Sekolah-Sekolah Negeri Yang Miskin Di Negeri Yang Kaya




Oleh: Fatmawati (Aktivis Dakwah)

Kegiatan pembelajaran di luar ruangan kelas menjadi salah satu pilihan untuk memberikan suasana belajar baru bagi peserta didik. Tentu saja variasi kegiatan di luar ruangan harus disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran karena bisa jadi peserta didik malah terdistraksi konsentrasinya karena banyaknya variasi obyek yang ada di sekitar mereka. Pertimbangan lain tentu saja adalah cuaca. Kondisi panas yang terlalu terik ataupun hujan ketika musim hujan datang akan dapat mengganggu kegiatan pembelajaran. Maka kegiatan pembelajaran di luar ruangan tidak selamanya dilakukan. 

Namun, bagaimana jika kegiatan pembelajaran harus dilakukan di luar ruangan karena sekolah tidak memiliki gedung? Tentu saja ini kondisi yang tidak ideal. Bagaimanapun, yang namanya sekolah tentu harus memiliki gedung sebagai tempat belajar para siswa.  

Namun inilah fakta di negara yang dikenal kaya dengan sumberdayanya ini, Indonesia. Kekayaan alamnya melimpah ruah, penghasil emas, minyak bumi, dan berbagai kekayaan alam lainnya. Namun kenapa banyak sekolah negeri tidak memiliki gedung. Kemana kekayaan negeri itu dibawa?

SMPN 60 Kota Bandung merupakan salah satu sekolah negeri yang tidak memiliki gedung (metronews.com, 28/9/2024). SMA Negeri 4 Babelan, Bekasi, juga dikabarkan masih menyewa gedung meskipun sekolah telah memulai kegiatan pembelajaran (satunurani.com, 23/7/2024). Banyak lagi sekolah-sekolah lain yang tidak memiliki gedung ketika pembelajaran telah dan sedang berlangsung. 

Kita tidak sedang membicarakan semangat para siswa untuk belajar dan keihlasan para guru untuk berjuang mendidik mereka dalam kondisi apapun. Tetapi kita sedang membahas tentang tanggung jawab sebuah negara dalam mengurusi urusan rakyatnya. Mengapa mereka begitu abai dengan rakyat yang memberikan kepercayaan kepada mereka untuk memegang tampuk kekuasaan?

Sekolah-sekolah itu merupakan sekolah negeri, artinya adalah sekolah yang ada di bawah naungan pemerintah. Seharusnya pelaksanaan pengelolaannya ada dalam tanggung jawab negara. Abainya negara dengan persoalan pendidikan ini tentu saja membuat kita bertanya-tanya diletakkan pada prioritas keberapa bidang pendidikan di negeri ini. Sungguh miris. 
Pendidikan, bagaimanapun, merupakan bidang krusial penentu masa depan suatu bangsa. Akan seperti apa wajah negeri ini nantinya, penentunya adalah para calon pemimpin yang saat ini sedang mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah mereka. Sayangnya, sistem kapitalisme tidak memperhitungkan mereka sebagai “keuntungan” materi. Bagi para kapitalis, pendidikan bagi seluruh rakyat terlalu mahal dan tidak menarik untuk diurusi dengan serius. 

Memang benar, negara sudah mengalokasikan anggaran pendidikan, namun proporsinya terlalu kecil untuk mencukupi kebutuhan pendidikan bagi seluruh masyarakat. Lebih parah lagi, serapan dana yang telah dialokasikan tidak sepenuhnya untuk pendidikan. Bukan rahasia lagi bahwa dana yang turun untuk sekolah pasti akan mengalami potongan di sana-sini, di tingkat dinas, sebagiannya lagi salah pengelollan, korupsi, dan seterusnya. 

Kesemua permasalahan ini merupakan hasil dari cara pandang ala kapitalisme. Sistem kapitalisme memandang segala hal dengan kepentingan materi. Dengan cara pandang kapitalis yang diadopsi oleh para pemimpin negara hari ini, maka tujuan mereka memimpin juga adalah untuk mendapatkan keuntungan materi. Bukan mengurusi urusan rakyat. Mereka tidak bertindak sebagai pengurus rakyat, melainkan mengurusi perutnya dan keluarga atau golongan tertentu yang bertransaksi dengan mereka. 

Maka untuk memperbaiki kondisi hari ini, kita harus mengganti sistem kapitalisme yang hari ini mengcengkeram negara dan masyarakat dengan sistem yang sahih yang berasal dari Sang Maha Pencipta yakni Sistem Islam. 

Islam memandang bahwa pendidikan merupakan salah satu bidang terpenting untuk membangun peradaban yang maju dan mulia. Pendidikan yang diurus dalam Sistem Islam telah berhasil menjadikan Negara Islam sebagai negara adidaya dengan kemajuan sains dan teknologi jauh meninggalkan negara-negara lain di dunia. Kemajuan peradaban dunia Islam telah mampu mengundang Raja Inggris untuk mengirimkan surat kepada Hisyam Ibn Abdul Rahman, penguasa Cordoba pada tahun 788 hingga 796, untuk mengijinkan puterinya menuntut ilmu di Universitas Cordoba yang sangat maju pada waktu itu. 

Inilah gambaran begitu kuatnya pengaruh sebuah sistem. Sistem Islam memandang pendidikan sebagai kebutuhan pokok rakyat yang ketersediaannya harus dijamin oleh negara dengan kualitas terbaik. Karena ini adalah sebuah kwajiban, maka jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, Allah akan meminta pertanggungjawaban para penguasa kaum muslimin jika mereka tidak mengupayakan dengan kesungguhan. 

Dengan cara pandang Islam pula, negara akan mengatur seluruh sistem pendukungnya dengan syariat Islam sehingga memungkinkan bagi negara untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan kebutuhan lainnya. Sebut saja sistem ekonomi. Sistem inilah yang akan mendukung ketersediaaan sumberdaya bagi pendidikan. Gaji guru, ketersediaan sarana dan prasarana yang mumpuni, dan seterusnya akan terpenuhi dengan baik ketika pendapatan negara juga mengalir dengan lancar dari sumber-sumber yang terjamin. 

Penerapan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan akan memungkinkan sistem ekonomi berjalan dengan sehat dan mampu membiayai seluruh kebutuhan negara dalam mengurus rakyatnya. Sistem ekonomi Islam memandang bahwa kepemilikan umum merupakan sumberdaya yang tidak boleh begitu saja dimiliki oleh individu atau swasta. Maka negara harus mengelolanya dengan baik untuk dikembalikan kepada msayarakat, termasuk di dalamnya untuk mengurus bidang pendidikan ini.

Kita harus mengembalikan lagi Sistem Islam untuk diterapkan di tengah-tengah kehidupan kita. Hanya ini solusi yang rasional untuk menyelesaikan seluruh permasalahan manusia, termasuk di dalamnya pendidikan. Islamlah yang akan mengembalikan kegemilangan dan kemuliaan kita dan generasi. Wallahu a’lam bish-shawab.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama