Maraknya Bencana, Akibat Mitigasi Bencana yang Kurang Terencana?




Oleh: Endang Setyowati


Musim penghujan telah tiba, para petani akhirnya bisa mengairi sawah-sawah mereka yang mengalami kekeringan dikala musim kemarau kemarin. Namun disatu sisi, hujan yang terus menguyur mengakibatkan beberapa daerah terkena banjir.

Salah satunya terjadi di Jombang, seperti dikutip dari detikjatim,10/12/2024, Curah hujan yang tinggi menyebabkan sejumlah sungai meluap sehingga membanjiri 8 desa di 5 kecamatan di Jombang. Ketinggian banjir yang mencapai 150 cm memaksa sebagian besar warga mengungsi.
Banjir salah satunya masih melanda Dusun Beluk, Desa Jombok, Kesamben, Jombang. 

Kepala Dusun Beluk, Sustiyo Budianto mengatakan bukannya surut, tinggi banjir yang terjadi sejak Jumat (6/12) ini justru cenderung naik. Menurut Sustiyo, ketinggian banjir di Dusun Beluk saat ini mulai dari sebetis orang dewasa sampai 150 cm.
"Paling tinggi sekitar 150 cm di RT 3 RW 1 Dusun Beluk. Ada warga yang bertahan naik di lemari, di meja untuk menjaga rumah," terangnya kepada wartawan di lokasi, Selasa (10/12/2024).

Penanggungjawab Posko Dusun Beluk, Desa Jombok M Zainudin menuturkan, jumlah warga terdampak banjir di wilayahnya mencapai 1.200 jiwa. Tren banjir menunjukkan kenaikan. Paling tinggi mencapai 150 cm.
Beberapa penyebab dari banjir tersebut adanya pendangkalan, aliran sungai yang terhambat tumpukan eceng gondok dan kangkung. 

Hal biasa terjadi di negeri ini, tatkala dimusim kemarau kekeringan melanda, sampai terjadi karhutla sedangkan pada musim penghujan banjir di mana-mana, belum lagi tanah longsor yang mengakibatkan kerugian materi maupun non materi. Tidak dipungkiri bahwasanya negeri kita ini terletak pada daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. 

Sebenarnya banyak faktor yang mengakibatkan hal itu terjadi.
Sehingga potensi bencana di negeri ini sangat besar, mulai dari kekeringan, kebakaran hutan, banjir, longsor gunung meletus dan sebagainya. Negeri kita ini tercatat memiliki 269 sesar aktif dan 127 gunung api aktif, dimana yang 69 diantaranya dalam pengawasan.

Maka tidak heran ketika setiap tahunnya BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) melaporkan ada banyak bencana yang terjadi. Sepanjang 1 Januari hingga 10 Desember 2024 saja, Geoportal Data Bencana Indonesia menyebutkan telah terjadi 1.904 peristiwa bencana. 957 kejadian diantaranya berupa bencana banjir, 405 cuaca ekstrem, 118 tanah longsor, 336 kasus karhutla, 54 kekeringan, 17 gempa bumi, 12 gelombang pasang dan abrasi, dan 5 kasus berupa erupsi gunung berapi.

Fenomena banjir, sebenarnya bukan hal baru, bahkan di beberapa daerah mendapat predikat "langganan banjir".
Sebenarnya banjir ini bisa diprediksi, yaitu ada banjir ketika curah hujan yang tinggi, dan pastinya di musim hujan.
Bahkan teknologi saat ini sudah bisa memperkirakan waktu terjadinya hujan dengan curah yang tinggi sehingga masyarakat dan pemerintah bisa berjaga-jaga.

Penting adanya mitigasi banjir ini. Mitigasi banjir merupakan upaya untuk mengurangi resiko yang akan timbul akibat bencana banjir. Mitigasi bencana banjir dilakukan sebelum, saat kejadian dan sesudah terjadinya banjir. 
Mitigasi banjir ini meliputi aspek pembangunan fisik dan bagaimana masyarakat itu mampu untuk menghadapi bencana tersebut. 

Salah satu mitigasi sebelum adanya banjir yaitu adanya pengaturan untuk pembangunan pemukiman maupun untuk kantor. Juga adanya revitalisasi sungai dengan mengeruk sedimen sehingga daya tampung sungai bisa optimal, membersihkan eceng gondok maupun kangkung yang tumbuh subur di Dam. 

Selain itu, harusnya masyarakat mendapatkan informasi yang cukup ketika nanti datang bencana banjir, dimana mereka harus di evakuasi, menyimpan barang-barang yang penting, dan sebagainya, sehingga masyarakat tidak bingung ketika banjir melanda harus melakukan apa. Begitu juga ketika banjir melanda, masyarakat juga harus tahu di mana tempat mengungsi, kapan mereka harus mengungsi, bagaimana cara mereka menuju tempat mengungsi, serta apa saja yang harus mereka bawa. 

Kemudian setelah banjir berlalu, seharusnya juga membantu masyarakat kembali ke rumah mereka, membantu membersihkan, membantu memperbaiki ketika ada yang rusak dan tidak kalah pentingnya membersamai mereka dengan menguatkan iman para korban bahwasanya semua datang dari Allah agar mereka bisa ikhlas dan bisa bangkit lagi untuk melanjutkan hidup dan tidak hanya menangisi nasib yang menimpa mereka. 

Inilah pentingnya mitigasi ini, ketika dikerjakan dengan profesional dan bersungguh-sungguh maka bisa meminimalkan resiko yang terkait dengan bencana. Masyarakat bisa segera melakukan aktivitas seperti sediakala, dan perekonomian bisa segera pulih.

Adanya bencana banjir yang terulang, harusnya membuat kita muhasabah dan menegaskan pemimpin yang lalai dan abai tatkala mengurus rakyatnya.
Seharusnya pemimpin sigap menyiapkan apa-apa yang diperlukan tatkala musim hujan datang, sehingga tidak sampai terjadi banjir.

Di dalam sistem Islam, pemimpin itu adalah raa'in yaitu mengurusi urusan umat dan menjaganya (junnah). Sehingga penguasa wajib untuk mengerahkan segala upaya untuk menyejahterakan masyarakatnya dan menjauhkan dari hal-hal yang membahayakan.

Sehingga para pemimpin akan membuat kebijakan khusus mulai dari penataan lingkungan yang dikaitkan dengan strategi politik ekonomi Islam yang menjamin kesejahteraan per kepala. Juga sistem keuangan, pertanahan, hingga sanksi untuk mencegah pelanggaran.

Adapun tempat-tempat yang rawan bencana, diberikan kebijakan yang khusus. Tidak hanya mitigasi bencana saja, tetapi juga manajemen bencana(disaster management). Mulai dari pendidikan soal kebencanaan, sistem peringatan dini, infrastruktur dan penanganan bencana yang sistemik dan terpadu. Serta akan memperhatikan penyaluran logistik dan menyiapkan pos kesehatan yang merupakan bagian integral dari sistem penanganan bencana. Beginilah tatkala kita memakai sistem Islam, pemimpin akan berupaya semaksimal mungkin untuk meriayah rakyatnya tanpa harus merusak lingkungan. 

Bukankah Allah telah berfirman:
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."

Allahu a'lam bi shawab

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama