Oleh : Asma Dzatin Nithaqoin
Pembunuhan, pembantaian dan genosida itulah istilah-istilah yang tepat untuk disematkan kepada nasib Palestina saat ini. Dilansir dari detik.com, 01/10/2024 Serangan brutal Israel di Palestina sejak 7 Oktober 2023 mengakibatkan lebih dari 11.825 pelajar tewas. Kementerian Pendidikan Palestina mengungkapkan bahwa di Gaza, pembunuhan terhadap anak usia sekolah mencapai 11.057 jiwa dan lebih dari 16.897 lainnya terluka. Dari kalangan mahasiswa terdapat 1.468 orang luka-luka dan 681 orang terbunuh, sebagaimana dilansir Anadolu Ajansı, Jumat (01/11/2024). Sementara itu di Tepi Barat, terdapat 79 siswa dan 35 mahasiswa tewas, sementara ratusan orang lainnya terluka serta ditahan.
Dalam laporan terbaru dari The National Interest, membahas tentang miliaran dolar pajak AS yang dikirim ke Israel untuk mendanai perang yang sedang berlangsung (tempo.co, 03/11/2024)
Para pejabat Palestina mengatakan serangan pesawat tanpa awak Israel terhadap sebuah klinik di Gaza utara tempat anak-anak menerima vaksinasi polio melukai enam orang, termasuk empat anak-anak. Namun, militer Israel membantah bertanggung jawab. (tempo.com, p3/11/2024).
Genosida yang dilakukan oleh Zionis Israel terhadap Palestina tidak kunjung usai. Banyak warga sipil dan anak-anak yang menjadi korban. Anak-anak sekolah tak berdosa pun menjadi target serangan. Rusaknya sekolah-sekolah, banyaknya guru yang syahid membuat anak-anak Palestina tidak lagi mendapatkan pendidikan yang layak seperti sarana prasarana layak dan kurikulum yang layak. Sungguh bentuk kekejian yang nyata.
Dunia tetap tidak memberikan bantuan nyata. Mereka hanya mengecam yang ini nyata-nyata tak mampu menghilangkan penjajahan itu. Sementara AS (Amerika Serikat) terus memberikan dukungan kepada Zionis, demi mengalahkan Palestina. Bahkan AS dan zionis Israel rela menggelontorkan miliaran dollarnya demi memenuhi nafsu bejatnya untuk menguasai wilayah Palestina.
Dengan melihat kekejian ini, lalu bagaimana sikap para penguasa negeri-negeri muslim? Mereka hanya bisa memberikan kecaman yang tidak berarti dan juga sedikit bantuan makanan sebagai bentuk empati terhadap sesama manusia. Setelah itu mereka berlepas tangan dan menutup mata akan kekejian yang dirasakan oleh rakyat Palestina.
Para penguasa negeri muslim juga masih tetap mati rasa. Tak tergerak hatinya untuk memobilisasi pasukan militernya untuk berjihad membebaskan Palestina. Makin nyata pengkhianatan mereka terhadap muslim Palestina. Padahal umat Islam ibarat satu tubuh. Rasulullah Saw. bersabda:
"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)".
(HR. Bukhari dan Muslim).
Rakyat Palestina sesungguhnya membutuh perisai yang dapat memberikan keamanan yang berarti bagi mereka. Namun, sangat miris sekali, kaum Muslim saat ini hanya mementingkan dirinya sendiri, tanpa mau tahu nasib saudara seimannya, lebih-lebih para pemimpinya.
Sistem sekuler kapitalisme telah mematikan makna persaudaraan karena iman dan Islam. Kedudukan dan kekuasaan lebih mereka cintai daripada nasib saudaranya. Nasionalisme yang lahir darinya juga telah menghilangkan kepedulian karena ikatan akidah Islam. Nasionalisme justru menjadikan kaum Muslimin hanya peduli pada nasib negara dan sukunya sendiri.
Lalu bagaimana tindakan yang seharusnya diambil oleh umat muslim saat ini dalam menghadapi persoalan Palestina? Umat harus dibangun kesadarannya akan akar persoalan dan solusi hakiki untuk membebaskan Palestina. Bukan hanya memberikan donasi atau pun kecaman semata. Namun umat harus mencari akar dari permasalah yang terjadi. Umat juga harus mendorong penguasa negeri muslim untuk memobilisasi pasukan militer mereka untuk berjihad melawan Zionis penjajahan wilayah muslim. Penjajahan terhadap wilayah kaum muslim tak akan terjadi jika umat memiliki pelindung yaitu Khilafah.
Sebagaimana yang terjadi pada masa kekhilafahan Turki Utsmani. Dimana pada saat itu khalifah Abdul Hamid II menolak dengan tegas ketika perwakilan Yahudi meminta izin untuk tinggal di wilayah Palestina.
Umat Islam harus berjuang untuk membangun kesadaran akan kebutuhan adanya khilafah dan berjuang bersama untuk menegakkannya. Umat juga harus memberikan pemahaman terhadap rakyat akan kebutuhan terhadap khilafah, yaitu bukan hanya persoalan Palestina saja yang akan terselesaikan, namun persoalan-persoalan lainnya pun akan ditemukan solusinya. Yaitu memperbaiki akar dari persoalan yang ada, yang tak lain mengganti hukum buatan manusia yaitu sistem kapitalisme kembali kepada sistem Islam yang bersumber dari Allah.
Wallahu'alam