Gen-Z, Main Politik yuk!





Oleh: Fatimah Abdul

Sebentar lagi kita akan masuk pada masa pilkada. Terlihat di beberapa daerah sudah ada ancang-ancang para calon pemimpin kepala daerah untuk menebar pesona. Sepertinya, kali ini para calon  lebih condong membidik target suara kepada Generasi Z.  Mereka  mencoba menawarkan sesuatu yang menarik, seperti menjanjikan kehidupan Gen-Z lebih baik lagi kedepannya dibawah kepemimpinan mereka.

KPU provinsi Jawa Tengah menjelang Pilkada juga telah mengadakan sosialisasi Pilkada Serentak 2024 dengan menyelenggarakan event Goes to Campus. Event berlangsung di Auditorium Graha Widyatama Prof. Rubiyango Misman Unsoed, mengajak para Gen-Z pemilih muda dan pemula  menggunakan hak pilih mereka dengan bijak. Berdasarkan pemilu 14 Februari 2024, partisipan pemilih muda dan pemula di Jawa Tengah mencapai 82%, dengan angka tersebut KPU Jateng mentargetkan partisipan pemilih muda dan pemula bisa mencapai 77,5%.

Nampak mantan gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pun tengah membidik kalangan Gen-Z untuk mendukung dirinya. Terlihat dari headline laman megapolitan.okezone.com yang menuliskan judul pada artikelnya, “Jadi Cagub Pilihan Gen Z, Ridwan Kamil: Kami Sayangi Mereka Layaknya Anak”. 
Setali tiga uang dengan Ridwan Kamil, mantan wali kota Surabaya/ mantan menteri sosial dalam Kabinet Indonesia Maju ibu Tri Rismaharini pun menggandeng Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) untuk menjangkau dan mengembangkan potensi para Gen-Z di Jawa Timur.

Potensi yang ada pada Gen-Z sesungguhnya sangat besar dan luar biasa lho. Tidak heran apabila pada pilpres dan pilkada 2024  para calon pemimpin berusaha untuk menarik simpati mereka. Selain jumlah mereka yang banyak, kemungkinan juga karena karakter Gen-Z yang belum matang dalam dunia politik serta keterbukaan dalam pemikiran sehingga mudah untuk dipengaruhi dan diarahkan yang membuat mereka dijadikan target utama. Dengan janji-janji akan memberikan berbagai kemudahan dan kehidupan yang lebih baik, diharapkan Gen-Z dengan sukarela memberikan suara dan dukungannya. Lantas bagaimana seharusnya kalian para Gen-Z menyikapi perilaku para calon pemimpin yang tengah bergelut memperebutkan kekuasaan ini?

Pertama, Gen-Z harus mengerti terlebih dahulu definisi politik dari berbagai sudut pandang. Karena saat ini sistem yang menaungi kehidupan manusia diatur oleh Kapitalisme Sekuler Liberal dengan Demokrasi sebagai sistem pemerintahanya, maka definisi politik saat ini pun mengacu pada politik Demokrasi. Apa itu politik Demokrasi? 
Menurut Montesquieu politik demokrasi adalah kekuasaan negara yang dibagi dan dilaksanakan oleh tiga lembaga atau institusi yang berbeda dan terpisah antara yang satu dengan yang lainnya.  Pertama, badan legislatif yang merupakan pemegang kekuasaan untuk membuat undang-undang.  Kedua, badan eksekutif yang memiliki kekuasaan dalam melaksanakan undang-undang.  Kemudian yang ketiga adalah badan yudikatif yang memegang kekuasaan untuk mengadili pelaksanaan undang-undang.

Perlu diketahui bahwa ketiga lembaga ini dalam pelaksanaannya sering kali terjadi pelanggaran. Selain itu konsep kewenangan membuat undang-undang oleh suatu badan sangatlah tidak tepat. Karena cenderung disalahgunakan untuk kepentingan oknum pejabat pemerintahan dalam memuluskan ambisinya. Banyak sekali undang-undang yang senantiasa diperbarui untuk suatu kepentingan, contohnya UU syarat batasan usia menjadi pejabat publik, UU cipta kerja yang mana 21 pasal yang ada di dalamnya pun mengalami perubahan.
Sistem pemerintahan Demokrasi terbukti bobrok. Banyak melahirkan pejabat yang korup dan tidak bermoral juga beradab. Menggunakan kekuasaan untuk mencari kekayaan dan memiliki gaya hidup mewah serta suka flexing. Mau bukti? Sepertinya sudah banyak tuh yang keciduk.

Kedua, sudah saatnya para Gen-Z mau berpikir kritis. Mau untuk belajar politik, ya karena memang politik merupakan sarana untuk mencapai kekuasaan demi mengatur kehidupan manusia seluruhnya supaya menjadi lebih baik lagi. Untuk tujuan tersebut ternyata hanya ada satu jalan yaitu berpolitik dari sudut pandang Islam. 
Politik dalam Islam artinya melayani dan memelihara urusan umat. Jadi, bila kita terjun dalam dunia politik ya sudah seharusnya kita siap mendedikasikan diri kepada masyarakat. Jangan justru menjadikan rakyat sebagai sapi perah yang diambil terus manfaatnya seperti kondisi saat ini. Sistem pemerintahan Islam menjadikan Syariat' sebagai sumber hukum, dan kedaulatan ada ditangannya. Manusia haram membuat hukum sehingga pejabat negara tidak dapat memanfaatkan hak/kewenangan tersebut dan memanipulasinya. Sistem ekonomi Islam juga melarang negara memberikan SDA kepada swasta maupun asing. Mengharuskan negara mengelola sendiri SDA tersebut sehingga akan menciptakan lapangan pekerjaan yang sangat luas untuk rakyatnya. Hasil pengelolaan SDA murni dikembalikan untuk rakyat (karena sejatinya SDA adalah milik umat) dalam bentuk pemenuhan kebutuhan kolektif seperti pendidikan gratis, kesehatan gratis, kemudahan layanan publik dan lain sebagainya.

Dalam pemilihan pemimpin baik kepala negara maupun daerah tidak harus mengeluarkan biaya atau modal yang besar hingga miliaran rupiah seperti dalam politik demokrasi yang berujung pada tuntutan balik modal melalui korupsi. Islam memiliki 8 syarat untuk menjadi pemimpin yang mana apabila kedelapan syarat tersebut terpenuhi maka siapapun dia berhak untuk maju mencalonkan diri. Hebatnya, syarat-syarat tersebut mampu menjadi alat penjagaan terhadap kualitas pemimpin, dapat mengeliminasi siapapun calon pemimpin yang tidak baik. Contohnya, syarat harus muslim ternyata mampu mengeliminasi peluang orang kafir menjadi pejabat negara. Syarat adil (tidak fasik/ keluar dari ketaatan kepada Allah) mampu mengeliminasi orang-orang dengan kepribadian menyimpang dan tidak bermoral untuk menjadi calon pemimpin. Kapabilitas mampu mencegah orang-orang bodoh untuk maju dalam pencalonan dan sebagainya. Islam sungguh hebat dan luar biasa bukan?

Ketiga, teruntuk para Gen-Z, yuk berpolitik yuk! perjuangkan sistem Islam supaya digunakan untuk mengatur negara. Jangan berpangku tangan saja karena keringat kita tidak hentinya diperas melalui pajak dan hutang yang dipatok penguasa karena memang hanya itu saja sumber pemasukan negara demokrasi. SDA mereka jual dan hasilnya masuk kantong penguasa sendiri, rakyat dibiarkan mencari penghidupan sendiri sampai mati. Tenaga dan pikiranmu wahai para Gen-Z dibutuhkan agama ini untuk berjuang memahamkan umat untuk sadar dan meninggalkan demokrasi yang katanya harga mati ini. Pahami politik Islam supaya kelak hidup kita aman dan tentram. Mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat dengan penerapan Islam kaffah dibawah naungan khilafah. Wallahu a'lam bishawab [].

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama