Palestina dan Bisunya Dunia


Oleh: Jihan Lathifah 


Serangan Israel terhadap Palestina agaknya belum menampakkan tanda-tanda surut atau berakhir. Justru semakin hari semakin membara. Baru-baru ini, Israel telah mensukseskan serangan udaranya ke Palestina tepatnya di daerah Beit Lahia, Gaza Utara, 20 Oktober 2024, Sabtu malam. Sebanyak 73 warga sipil tewas akibatnya dan masih banyak korban yang belum ditemukan. Sebagaimana yang dinyatakan Mahmud Bassal, juru bicara badan pertahanan sipil Gaza. “Masih banyak martir yang tertimbun di bawah reruntuhan,” pungkasnya yang dilansir oleh international.sindonews.com. Tragisnya, pemimpin-pemimpin Arab yang notabene masih sebangsa dengan Palestina tak memberikan komentar apapun.


Tak hanya pemimpin-pemimpin Arab, seluruh pemimpin-pemimpin Muslim pun bungkam terhadap situasi Palestina yang tengah meradang. Pun tak ketinggalan PBB yang hanya dapat mengecam tindakan zionis Yahudi Israel tersebut tanpa mencanangkan sebuah solusi nyata yang dapat menyelesaikan konflik ini. Kaum Muslim di seluruh dunia pun hanya dapat turut mengecam, atau ironisnya juga bungkam dan menganggap bahwa masalah Palestina bukanlah persoalan yang harus dipikirkan. 


Padahal, seandainya mereka mengetahui, bahwa Muslim Palestina adalah bagian dari mereka juga. Ikatan aqidah seorang Muslim dengan Muslim lainnya lebih kuat dibandingkan dengan ikatan pada saudara sedarahnya. Hadits Nabi pun menyebutkan “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal mengasihi, mencintai, berempati, itu bagaikan satu tubuh. Jika ada bagian yang sakit, maka seluruh anggota tubuh lainnya akan merasakan sakit dan merasakan demam.” (HR. Bukhari dan Muslim).


Lantas, apakah yang menyebabkan kaum Muslim saat ini tercerai berai dan tidak memiliki rasa persaudaraan antara sesamanya? Nasionalisme, rasa cinta tanah air yang mengekang mereka sehingga cinta mereka hanya berporos pada orang-orang di lingkup negara atau bangsanya semata. Karena tidak adanya negara yang semestinya menyatukan umat Islam sehingga mereka hidup di bawah naungan yang sama dan tidak ada lagi individualisme di antara mereka, mereka hidup bersama atas dasar persaudaraan karena keimanan sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. 


Jikalau Muslim saat ini hidup berasaskan rasa cinta karena aqidah dan keimanan, melihat saudaranya yang terdzalimi sedikit mereka akan sigap mengerahkan segala kemampuannya untuk menolong saudara mereka tersebut. Pun halnya dengan yang terjadi di bumi Palestina saat ini, semestinya kaum Muslim tidak tinggal diam. Kaum Muslim seharusnya akan menyiapkan pasukan terbaiknya untuk membantu saudara-saudara mereka yang tengah terdzalimi, apapun konsekuensinya, harta dan nyawa, apapun untuk saudara seiman tercinta. Namun, apalah daya, nasionalisme telah menguasai mereka, memecah belah mereka. 


Maka, umat Islam saat ini mesti membangun kesadarannya bahwa persoalan Palestina adalah persoalan mereka juga, sehingga mereka dapat bersuara untuk menuntut para pemimpin Muslim agar turut serta dalam membebaskan Palestina. Tak hanya itu, umat Islam harus bersatu untuk mewujudkan kembalinya negara Islam yang akan melindungi mereka dalam satu naungan yang sama, yakni syariah Islam.[]


*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama