Bencana Dimana-mana, Saatnya Muhasabah Bersama



Oleh Irma Heryani S.T
Muslimah Pemerhati Umat


Indonesia kembali dilanda musibah. Banjir bandang, tanah longsor, dan bencana alam lainnya silih berganti melanda berbagai daerah. Sukabumi, salah satu wilayah yang paling parah terdampak, menjadi potret nyata dari krisis ekologis yang kita hadapi.

Pada tanggal 2 Desember 2024, bencana banjir bandang melanda Desa Datarnangka, Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Peristiwa ini mengakibatkan tiga orang meninggal dunia dan empat orang lainnya dinyatakan hilang. Selain itu, banjir juga merusak sejumlah rumah penduduk (kumparan.com, 5/12/2024).

Bencana tidak hanya terpusat di Desa Datarnangka, melainkan meluas ke berbagai wilayah di Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan data terkini dari detikJabar (8/12/2024), jumlah korban jiwa akibat bencana alam di wilayah tersebut telah mencapai 10 orang, dengan dua orang masih dalam pencarian.

Berbagai jenis bencana melanda Sukabumi, termasuk tanah longsor, banjir, angin kencang, dan pergerakan tanah. Mengapa Bencana Terus Terjadi? Ada yang menyebut Indonesia terletak di kawasan yang disebut 'Cincin Api'. Daerah ini terkenal sangat aktif secara geologis, artinya sering terjadi gempa bumi, gunung meletus, dan tsunami. Posisi Indonesia Sendiri yang terletak di tengah-tengah cekungan Pasifik yang berbentuk tapal kuda oleh Karena itu, wajar jika di Indonesia sering terjadi Gempa Bumi, Letusan Gunung, bahkan Tsunami.

Selama ini, kita sering menyalahkan faktor alam sebagai penyebab utama bencana. Namun, jika kita cermati lebih dalam, banyak Bencana alam yang semakin sering terjadi bukanlah semata-mata faktor alam atau sekedar takdir, melainkan dampak dari kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh ulah tangan manusia, yaitu banyaknya pelanggaran syariat karena kehidupan tidak diatur dengan syariat Islam secara kaffah.  Termasuk Eksploitasi sumber daya alam tanpa batas yang dilakukan pemerintah saat ini, atas nama Pembangunan.

Eksploitasi sumber daya alam di Indonesia seringkali dilakukan secara berlebihan atas nama pembangunan ekonomi. Salah satu contoh nyata adalah perizinan yang begitu mudah diberikan kepada perusahaan tambang dan perkebunan besar. Akibatnya, hutan-hutan tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati ditebang habis untuk dijadikan lahan pertambangan atau perkerbunan. Selain itu, pembangunan infrastruktur yang tidak terkendali, seperti pembangunan jalan tol dan bendungan, seringkali mengabaikan aspek lingkungan dan sosial. 

Untuk mengatasi masalah bencana, dibutuhkan solusi yang menyeluruh. Selain upaya mitigasi bencana seperti pembangunan infrastruktur yang tahan bencana dan sistem peringatan dini, kita juga perlu mengubah pola pikir dan perilaku kita. Saatnya muhasabah dan bertobat dengan berupaya agar syariat segera tegak di bawah kepemimpinan Islam.

Sudah semestinya penguasa kembali pada hakikat kekuasaan yang dimilikinya, yaitu Semata-mata demi menegakkan aturan Allah Taala dan meneladan Rasulullah SAW dalam rangka mengurus urusan umat.
Rasulullah SAW bersabda, “Imam/khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat diurusnya.” (HR Muslim dan Ahmad).

Islam tidak antipembangunan. Banyaknya pembangunan di dalam sejarah peradaban Islam justru telah terbukti secara nyata untuk urusan umat. Tidak hanya itu, pembangunan dalam Islam juga mengandung tujuan untuk ibadah, bahwa pembangunan harus bisa menunjang tujuan diciptakannya manusia yaitu untuk Beribadah kepada Allah Ta’ala. Untuk itu, jika suatu proyek pembangunan bertentangan dengan aturan Allah ataupun berdampak pada terzaliminya hamba Allah,  Maka pembangunan itu tidak boleh dilanjutkan.

Begitu pula perihal tata guna lahan. Penguasa sudah semestinya memiliki catatan akan fungsi dari masing-masing jenis lahan. Lahan yang subur dan efektif untuk pertanian, sebaiknya jangan dipaksa untuk dialihfungsikan menjadi permukiman maupun kawasan industri. Begitu juga dengan lahan pesisir, yang semestinya difungsikan sesuai dengan potensi ekologisnya, yaitu untuk mencegah abrasi air laut terhadap daratan. Sedangkan kawasan hutan seharusnya dilestarikan sebagai area konservasi agar dapat menahan/mengikat air hujan sehingga tidak mudah menimbulkan tanah longsor, sekaligus menjaga siklus air.

Kepemimpinan Islam akan melakukan pembangunan tanpa merusak sehingga bencana bisa diminimalisir. Negara berperan sebagai raa'in dan junnah sehingga rakyat hidup sejahtera penuh berkah. Allah Taala berfirman, 

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al-A’raf [7]: 96).

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama