Oleh: Nina Iryani S.Pd
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah seiring meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran di Timur Tengah. Bila konflik berlarut-larut, sejumlah pakar hawatir akan muncul dampak berantai yang dapat mengguncang ekonomi Indonesia.
"Konflik Timur Tengah mengakibatkan ketidakpastian global. Menyebabkan investor menarik dana, dari aset-aset beresiko tinggi, terutama dari negara-negara berkembang. Termasuk Indonesia." kata Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata.
"Dampak kenaikan harga barang impor dan pangan kemungkinan akan terasa cepat" kata Bhima Yudhistira, ekonomi dan direktur eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios).
Nilai tukar rupiah terus mengalami depresiasi hingga menyentuh Rp 16.280 pada Jum'at (19/04/2024). Saat pejabat AS menyebut sebuah rudal Israel telah menghantam Iran, merujuk data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, (JISDOR) Bank Indonesia.
JISDOR adalah kurs referensi harian yang digunakan untuk perdagangan mata uang asing.
Kurs rupiah per dollar AS lima tahun terakhir:
1. "The Fed atau bank central AS diperkirakan akan lebih lama mempertahankan suku bunga acuannya di level tinggi untuk meredam laju inflasi AS", kata Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata.
2. Konflik Israel-Iran di Timur Tengah yang kian memanas. Yang dihawatirkan menggangu rantai pasok minyak global, terutama bila Iran memutuskan memblokade Selat Hormuz, yang kerap disebut sebagai jalur pengiriman minyak terpenting di dunia.
Satria Sambijantoro, Ekonomi Bahana Sekuritas, memperkirakan Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin, masing-masing 25 basis poin di April dan Mei hingga menyentuh 6,5 persen.
Menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar ini berakibat:
1. Indonesia dan dunia yang ketergantungan terhadap dolar AS akan semakin terpuruk dan sejumlah komoditas bahan pangan meningkat hingga laju inflasi meningkat.
2. Suku bunga bank naik bagi peminjam dana atau berhutang pada bank.
3. Kehidupan kita terus terpuruk selama masih bergantung pada AS dan sistem sekuler ini.
Rasulullah SAW bersabda:
"Akan datang suatu masa pada umat manusia, pada saat itu orang tidak memiliki putih (perak) dan kuning (emas), dia akan kesusahan dalam kehidupan."
(H.R Imam Thabrani).
Rasullullah SAW juga bersabda:
"Akan datang suatu masa pada umat manusia, pada masa itu tidak ada yang bermanfaat kecuali Dinar (uang emas) dan dirham (uang perak)."
(H.R Imam Ahmad).
Bahkan Rasulullah SAW bersabda:
"Apabila di akhir zaman, manusia dikalangan mereka itu harus menggunakan dinar-dirham dan dinar-dinar sehingga dengan kedua mata uang itu seorang laki-laki menegakkan agama dan dunianya."
(H.R Imam At-Thabrani).
Demikian dalam Islam:
1. Meninggalkan mata uang baik logam dan kertas juga nilai tukar dolar dengan AS serta ketergantungannya.
2. Menggunakan Dinar dan dirham.
3. Memberdayakan dan produktifitas segala macam sumber daya alam baik yang dapat diperbaharui maupun tidak dapat diperbaharui termasuk minyak di dalamnya oleh negera secara mandiri tanpa investor asing dan swasta, tanpa perpanjangan kontrak dan tanpa bergantung pada mereka.
4. Hasil pengelolaan sumber daya alam tersebut 100 persen dibagikan disediakan berupa pelayanan pendidikan, kesehatan dan keamanan gratis untuk rakyat.
5. Individu, masyarakat dan negara memberantas tindakan korupsi, suap dan kasus-kasus lain yang menghambat kesejahteraan rakyat.
Demikian solusi Islam, sebagai solusi hakiki dan semua itu pasti terjadi saat sistem Islam kaffah diterapkan. Sampai kapan pun selama sistem sekuler kapitalis yang diterapkan, mustahil kita terlepas dari ketergantungan AS dan sekutunya bahkan keadaan semakin sulit ada atau tidak adanya perang dengan sistem kapitalis ini.
Saatnya kembali menuju Islam kaffah ala Rasulullah SAW yang sudah pernah berjaya 13 abad silam.
Wallahu'alam bishshawab.[]