendidikan, dan industri, Surabaya menarik banyak penduduk dan pendatang. Namun, di balik pesatnya perkembangan kota ini, transportasi umum di Surabaya masih menghadapi berbagai masalah yang mengganggu kenyamanan dan efisiensi perjalanan masyarakat. Meskipun telah ada beberapa langkah untuk memperbaiki sistem transportasi umum, banyak kendala yang masih belum teratasi.
Salah satu masalah utama yang dihadapi Surabaya adalah keterbatasan armada dan tidak merata. Pilihan moda transportasi umum yang tersedia di Surabaya, angkutan umum yang paling umum Suroboyo Bus, Trans Semanggi Suroboyo, feeder Wirawiri Suroboyo dan Bus trans. Bus kota sering kali terlihat penuh sesak, terutama pada jam sibuk, dan tidak jarang penumpang harus menunggu lama untuk mendapatkan kendaraan yang tersedia. Jadwal operasional yang tidak selalu teratur pun tak jarang membuat masyarakat kesulitan dalam merencanakan perjalanan mereka.
Selain itu, transportasi berbasis online seperti ojek online dan taksi juga menjadi pilihan utama, namun keberadaannya belum sepenuhnya terintegrasi dengan sistem transportasi umum yang ada, menyebabkan ketidakteraturan dalam perjalanan.
Kendaraan umum yang ada di Surabaya sering kali memiliki kualitas yang kurang memadai. Banyak angkutan umum yang sudah tua dan kondisinya tidak terawat dengan baik.
Di samping itu, Pemkot Surabaya telah menyiapkan armada baru, seperti Suroboyo Bus, Trans Semanggi, dan Feeder Wirawiri, namun bukan tanpa masalah. Pada alat transportasi umum yang disediakan Pemkot Surabaya mengharuskan pembayaran melalui Qris atau scan barcode, disini timbul permasalahan baru, bahwa tidak semua warga Surabaya mampu menggunakan metode tersebut. Alhasil banyak warga yang tidak dapat menikmati transportasi umum tersebut. Kondisi seperti ini menurunkan minat masyarakat untuk menggunakan transportasi umum, lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi yang dianggap lebih nyaman, meskipun lebih mahal.
Kemacetan lalu lintas menjadi salah satu masalah terbesar di Surabaya, yang juga berdampak langsung pada kualitas transportasi umum. Banyak ruas jalan yang sempit dan tidak ada jalur khusus untuk kendaraan umum, menyebabkan bus atau angkutan umum lainnya terjebak dalam kemacetan yang parah. Ini mengakibatkan penundaan jadwal dan waktu tempuh yang lebih lama, sehingga membuat transportasi umum menjadi pilihan yang kurang efisien bagi warga Surabaya. Ketidakteraturan lalu lintas ini juga diperburuk oleh kurangnya sistem manajemen lalu lintas yang terintegrasi dengan baik, baik untuk kendaraan pribadi maupun angkutan umum.
Infrastruktur pendukung transportasi umum di Surabaya juga masih sangat terbatas. Terutama fasilitas pemberhentian bus (bus stop) yang kurang layak dan tak memadai. Baik untuk penumpang Suroboyo Bus, Trans Semanggi Suroboyo, maupn feeder Wirawiri Suroboyo. Tidak ada kursi dan atap untuk berteduh. Hanya ada penanda bus stop berwarna biru putih yang ditancapkan di pinggir jalan. Peletakannya pun terkesan asal-asalan. Dalam akun Instagram resmi @dishubsurabaya banyak warga mengeluhkan halte yang tidak layak, apalagi saat musim hujan seperti saat ini membuat warga tidak nyaman saat menunggu kedatangan bus.
Bukan hanya itu, berdasarkan pantauan detikJatim, ada sejumlah halte lain yang kondisinya juga berada di tepi jalan besar dan tidak memiliki bangunan yang cukup layak. Salah satunya di RS Haji, kemudian di kawasan Manyar, lalu halte di Unair Kampus B, halte di Jalan Profesor dr Moestopo, hingga halte yang berada di dekat Pakuwon Mall.
Masalah utama dalam pertransportasian di Indonesia khususnya Surabaya adalah kegagalan pemerintah dalam tanggung jawab terhadap rakyat, termasuk pemerintah kota. Sistem saat ini yang mengakibatkan rusaknya tatanan negara. Pengurusan terhadap rakyat dijadikan bisnis yang menggiurkan. Akibatnya rakyat celaka, namun pemerintah tidak ada tindakan apa-apa. Kapitalisme telah merenggut rasa empati para pemimpin negeri ini. Mereka semua gila akan harta, tanpa memikirkan sedikitpun nasib rakyatnya.
Negara seharusnya mengelola dengan baik, sehingga memberikan keamanan, kenyaman dan berkualitas bagi pengguna tidak berdasar pada keuntungan atau materi semata. Negara memiliki kewajiban untuk mengatur system transportasi baik dari infrastruktur maupun dari kondisi kendaraan yang tersedia bukan hanya mengeluarkan kebijakan ketika ada permasalahan ditengah-tengah masyarakat.
Keadaan ini jauh berbeda ketika diterapkannya aturan Islam dalam semua aspek kehidupan, termasuk didalamnya masalah transportasi. Kebutuhan warga negara akan terjamin dengan transportasi yang nyaman, murah, aman dan berkualitas tidak berlandaskan pada materi/keuntungan semata. Karena permasalahan transportasi adalah kewajiban yang harus disediakan oleh Negara kepada warganya sebagai bentuk pengurusan terhadap rakyatnya yang akan membawa pada terwujudnya kesejahteraan bagi seluruh rakyat.
Dengan demikian, sudah saatnya bagi kita untuk memperjuangkan kembali tegaknya sebuah negara yang mampu membawa kebaikan bagi rakyatnya yaitu dengan penerapan Islam dalam naungan negara yang disebut Khilafah yang bersumber pada aturan yang ditetapkan Allah swt.