Oleh: Dhevi Firdausi, ST.
Tahukah kita bahwa tanggal 17 Oktober kemarin diperingati Hari Pengentasan Kemiskinan Internasional? Hal ini seperti dikutip dari laman muhammadiyah.or.id bahwa peringatan tersebut dilakukan untuk menghormati para korban kemiskinan ekstrem, kekerasan, dan kelaparan. Mereka menyatakan bahwa kemiskinan adalah pelanggaran hak asasi manusia dan menegaskan perlunya bersatu untuk memastikan bahwa hak-hak ini dihormati. Orang-orang dari semua latar belakang, kepercayaan, dan asal-usul sosial berkumpul setiap tahun pada 17 Oktober untuk memperbarui komitmen mereka dan menunjukkan solidaritas dengan orang miskin.
Terlebih pada 1992, melalui resolusi nomor 47/196, Majelis Umum PBB secara resmi menetapkan tanggal 17 Oktober sebagai Hari Pengentasan Kemiskinan Sedunia. Tapi, apakah benar bahwa kemiskinan sudah berhasil dientaskan?
Hari ini, kemiskinan masih terjadi dimana-mana. Kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin semakin lebar. Namun, dunia tidak mampu memberikan solusi nyata. Bahkan, meskipun sudah ada Hari Pengentasan Kemiskinan Internasional, tanggal 17 Oktober, yang selalu diperingati sejak tahun 1992. Kalau kita amati, ada upaya yang dilakukan dunia melalui organisasi internasional. Namun, upaya tersebut telah gagal mewujudkan kesejahteraan. Penyebabnya, karena solusi yang diambil selalu berasal dari sistem kapitalisme.
Kapitalisme merupakan sistem yang hanya menguntungkan para kapital dan mengabaikan kesejahteraan rakyat. Rakyat harus berjuang sendiri untuk mencukupi kebutuhan pokoknya. Sistem kapitalisme merupakan sistem kehidupan yang rusak, sangat mustahil bisa mewujudkan kesejahteraan rakyat secara merata. Kapitalisme, merupakan penyebab negara tidak pernah bisa hadir untuk menyelesaikan permasalahan rakyat. Dalam sistem kapitalisme, ukuran kesejahteraan ditetapkan secara kolektif dengan pendapatan perkapita, ini merupakan ukuran semu. Tidak mungkin menggambarkan kesejahteraan yang nyata.
Selain itu, masih ada anggapan yang salah tentang solusi masalah kemiskinan, mulai dari ganti pemimpin, pemberdayaan perempuan, hingga pemimpin perempuan sebagai kepala negara, kepala daerah, dan menteri. Kita sudah beberapa kali ganti pemimpin negara, tapi kesejahteraan rakyat masih belum terwujud juga. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa tidak cukup hanya ganti pemimpin tp kita butuh yang lebih dari itu, yaitu ganti sistem kehidupan bermasyarakat.
Ada juga anggapan, jika belajar di luar negeri adalah salah satu cara untuk mengentaskan kemiskinan. Sebuah studi yang terbit di international journal of educational research volume 128, 2024 menemukan bahwa lulusan yang kembali ke negaranya setelah belajar di luar negeri, berdampak terhadap pengurangan kemiskinan. Dampak ini terutama dirasakan di negara-negara dengan penghasilan rendah dan menengah. Kalau kita amati, pendidikan di luar negeri membutuhkan biaya tinggi. Pendidikan tersebut hanya bisa dicapai oleh segelintir orang saja. Solusi ini tidak cukup untuk mengentaskan kemiskinan secara merata.
Sejatinya, penyebab mendasar adalah diterapkannya sistem kapitalisme, yang membuat oligarki makin kaya, namun rakyat makin menderita. Sistem yang fasad ini berasal dari negara barat, seperti Amerika, Inggris, Prancis. Negara berkembang seperti Indonesia, juga ikut menerapkan sistem kehidupan buatan manusia ini. Akibatnya, dapat kita lihat di sekitar kita, daya beli masyarakat turun seiring dengan maraknya PHK sementara oligarki terus mengeruk kekayaan alam negeri.
Islam, sebagai agama yang sempurna, pedoman hidup umat manusia, sudah memberikan jawaban yang solutif atas persoalan ini. Penerapan Islam secara sempurna akan mampu mengentaskan kemiskinan. Islam adalah sistem kehidupan dari Allah SWT yang memberi solusi atas seluruh persoalan masyarakat, termasuk masalah kemiskinan. Jika diterapkan secara menyeluruh, Islam akan mampu menjamin kesejahteraan rakyat secara individu per individu. Ukuran ini lebih riil. Melalui berbagai konsep dalam sistem ekonomi Islam, negara akan mampu mewujudkan kesejahteraan rakyatnya, karena Islam menetapkan bahwa negara harus menjadi raa'in dan junnah bagi rakyatnya.